✓Bertemu Lagi (2)✓

19.1K 1.1K 6
                                    

Jangan Lupa Vote dan Komen
Maaf kalau ada typo yang bertebaran

Tatap aku dan katakan yang sejujurnya sesuai kata hatimu, karena sejatinya mata tak pernah bisa berbohong.

Adam Ghifary Darmawan

***

Berjalan menuju ke parkiran tempat mobil Adam terparkir, logika Zara terus mengatakan bahwa tidak benar mengikuti permintaan Adam dan Anissa.

Dia hanya tidak mau jika akan ada timbul fitnah diantara mereka meskipun mereka tidak pergi berdua karena ada Anissa diantara mereka.

Adam membukakan pintu depan penumpang. "Masuklah!" Zara masih kebingungan atas tindakan Adam.

"Hey, Zara masuklah jangan diam begitu," Adam terkekeh melihat Zara yang kebingungan.

"Maaf Adam lebih baik aku duduk dibelakang bersama Anissa, aku tidak ingin ada fitnah diantara kita," Adam mendengar penuturan Zara pun langsung menutup pintu dia berlari mengitari mobil.

Zara duduk disamping Anissa, mobil berjalan meninggalkan halaman parkir. Didalam mobil hanya terdengar suara Anissa yang berceloteh riang, sedikit Zara menimpali apa yang dikatakan Anissa. Dia larut dalam pikirannya sendiri sedangkan Adam fokus melihat jalan.

Terdengar suara adzan dhuhur berkumandang, panggilan untuk segera bersembahyang mengingat Sang Pencipta. Mobil memasuki basement, Adam memarkirkan mobilnya di barisan mobil-mobil lainnya.

Zara yang menyadari bahwa tujuannya sudah sampai membuka pintu, untuk turun dan mengucapkan terima kasih pada Adam.

Tiba-tiba Adam sudah turun menggandeng Anissa disampingnya, Zara yang melihat Adam turun kebingungan bukannya dia akan langsung pulang.

"Aku mau sekalian sholat dhuhur disini, dan juga Anissa bilang dia lapar," mendengar penuturan Adam Zara pun menganggukkan kepala.

"Adam terima kasih atas tumpangannya."

"Nggak usah sungkan gitu, dari zaman SMA bukannya kamu sering nebeng kan." mendengar pernyataan Adam membuat pipi Zara bersemu merah, ternyata Adam masih mengingat itu. Dia sudah beristri Zara, logika Zara kembali mengingatkan.

"Yaudah ayo kita sholat dulu, nanti terima kasihnya dengan cara makan siang bareng aku sama Anissa."

Zara reflek membolakan matanya, bagaimana Adam dengan entengnya mengajak Zara makan siang bersama apakah dia tidak memikirkan perasaan istrinya yang mungkin saja menunggunya dirumah.

"Iya tante aku mau makan siang dengan tante," timpal Anissa yang membuat Zara tak enak hati untuk menolak.

Mereka bertiga berjalan menuju mushola yang ada di dalam gedung, Zara berjalan bersama dengan Anissa menuju tempat mengambil wudhu. Zara kagum pada Anissa anak yang berumur lima tahun ini sudah bisa mengambil air wudhu tanpa diarahkan.

Setelah Anissa yang terlebih dulu selesai mengambil wudhu Zara dan Anissa berjalan menuju kedalam mushola ternyata Adam juga baru selesai mengambil wudhu.

Adam melihat dengan telatennya Zara membantu Anissa yang sedang memakai mukena yang selalu ia bawa didalam tas sekolahnya.

Diselingi canda Zara dan Anissa yang sedang memakai mukena, membuat hati Adam berdesir merasakan hal aneh. Sadarlah Adam apa yang kau pikirkan, logikanya terus mengingatkan.

Selesai membantu Anissa dalam mempersiapkan diri untuk sholat dhuhur, Zara pun kembali ke tempat wudhu.

Shalat jamaah dimulai terlebih dahulu membuat Zara pun akhirnya tertinggal satu rakaat.

Adam yang telah selesai terlebih dahulu akhirnya memilih untuk duduk di depan mushola sembari menunggu putri kecilnya. Adam dari kaca transparan itu bisa melihat, aktifitas Zara yang masih melanjutkan shalat nya karena tertinggal tadi dan Anissa yang tengah berkemas, melipat kembali mukena yang sudah ia gunakan tadi.

Gerak-gerik dua perempuan beda generasi itu pun tak luput dari pandangan Adam, meskipun terhalang pintu kaca. Selesai melipat kembali mukena yang di gunakan, Anissa bersalaman dan mencium tangan kanan Zara.

Adam yang melihat kejadian itupun merasakan desiran aneh dalam hatinya, putri kecilnya sangatlah malang sekali. Ia belum pernah bersalaman ataupun mencium tangan ibu kandungnya sendiri. Mengingat bagaimana perlakuan mantan istri nya itu, sangatlah membuat Adam sakit hati. Apalagi putrinya yang tidak bersalah menjadi korban atas keegoisan sesaat yang terlalu ambisius untuk ia raih dalam kehidupannya mengorbankan orang yang berharga untuk dirinya sendiri. Dan pada akhirnya, ia pun kehilangan segalanya.

Hanya Adam dan kedua orang tuanya yang selama ini merawat Anissa. Sedangkan ibu kandung Anissa, Adam sudah tidak mau tau lagi akan wanita itu.

Cukup dia yang sakit hati atas perlakuannya tidak untuk Anissa, untung saja Anissa bukan anak yang rewel dia mengerti akan keadaan Adam, meskipun Adam tau bahwa jauh dilubuk hati Anissa juga merindukan sosok ibunya.

***

"Ya Allah ya rabb, Hamba mohon padamu. Hapuskanlah perasaan hamba dari Adam, hamba tidak ingin menimbulkan fitnah diantara kami. Bukan menentang kodrat yang Engkau berikan untuk menyukai lawan jenisku tapi hamba tidak ingin mencintai lelaki yang sudah beristri. Hamba ikhlas karena nyatanya bukan hamba yang tertulis di lauhul mahfuz menjadi jodoh Adam, rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar amin amin ya rabbal alamin," doa Zara dalam hati.

Selesai berkemas mereka berdua berjalan beriringan dengan menggandeng tangan Anissa menghampiri Adam yang sedari tadi sudah menunggu mereka berdua. Bahkan bisa dikatakan mengamati mereka berdua dari kejauhan.

Anissa dan Zara berjalan menuju foodcourt area, diikuti Adam yang berjalan di belakang mereka berdua.

Akhirnya sampailah mereka di foodcourt.

"Anissa mau makan apa sayang?" dengan penuh kasih sayang ia bertanya pada Anissa.

"Anissa mau makan chiken teriyaki dan minumnya milk shake cokelat," dengan fasih, Anissa menyebutkan makanan yang ingin ia santap tak lupa juga suara cadelnya saat ia menyebutkan pesanannya dengan tangan yang masih dalam gandengan Zara membuat Zara merasa gemas.

Adam melihat Zara "Kalo kamu apa Za?" Zara sedikit tersentak dengan pertanyaan Adam.

"Samain aja," senyuman simpul mengakhiri jawaban..

"Menu biasa dan masih suka pedes kan?" Zara hanya menganggukkan kepala. Bagaimana Zara bisa melupakan Adam, jika saja hal kecil tentang Zara Adam masih saja mengingatnya. Jangan baper Zara, Adam hanya menganggap kamu itu sahabatnya, sahabatnya di masa lalu dia juga sudah memiliki istri . Runtuk Zara dalam hati, ampunilah hamba Ya Allah batinnya menjerit.

Adam menunjuk tempat duduk yang masih kosong untuk Zara dan Anissa meminta mereka untuk menunggu disana.

***

"1 Chiken teriyaki, 1 milk shake cokelat, 2 Nasi goreng pedas, 2 es jeruk, nomor meja 10," Adam menyebutkan pesanannya.

Pelayan kembali menyebutkan pesanan Adam. "1 Chiken teriyaki, 1 milk shake cokelat, 2 Nasi goreng pedas, 2 es jeruk, nomor meja 10," Adam mengangguk
"Total semuanya 96 ribu rupiah pak, untuk makanan nanti akan diantarkan pelayan kami."

Adam memberikan uang pada kasir tersebut, hingga pertanyaan kasir itu menggelitik sanubari Adam menimbulkan perasaan aneh bergelenyar dalam hatinya.

"Keluarga yang sangat bahagia ya pak, Istrinya cantik anaknya juga cantik." petugas kasir itu memandang jauh ke tempat duduk Zara dan Anissa. Adam hanya tersenyum kikuk mendengar pernyataannya.

Adam yang mengikuti arah pandangnya pun dibuat takjub, komunikasi antara Zara dan Anissa adalah hal yang sangat aneh karena mengingat Anissa bukan tipe orang yang bisa langsung akrab disaat bertemu dengan orang baru.

Adam bahagia melihat senyum terpancar di bibir mungil Anissa, mereka bersendau gurau bersama, pemandangan yang sangat indah menurut Adam.


Happy reading

Jangan Lupa Vote dan komen

Sayang kalian
D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang