"Za, jangan buat abang kamu pusing deh." Gerutu Al-Fath melihat tingkah laku bumil, yang tiba-tiba datang ke apartemen nya dengan raut wajah di tekuk.
Zara tetap diam, bibirnya mengerucut. Tak dapat di tahan lagi, akhirnya air mata Zara jatuh begitu saja.
"Dih malah nangis, jangan nangis dong". Al-Fath kebingungan,. melihat adiknya yang kini menangis.
"Kenapa gak boleh?"
Al-Fath menjambak rambutnya, niat hati ingi menyendiri di apartemen karena hari libur. Malah Zara datang ke apartemen dengan kondisi marah-marah gajelas.
"Kalau ada masalah sama si Adam ya di omongin baik-baik. Zara sayang," Bujuk Al-Fath.
"Jangan sebut nama dia!"
"Kenapa?"
Belum sempat menjawab, Zara sudah berlalu menuju kamar mandi. Dia memuntahkan segala isi di perutnya. Mendengar Zara muntah-muntah Al-Fath segera menyusul adiknya itu ke kamar mandi.
"Gimana udah mendingan?"
Zara mengangguk, ia lemas tak sanggup berdiri. Tububnya sudah di topang oleh Al-Fath.
"Bisa jalan?"
"Gak bisa, kaki aku lemes."
Al-Fath memapah adiknya menuju ke kamar, Al-Fath mendengus kesal niat nya ingin bersantai sambil meratapi nasib eh malah ngerawat bumil ngambek yang nggak tau bapaknya si jabang bayi dimana.
Al-Fath melihat Zara sudah tertidur, hingga suara panggilan masuk mengusik Al-Fath.
Adam is Calling
Gotcha! Al-Fath menyeringai, ia harus mengomel pada Adam. Dan juga kesempatan bagus untuk mengusir Zara secara halus. Al-Fath tertawa senang.
"Zara dimana?".
"Nih orang telepon nggak salam langsung nyrocos aja". Gerutunya.
"Iya duh maaf, Assalamualaikum bang".
"Waalaikumsalam".
"Zara ada sama abang? Dia ngambek entah dimana ditelepon WA gk aktif semua".
"Mana ku tau, dia kan istri kamu," Jawab Alfath cuek.
"Dia juga adik abang."
"Sekarang di mana?" Tanya Al-Fath.
"Aku balik pulang, gak jadi ke Bandung. Aku panik, saat bibi di rumah telepon kalau Zara bawa koper entah pergi kemana. Aku juga nggak bisa hubungi Ayah bunda takut mereka khawatir," Jelas Adam panjang lebar.
Belum sempat menjawab, pintu kamar yang digunakan Zara terbuka. Menampilkan Zara dengan wajah bangun tidurnya.
"Kenapa bangun?" Tanya Al-Fath dengan menutup ponselnya agar tidak terdengar suara Adam.
"Gak bisa tidur, mau dipeluk." Zara mengerucutkan bibir, "Abang telepon siapa?"
Al-Fath menggeleng, lalu ia mematikan ponselnya sepihak dan memasukkan ke dalam saku celana.
"Siapa?"
"Salah sambung"
Al-Fath mendekati Zara lalu ia menuntun Zara kembali ke ranjang, Zara langsung mengambil posisi nyaman tidur dengan Al-Fath disampingnya.
"Merem Za," Omel Al-Fath yang fokus ke ponselnya.
"Aku rindu dia tapi dia jahat," Gumamnya.
Al-Fath mendelik kesal, ia kesal karena harus ikut dalam drama rumah tangga adiknya."Gimana mau peluk nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Untuk Anissa (END)
Romance🏆Rank 3 #Anissa dari 44 (28/09/19) 🏆 Rank 35 #Ibu dari 2,44k (28/09/19) 🏆Rank 2 #Anissa dari 46 (23/02/20) 🏆Rank 1 #Anissa dari 47 (09/03/20) Masih banyak kesalahan dalam penulisan, karya ini masih dalam proses revisi. Cover : Pinterest and Ca...