✓Jalan Keluar✓

9.7K 601 2
                                    

Update Nih !!!
Jangan lupa tinggalkan jejak ☺

****

Suasana tegang menyelimuti ruang tamu rumah orang tua Adam, kedatangan Della memang membuat Anissa begitu bahagia. Namun tidak dengan kedua orang tua Adam. Diam adalah pilihan yang tepat, kedua orang tua Adam lebih memilih diam tanpa ada kata apapun yang ingin terucap.

"Bu, Mas Adam dimana?" Tanya Della pada mantan mertuanya.

Ardina meletakkan cangkir teh ke atas meja kaca, dengan senyuman menawan ia menjawab pertanyaan wanita yang dulu menjadi satu-satunya menantu keluarga Darmawan."Dia ada urusan yang lebih penting daripada sekedar menemani mantan istrinya mengobrol." Jawab Ardina dengan tenang karena ia tau, Adam saat ini sedang bersama dengan Zara memilih cincin pernikahan mereka.

"Oh jadi Anissa nggak lebih penting dari urusan itu?"

"Setidaknya Adam bertanggung jawab terhadap putrinya." Sindir Ardina pada Della.

"Sudahlah," Suara parau Hadi Darmawan sang tuan rumah menengahi. Mencegah istrinya terus berbicara, karena dari yang terlihat dua wanita itu sudah memancarkan aura permusuhan. Hadi pun juga merasa kesal, marah, dan kecewa pada Della mantan menantunya itu. Tapi bagaimanapun Della, tetaplah ibu kandung Anissa.

"Bagaimana kabarmu?" Hadi mencoba mencairkan suasana meskipun dari lubuk hati yang paling dalam ia pun juga merasa malas untuk berbincang dengan mantan menantunya itu.

"Baik sekali, dan mungkin sebentar lagi akan lebih baik dari ini." Jawab Della angkuh.

Ardina yang mendengar perbincangan mereka merasa bosan, Bukankah lebih baik ia segera mengusir Della dari rumahnya. Namun hal itu ia urungkan saat melihat Anissa dengan mata memancarkan kebahagiaan saat Della meladeni candaan-candaan Anissa terhadapnya.

Sudah hampir dua jam Della berada di rumah utama keluarga Darmawan, selama itulah ia merasa ingin menarik paksa wanita itu keluar dari rumahnya segera.

"Tetap sama tak ada yang berubah," Ucap Della mengedarkan pandangan ke arah kolam renang dan taman belakang rumah, tangannya bersedekap dada.

Ardina berdiri dibelakang Della, setelah ia mengantarkan cucu kesayangannya Anissa ke dalam kamar untuk tidur siang. Bukankah ini momen yang tepat untuk menyeret Della keluar dari rumahnya berhubung Anissa sudah tidur.

"Ada banyak hal yang berubah, tanpa kamu ketahui. Dan kamu tidak perlu tau hal itu." Ucap Ardina menyangkal perkataan Della, membuat Della menolehkan kepala.

"Apa yang tidak aku ketahui?" Tanya Della penasaran.

Ardina maju satu langkah menghadapi wanita yang dulu dipuja-puja dan di ratu kan oleh anak semata wayangnya hingga berakhir menyedihkan."Hati manusia, kamu tidak akan pernah mengetahui isinya." Ucap datar Ardina dengan tatapan masih fokus ke arah kolam renang.

Della tersenyum sinis mendengar perkataan mantan ibu mertuanya,"Bukankah Anissa adalah anak kesayangan Adam, maka apapun akan ia lakukan untuk Anissa." Della berjalan melewati Ardina namun ia berhenti saat Ardina mencekal lengan kiri Della.

"Apa maksud kamu!?"

Della menatap tajam penuh penekanan, melirik sejenak ke tangan kiri mantan ibu mertua yang sedang mencengkeram lengannya itu. Ia pun tersenyum sinis. "Bukankah Adam sudah menceritakan segalanya, bahwa aku akan kembali sebagai nyonya Adam Ghifary Darmawan. Itupun jika ia masih ingin bertemu dengan Anissa." Ucap Della penuh penekanan.

Ardina menyentak tangannya "Jangan harap itu terjadi." Emosinya benar-benar sudah ingin meledak kali ini mendengar pernyataan Della.

"Well, kita lihat saja nanti." Della melangkahkan kakinya menjauhi Ardina yang berdiri mematung menatapnya penuh amarah.

Sejenak ia kembali berhenti dan memutar tubuhnya kembali berhadapan dengan Ardina, bersedekap dada. "Saya pamit dulu mantan ibu mertua, ups salah calon ibu mertua. Sampai jumpa dilain hari." Selesai mengucapkan pamit Della melangkahkan kakinya pergi dari rumah orang tua Adam.

Sedangkan Ardina ia hanya bisa mengelus dada melihat betapa sombong dan angkuhnya Della. Ia tak habis pikir kemana akal dan pikiran Della sekarang ini hingga ia berani menggertaknya.

****

"Mungkin ini sedikit sulit Za, Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 105 ayat (a), dinyatakan bahwa Pemeliharaan anak yang belum berumur 12 tahun, atau yang disebut dengan mumayyiz menjadi hak ibunya". Jelas Deira pada Adam dan Zara saat berkunjung ke firma hukum untuk melakukan konsultasi, setelah mereka berdua mengambil cincin pernikahan mereka.

Raut khawatir tampak jelas menyelimuti wajah Zara maupun Adam, membuat Deira sahabat karib Zara menaruh simpati kepada dua orang yang akan menikah satu bulan lagi. Seharusnya kabar bahagia menemani persiapan pernikahan mereka, namun masalah besar datang menguji cinta mereka.

"Jangan khawatir, pasal itu bisa dipertimbangkan dengan kondisi ibu kandung. Kita bisa memberikan poin bahwa selama enam tahun, Anissa baru-baru ini mengenal dan bertemu dengan ibu kandungnya."

Zara mengernyit tak suka dengan perkataan Deira,"Hal itu membuat Della seperti orang jahat De." Sanggahnya, ia takut suatu saat hal buruk yang Della lakukan di masa lalu akan berimpas kepada Anissa.

"Aku tau Za, tapi ini hanya pertimbangan." Berganti menatap Adam,"Aku tau kamu memikul beban berat disini, tapi yang pasti aku yakin Della mengajukan sebuah syarat."

"Apa maksudnya?" Tanya Adam kepada Deira, di surat gugatan ia tidak membaca apapun tentang syarat tertentu di sana.

"Ini hanya opiniku, secepatnya bisakah kamu atur pertemuanmu dengan Della dan pengacaranya. Karena kupikir ia terlalu tenang, untuk mengurus hak asuh anak selama enam tahun dia meninggalkan anaknya."

Deg

Hati Adam seperti diremas, benar apa yang dikatakan Deira. Kemungkinan Della akan mengajukan syarat mencabut hak asuh itu. Sekian lama berpikir ia akhirnya mengingat perkataan Della tempo hari saat ia mendatangi kantornya.

Adam bimbang disitu sisi ia bahagia akan segera menikah dengan Zara, disitu sisi ia tidak ingin kehilangan Anissa, karena status Della sebagai ibu kandungnya akan memberikan poin penting dalam hak asuh anak itu jika ia tidak kembali menikah dengan Della.

"Aku akan membiarkan kalian berdua, untuk sejenak berbicara masalah ini." Ucap Deira profesional kepada Adam dan Zara.

"Aku yakin kita bisa melewati cobaan ini, demi Anissa." Ucap Zara menghibur Adam.

Adam mendongak menatap manik mata Zara,"Kita harus berjuang untuk Anissa, terima kasih Za kamu selalu ada memberiku jalan keluar disaat aku membutuhkan dukungan."

Zara mengangguk "Janganlah khawatir aku selalu disini, tenangkan pikiranmu. Aku akan berbicara dengan Deira."

"Baiklah."

********

See you in next episode

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang