✓Keinginan Anissa (2)✓

15.1K 1K 6
                                    

Perlahan tapi pasti kita berada dijalan menuju takdir yang sama.

Adam Ghifary Darmawan

***

Sudah tiga hari semenjak pertemuannya dengan Zara, Anissa  mengalami demam. Dia rewel terus menangis dan tidak mau makan.

Seluruh orang dirumah besar keluarga Darmawan bingung kelabakan dengan sakitnya sang malaikat kecil .

Dari kakek, nenek, dan ayahnya sendiri kualahan dengan rewelnya Anissa. Kebetulan sekali rewelnya Anissa, baru kali ini Adam merasa kesulitan menghadapi. Karena rewelnya Anissa biasanya tidak separah ini.

Adam menggendong sembari mengelus pelan punggung Anissa. "Ayo sayang makan yaa," bujuk Adam dengan sayang. Tetapi Anissa tetap kekeuh menggelengkan kepalanya, sungguh keras kepala sekali anaknya yang cantik ini. Keluh Adam dalam hati.

"Gimana dam masih belum mau makan?" Tanya ayah Adam, dia Hadi Darmawan sang tuan rumah sekaligus pemilik perusahaan besar Darma group yang sekarang di pimpin oleh anak semata wayangnya Adam.

"Belum yah, nanti aku bawa ke dokter lagi. Panasnya juga nggak mau turun dia nggak mau minum obat," Jawab Adam sembari menidurkan putri kecilnya di ranjang dengan tema princess favoritnya.

"Dam bisa ikut ayah sebentar."

Adam yang semula menatap sendu kearah putrinya menengok kearah ayahnya, berdiri lalu berjalan mengekor ayahnya hingga di ruang keluarga.

"Ayah mau bicara sama kamu."
Adam mengiyakan Ayahnya dengan anggukan, lalu di duduk di sofa tepat berhadapan dengan Hadi.

"Anisa semakin bertambah usianya, dia butuh figur seorang ibu dam. Apa kamu nggak ada niatan buat menikah lagi?"

Adam hanya diam menyerapi kata-kata dari Ayahnya sembari melihat kearah kedua tangan yang sedang saling ia taukan.

"Ayah tau mungkin kamu masih trauma tapi, kamu juga harus bisa membuka diri untuk orang lain."

"Adam tau Yah, Anissa semakin bertambah usianya dan dia semakin mengerti, yang penting Anissa bisa menerima keberadaannya terlebih dahulu. Meskipun sudah banyak wanita-wanita yang ibu kenalkan padaku, tapi mereka hanya menerimaku karena aku punya segalanya. Mereka dengan terang-terangan menolak akan hadirnya Anissa dengan cara menatapnya seakan merendahkan dia Yah. Dan aku benci itu, Anissa putri kesayanganku dia tak pantas diperlakukan sepeti itu."

"Baiklah, Ayah dan Ibu hanya bisa berdoa untuk kebaikan kalian berdua. Semoga ada orang yang bisa menerima dengan tulus keadaan kalian berdua."

Hadi berdiri dari duduknya berjalan menghampiri Adam lalu menepuk bahunya"Istirahatlah, kamu pasti lelah. Mumpung dia masih tidur, istirahatlah."

Adam melangkahkan kakinya menuju kamar Anissa, dia ingin beristirahat sembari menjaga Anissa yang sedang sakit dan saat ini tidur tengah terlelap.

***

Sementara itu dirumah Keluarga Haydar.
"Dek bisa ikut bunda?" tanya seorang Ibu kepada putrinya yang sedang duduk di teras belakang rumah bersama abangnya.

Dia adalah Nuril Haydar ibunda dari Alfath dan Zara.

"Kemana bun?!"

"Bunda udah lama nggak silaturahmi ke sana, ayo Za kamu cepet siap-siap!" Nuril memberikan perintah.

"Udahlah dek cepetan sana siap-siap, dasar jomblo."

Zara mengerucutkan bibirnya mendengar pernyataan Alfath sang  kakak, Zara bangkit dari duduknya. Ia berjalan mendekati Alfath lalu menendang tulang keringnya hingga membuat siempunya meringis kesakitan.

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang