part 2 Langit berbeda

232 13 2
                                    

Rembulan bersinar terang, mataku menerawang
Langit tampak bersih, sayang aku menikmati sendiri.

Aku merasakan hembusan angin ini sendiri tanpa mas fajar.
Hatiku sedikit pilu, karena bagiku kebersamaan dengan mas Fajar bukan hal main-main.
Keinginan untuk hidup bersamanya masih melekat di dalam hati ini, sulit rasanya melupakan semua kenangan tentang kita.

Terkejut, suara handphone ku membuyarkan lamunanku.

Nomer baru

" Assaamualaikum."
" Walaikumsalam senja."

Suara itu... Mas Fajar.
Degup hati ini masih sama, sama dengan yang dulu. Hatiku masih berdegup sama kencangnya.

" Langit di Malang indah, sayang harus ku nikmati sendiri." Ucapnya
" A...Apa kabar mas?" lirihku
" Baik, kamu apa kabar?" tanyanya kembali
" Baik mas, Alhamdulillah." kataku lirih.
" Kenapa? Ada yang kamu sembunyikan? Lama tak bertemu tak membuat mu lupa padaku kan?" ujarnya
" Ada yang melamarku mas, sebulan yang lalu." suaraku bergetar, sesak.

Mas fajar terdiam. Aku pun diam. Seolah kami sedang menyelami bait detak jantung kami masing-masing. Ini sulit, bagiku dan baginya. Tapi, nyata ini tak bisa tertutupi lagi, dia harus tahu. Aku memutuskan dia harus tahu, dari aku, bukan orang lain.

" Dia Awan?." tanya nya pelan
" Mas sudah tahu?." lirihku
" Aku tahu kamu senja, kamu tidak akan mudah menerima orang lain, yang tidak kamu kenal baik sebelumnya." titahnya
" Maaf, mas ... Aku...,"
" Kenapa Awan sih? Kenapa kamu gak mau menungguku? Sebentar saja senja... Sebentar lagi. " Marahnya padaku.
" Dia datang saat semua orang rumahku menunggu mas, dia datang saat aku...saat aku justru mengharapkan kamu yang datang." lirihku padanya.
" kamu tahu aku aku serius senja, dari awal, aku tidak bermain-main."
" Maaf." ucapku pasti
" Kita harus bicara senja." Mohonnya padaku.
" tidak Mas. Tidak dengan cara ini. Assalamualaikum."

Tangisku makin menjadi. Ku hempaskan tubuh letih ini di kasur, rasanya lelah.
Malam ini, langit tak lagi indah.
Meski aku tahu, aku dan dirinya memandang langit yang sama dari belajar berbeda.

Malam ini, semua berakhir. Pikirku. Semua usai.
Tapi sesak, masih terasa pilu menghujam.
Ku pejamkan mata, berharap esok mimpi buruk ini telah usai.

Bengkak.
Kesan pertama mataku.

Pagi ini saat aku terbangun, sadar satu hal. Aku tidak bermimpi.

SENJA SANG FAJAR (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang