Part 13 Rumah

142 9 0
                                    


" Aku hanya memikirkanmu, karna bagiku kamu rumahku, sejauh apapun aku pergi, pasti akan kembali padamu. "

- Fajar -

Dua tahun kemudian . . .

Fajar masih memacu mobilnya dengan keadaan panik, Senja istrinya akan melahirkan. Sementara dirinya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat tugas.
Tidak sesuai perkiraan dokter, Senja melahirkan seminggu lebih cepat dari prediksi.

" Mas...fajar, mana mas fajar Bu? " Senja merintih dibalik kesakitan

Susana panik dirasakan pula oleh kedua keluarga besar. Mereka masih saja mondar mandir di lorong rumah sakit.
Lily berkali-kali menelfon Fajar, dan nomer yg dituju masih belum aktif

Astaga...

" Mas, dari tadi di telpon kok gak diangkat? Mbak Senja di dalam."

" Maaf ly, baterainya low. Tolong chargerkan ya."

Sembari menyerah kan HPnya Fajar masuk ke ruang bersalin Senja.

" Sayang, sayang, ini aku."

" Mas ini kemana aja sih."

" Sabar, aku sudah disini okay, aku disini. Kita berjuang bersama ya...kamu kuat. Ayo bawa anak kita ke dunia. Kamu bisa."

30 menit berlalu...

Suara tangisan bayi menguar, memecah kekhawatiran banyak orang.

Ibu Senja menangis. Dan memeluk ibu Fajar.

Sementara ayah Senja bersalaman dengan Ayahnya Fajar.

" Kita jadi kakek. Alhamdulillah."

Suasana yg indah, suasana yang mungkin di idamkan banyak orang di luar sana.
Siapapun yang menyaksikan akan merasa iri pada keluarga ini

Penantian panjang setelah setahun menikah yang tak kunjung ada kabar Senja hamil.
Kemudian setahun berikutnya kabar bahagia itu muncul, dan hari ini, sang cucu telah lahir.

" Selamat ya pak dan ibu, bayinya perempuan cantik. "  Dokter Mila menyerahkan bayi tersebut pada Fajar.

Seakan dunianya berhenti, bayi mungil itu telah ada ditangannya. Dunia yang baru, seseorang yang akan menjadi pusat hidupnya. Anaknya telah ada di gendogannya. Mimpi?

Tidak.

" Silahkan di adzan kan dulu pak."

Fajar menatap Senja. Mencium dahi istrinya pelan dan lama.

Kemudian mengadzankan sang bayi. Suara Adzan fajar membuat siapapun haru melihatnya. Lily bahkan meneteskan air matanya.

" Jadi Siapa namanya kak?"

Pertanyaan lily membuat Fajar menatap Senja.

" Ameera Eka Maharani."

Fajar menarik nafas, Senja mengangguk tanda setuju.

" Duh...cantiknya dedek Ameera, gemesin."

" Masih kecil Ly, sekolah dulu. Jangan keburu nikah yah." Ucap sang bapak menggoda

" Apa sih Pak." lily memeluk sang bapak karena malu.

Dan...tawa semua orang pecah, sedetik kemudian Ameera menangis, dan Senja memberikan Asi pertamanya. Fajar masih setia di samping Senja.

Menatap sang istri cantik, dan anaknya bergantian. Lengkap. Sebagai lelaki ia merasa dunianya lengkap.

-@-

Sementara di ruangan kantor yang berbeda, Awan melihat foto bayi yang sangat lucu dikirim oleh Lily.

Foto Ameera. Putri Senja.

Awan tersenyum lega. Mendengar Senja melahirkan dengan selamat. Baginya Senja sudah seperti adiknya.
Entah bagaimana rasa itu berubah. Tuhan telah memberikan keajaiban dalam hidup nya.

Awalnya Awan merasa dunianya runtuh. Tapi ia salah, tuhan selalu mempunyai skenario yg unik

" Mas Awan, aku datang...!!" Suara Wulan membuyarkan lamunan Awan

" Astaga, kamu ini kok bisa ada disini?"

" Memangnya salah kalau seorang istri menemui suaminya?" Wulan cemberut

" Bukan begitu sayang, kamu ini lagi hamil, hamil muda, kamu lupa dokter bilang kamu gak boleh capek."

" Tapi aku ini cuma hamil bukan sakit mas."
Wulan mulai menangis. Kehamilanya membuatnya makin sensitif

" Oh...okay maaf ya sayang, mas seneng kamu datang, lihat istri mas yang cantik udah jauh datang kesini, membawa anak mas kemana-mana, bagaimana kabar baby?"
Awan menunduk menciumi perut Wulan.

Wulan tersenyum menghapus airmatanya.
Melihat cara Awan berkomunikasi dengan bayi diperutnya.

" Mbak Senja sudah melahirkan, nanti kita ke sana ya mas. Beli sesuatu dulu tapi di toko perlengkapan bayi. Bayinya perempuan kan? " ucap Wulan semangat seakan lupa dengan peringatan Awan.

" Iya sayang, tapi sekarang makan siang dulu yuk, kamu belum makan kan?" Tanya Awan
Dan di balas gelengan kepala pelan oleh wulan.

Awan menatap mata Wulan lekat. Mencium kening sang istri yang tertutup hijab. Yah...sejak menikah Wulan memakai hijab meski Awan tak memaksanya. Membuat Wulan Permatasari ini semakin cantik.

" Kita pergi makan sekarang, Mas temani kamu, yuk."

Dua insan itu meninggalkan kantor dengan menautkan jemari keduanya. Sesekali Awan mengelus perut Wulan sudah 5 bulan. Selalu ada kebahagiaan di hati wulan setiap kali Awan melakukan itu.

Tiada sabar yang berkhianat.
Kamu boleh terjatuh, kemudian kehilangan. Tapi Tuhan selalu memberi kamu lebih.
Kamu hanya perlu berdoa bersabar dan tawakal.

Sejauh apapun kamu berlari, suatu hari kamu akan menemukan rumahmu sendiri.

Sejauh apapun kamu berlari, suatu hari kamu akan menemukan rumahmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-@- Tamat -@-

Waaaah....selesai.
Masih ada epilog dan ekstrapart.

Makasih buat udah baca dan tekan bintang.
Makasih buat teman yg udah suport.
Makasih buat nara sumber saya yg udah jd inspirasi buat saya bikin cerita ini

Semoga kalian suka. Ditunggu next judul lainnya 😊

Nb: makasih buat teman2 atas sumbangan foto senja😂

SENJA SANG FAJAR (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang