Maaf jika ada kesalahan kata.
Maaf jika ceritanya agak sedikit berbelit belit. Karena saya berpikirnya sambil mendengarkan musik :*Happy Reading🐣
👻👻👻
Sabita membuka matanya yang terasa berat dengn perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing. Daerah matanya terasa sakit. Perutnya yang kosong terasa mual. Sabita membuka selimut berwarna biru yang menyelimutinya. Berjalan menuju kamar mandi. Membuka pintu dengan gambar ilustrasi awan dan juga langit berwarna biru. Memuntahkan semua isi dalam perutnya. Dirinya terkejut karena terdapat darah yang menyatu dengan muntahan. Selanjutnya ia menekan tombol putih yang terdapat di kepala closet–lalu menutupnya. Berjalan kembali dengan langkahnya yang sempoyongan.
Sebelum sampai dalam benda empuk yang disebut kasur, Sabita terjatuh pada lantai. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa berat. Lalu menekan perutnya yang terasa mual kembali. Sabita menangis ditempat. Menahan rasa yang bercampur-campur. Bau anyir tercium perlahan. Bau itu sangat mengganggu indra penciumannya. Semakin terasa dan semakin menjadi. Membuat perutnya seperi di aduk-aduk. Tiba-tiba Sabita memuntahkan isi perutnya ke lantai. Sambil menangis menahan rasa mual dan juga sakit. Lalu terdengar suara deretan pintu yang dibuka. Rini yang sedang membawa Air minum, obat dan juga bubur yang ia buat sendiri seketika terjatuh. Membuat suara pecahan yang sangat keras. Semuanya terjatuh. Rini berlari menuju Sabita. Berjongkok lalu menekan-nekan kepala belakang Sabita. Rini semakin khawatir karena terdapat darah dalam muntahannya.
Wanita yang kini berusia empat puluh tiga tahun itu berteriak memanggil suaminya yang sepertinya belum berangkat bekerja. Percuma saja memanggil nama Sabiru. Karena cowok itu sedang berkumpul bersama teman-temannya. Seperti itulah kebiasaan Sabiru pada hari minggu.
Rendra berlari menuju arah teriakan sang istri. Saat mendapati pecahan mongkuk dan juga gelas, ia berhenti sejenak lalu berlari kecil melewatinya. Betapa terkejutnya Rendra saat mendapati putrinya yang terus muntah. Ia sama terkejutnya dengan Rini karena melihat darah di dalam muntahannya.
Tanpa berkata apapun, Rendra membopong tubuh mungil anak gadisnya. Ia menyuruh istrinya untuk diam di rumah dan membersihkan kekacauan yang ada di dalam kamar milik Sabita. Rini mengiyakannya karena tidak ingin membantah perkataan sang suami. Wk.
Dengan cepat, Rendra membawa Sabita ke rumah sakit tempat dimana Sabiru bekerja. Karena dokter-dokter yng bekerja disana pasti mengenali Rendra–ayah dari seorang dokter bedah umum yang masih muda, Sabiru Narayyan.
•••
“Halo? Iya ma, kenapa?”
“Adek kamu dibawa ke rumah sakit tempat kamu kerja sama papa.”
“Emangnya dia kenapa?”
“Tadi adik kamu muntah-muntah. Ada darahnya. Kamu jemput mama dulu ke sini baru kita ke rumah sakitnya bareng. Sekarang!”
“Iya ma. Sabiru sekarang pulang. Assalamu'alaikum.”
“Iya sok di tunggu. Wa'alaikum salam.”
Panggilan itu di akhiri oleh rasa kekhawatiran. Sabiru lalu berpamit pada teman-temannya untuk segera pulang karena ada urusan keluarga. Teman-temannya mengerti dan mengizinkan Sabiru untuk pulang. Sabiru menaiki mobilnya dan segera mengemudi ke arah rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
HorrorSabita berteriak kencang dan mencoba melepaskan cekalan dari sosok yang perlahan ingin berdiri dengan menaikan tangan dinginnya pada kaki Sabita. Sabita mencoba melepaskannya tetapi tidak bisa. Seolah tangan dari sosok itu adalah lem perekat. Sangat...