✓Hati Zara✓

11K 701 0
                                    

Zara hanya diam mematung melihat Adam yang baru saja masuk kedalam rumah kedua orang tuanya, bahkan ia menjatuhkan pisau yang ia gunakan untuk mengupas apel yang diinginkan Anissa.

Setelah makan siang bersama Della tadi, ia dan Anissa langsung pulang ke rumah keluarga Adam. Tak berbeda dengan Zara, Ardina juga mematung melihat sudut bibir Adam yang terluka beserta kondisinya yang sangat acak-acakan. Karena bukan Adam jika ia tak perfeksionis.

"Jangan dilihat begitu". Kata Adam berjalan mendekat ke arah dua wanita yang melihatnya seperti melihat hantu. Lalu ia duduk di kursi bar yang ada di dapur.

Zara berjalan mendekat lalu ia duduk di samping Adam,"Kenapa bisa begini." Ia meringis melihat luka lebam disudut bibir Adam.

"Dam, dam kamu ini sudah tua. Bukan bocah lagi kenapa bisa lebam begini." Kata Ardina sembari membawa air hangat di baskom."Za, kamu kompres dulu air anget. Ibu ambilkan antiseptik dulu."

Zara mengangguk ucapan dari Ardina, dengan cekatan ia memeras handuk lalu mengompres lebam di sudut bibir Adam.

"Apakah sakit?"

"Sedikit, rasanya ngilu dan perih," Kata Adam saat Zara mengompres pelan lukanya.

"Kamu berantem sama preman?" Tanya Zara kesal, lalu sedikit menekan luka Adam membuatnya meringis.

"Sakit Za," Ucap Adam memelas.

"Ayaaaaah!!!". Pekik riang Anissa, "Ayah sudah pulang? Ayah kenapa?" Tanya Anissa setibanya ia berada di dekat Adam.

"Ayah jatuh kepeleset sayang, Anissa mau apa?" Jawab asalan dari Zara.

"Apel, tadi Anissa minta apel."

"Oh iya, duduk disini dulu tante ambilkan."

Zara berjalan memutar meja bar, mengambilkan apel yang sebelumnya sudah ia kupas dan sudah ia potong-potong juga untuk Anissa.

"Anissa ini apelnya dimakan saja di ruang keluarga sambil nonton kartun kan." Perintah Zara pada Anissa.

"Iya!" Anissa membawa sepiring kecil apel tadi, menuju ruang keluarga.

Tak lama Ardina datang membawa kotak obat,"Ini di sterilkan dulu biar nggak infeksi."

"Sakit?" Zara bertanya saat Adam mengernyit menahan perih di sudut bibirnya saat Zara mengoleskan antiseptik.

"Sedikit tapi lihat kamu sakitnya ilang."

Zara blushing  mendengar  gombalan Adam,"Gombal!" Zara mengulum senyum.

"Ih pipinya merah gitu."

Zara menutup kedua pipinya karena perlakuan Adam, "Adam jangan menggoda Zara!" Peringat Ardina pada putra nya."Mulai keluar deh usilnya."

"Ibu mah gak asik." Adam terkekeh geli.

"Kenapa bibir kamu bisa begitu?" Ardina memicing,"Kamu nggak lagi berantem kan sama preman pasar?"

"Tadi ada Mario," jawab singkat dan jelas dari Adam.

Pernyataan Adam membuat Zara menghentikan kegiatannya merapikan obat-obatan kedalam kotak semula. Ia mengernyit berpikir siapakah Mario yang dimaksud Adam? Apakah ia Mario yang sama, yang dulu adalah mantan kekasih Della semasa SMA?. Pertanyaan itu terus berputar dikepalanya.

"Jangan buat kepala cantikmu itu pusing Zara." Adam terkekeh geli melihat ekspresi Zara yang serius berpikir.

"Ha?" Zara bengong mendengar suara Adam,"Nggak kok." Dia menggelengkan kepalanya.

Adam mulai bercerita dari awal hingga akhir membuat Zara dan Ardina hanya bengong sekaligus geram mendengar cerita Adam. Tak ada satupun yang terlewat karena hal ini masih saja ada sangkut pautnya dengan Anissa. Dia tak ingin dikemudian hari Anissa dalam keadaan bahaya karena kelalaiannya bagaimanapun keluarga harus tau semua.

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang