HARI sabtu ini, Sabita kedatangan orang-orang dari organisasi taman belakang. Siapa lagi jika bukan mereka? Mereka benar-benar membuktikan ucapannya. Sekarang, Sabita ingin keluar dari kamarnya tetapi sangat malas. Ralastri, Ando, Keno, Rezy dan Ilyas sudah berada di bawah-ruang keluarga, menunggu Sabita. Jelas-jelas dirinya terkejut dengan kedatangan mereka yang terbilang mendadak. Untung saja Sabiru berada dirumah karena hari libur. Jika tidak, tamatlah riwayatnya.
"Dek, cepetan keluar! Kakak mau ke rumah sakit!" ucap Sabiru terus mengetuk pintu secara keras dan terburu-buru. Sabita sudah siap, tetapi sangat malas meladeni teman-temannya yang baru.
Sabita berjalan ke arah pintu, malas. Lalu membuka pintunya dan melihat Sabiru sudah rapi dengan kemeja hitam dan juga celana senada. Tampan. Mungkin mereka bilang begitu. Tapi, ah sudahlah.
"Itu temen-temen kamu ada dibawah. Cepetan sana temuin! Kakak buru-buru."
"Ya."
Sabiru berjalan menuruni tangga, dirinya mengikuti Sabiru untuk menemui mereka di ruang keluarga. Sabiru berbelok ke kiri, sedangkan Sabita ke kanan-ke ruang keluarga.
Sabita menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Padahal, Dia hanya ingin mendapatkan teman untuk bertukar perasaan, bukan untuk berpetualang menemukan misteri tentang sekolah.
"NAH, INI DIA!" teriak Ralastri dengan suara cemprengnya. Sabita duduk di sofa khusus untuk satu orang. Sepertinya mereka sengaja mengosongkan sofa single untuk dirinya duduk.
"Jadi, hari ini kita bakalan mempersiapkan peralatan buat jaga-jaga. Bulan purnama tinggal nunggu beberapa hari lagi," ucap Ilyas sambil memainkan hand phonenya. "Enggh, mungkin dua minggu lagi," lanjutnya menyimpan benda pipih berwarna hitam di meja.
"Ya, bener tuh. Perkiraan gue sih, bertepatan sama hari libur. Jadi, kita bisa nginep disekolah selama dua hari. Atau mungkin, tiga," ucap Ando lalu membuka toples berisi kue mangkok coklat.
"Terus kalau dua minggu lagi, kenapa kalian pada ke sini? Kan masih lama," pertanyaan Sabita membuat semua orang meliriknya. Tidak terkecuali dengan Ilyas dan juga keno, keduanya sedari tadi bertanding bermain game di hand phone.
"Mainlah," seru Rezy sambil mengunyah kripik kentang yang ia bawa. "Ganggu aja," gumam Sabita menekan kata 'ganggu'.
"Gak gitu juga..." ucap Ralastri memajukan bibirnya. "Malam ini kita bakalan ke sekolah. Buat bedain sekolah saat hari biasa sama bulan purnama. Jadi, kita bakalan nginep disekolah selama dua hari. It will be very fun!" jelasnya lalu mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya ke atas.
"Keep the spirit!" teriak Keno menyamai Ralastri.
"YA!" teriak semuanya bersemangat-kecuali Sabita.
•••
Sekarang Sabita dan yang lainnya berada di super market. Mereka semua hanya sekadar mampir untuk membeli air mineral dan juga makanan ringan. Sabita membeli coklat batangan, air mineral dan juga satu jus mangga untuk di minumnya sekarang.
Persiapannya tidak terlalu banyak. Mereka hanya membawa senter, dan juga tali tambang. Entah apa yang mereka pikirkan, Sabita hanya mengiyakan semuanya supaya tidak ada masalah.
Setelah selesai membeli camilan, semuanya segera bergerak menuju sekolah karena hari sudah mulai malam. Mereka semua tidak masuk melalui gerbang utama, melainkan melalu benteng dekat rel kereta api.
Pukul 19.54, mereka sedang mencoba untuk menaiki tembok pembatas tetapi tidak berhasil. Untung saja semua cctv di sekolah ini dimatikan jika malam sudah tiba-kecuali jika ada acara yang di adakan disekolah pada saat malam hari. Bukan karena apa-apa. Mungkin mereka tidak memiliki biaya lebih. Soalnya, sekolah ini adalah peninggalan belanda, dan juga kepemilikan pemerintah.
"Ndo, lo manjat sana!" ucap Rezy menyuruh Ando untuk memanjat tembok pembatas yang cukup tinggi.
"Kalau tahu gini, mendingan bawa tangga lipat." ucap Ando melipatkan kedua tangannya di dada.
"Kalian bisa gak ribut? Masa manjat aja pada gak bisa?" ucap Sabita lalu menuju pohon dekat tembok pembatas. Entah apa yang merasuki Sabita :v hingga tak sadar jika diatas pohon itu terdapat kuntilanak yang sedang memperhatikan mereka.
Setelah sampai, Sabita baru sadar jika diatas pohon itu terdapat kuntilanak dengan rambut panjang tergerai sampai menyentuh tanah. Seketika bulu tengkuknya meremang. Kuntilanak yang dilihatnya ini, tidak memiliki bola mata. Sehingga terdapat darah yang mencucur di dalam kedua matanya. Rasanya sangat ngilu melihat sosok kuntilanak itu.
"Kenapa diam? Gak bisa manjatnya? Makanya jangan sok-sok an!" ucap Ando keras. Memperhatikan Sabita yang sedang berdiri mematung memandangi atas pohon.
"Bukan itu, tapi..." ucap Sabita menggantungkan ucapannya. Menelan salivanya susah payah.
"Ada kuntilanak serem banget di atas pohonnya," Semuanya terkejut mendengar ucapan Ilyas. Lantas mereka melangkahkan kakinya mundur secara perlahan.
Baru saja tiga langkah, terdengar suara cekikikan dari sosok kuntilanak tadi. Semuanya lari terkejut dengan meninggalkan sebuah tali tambang.
"Huh.., Kan..., Udah gue bilang jangan terlalu malam," ucap Ando terengah-engah lalu mengambil tas ransel di punggungnya. Membuka resleting lalu mengambil air mineral dan meminumnya tergesa-gesa. "Ah, kalau tahu gini sih sore aja ke sininya. Biar disangkanya mau latihan eskul." ucap Ando membuang nafasnya cepat.
"Hey! Udah, udah! Mendingan cari tempat aman aja gimana?" seru Rezy dengan sorot matanya yang menyala berwarna hijau.
"Cari tempat aman apaan? Semuanya gak ada yang aman bego!" bentak Ilyas lalu menelan airnya kuat-kuat. Menyisakan sesak di dada.
Ya, memang semuanya tidak ada yang aman. Bahkan mereka sedang berada di dekat rel kereta api. Sabita melihat diseberang, sisi dekat semak-semak, terlihat seperti ada cercahan daging yang di cincang menyebar dipermukaan rel. Tak hanya itu, sekitar sepuluh meter dari kakinya berpijak, terlihat sosok yang tidak memiliki kepala sedang berjalan tak tentu arah-dengan gerak kedua tangannya seperti zombie-seperti ingin meraba sesuatu yang ditemukannya.
Sabita muak melihat semua itu. Ia memejamkan matanya mencoba untuk tenang. Bebauannya mengunci bau darah yang sangat membuatnya mual.
Sabita tidak merasakannya seorang diri. Ilyas pun merasakan hal yang sama. Keduanya adalah anak indigo yang bisa melihat 'mereka' diantara Keno, Ando, Rezy dan juga Ralastri.
Oke, supaya paham, mari kita simak kemampuan nama-nama diatas.
Ralastri Ayulhasa. Seorang gadis berkaca mata dengan rambutnya yang sebahu tidak memiliki kemampuan apapun. Dirinya hanya bisa mengatur semua rencana yang akan dilakukan secara matang-matang. Karena kemampuan yang sesungguhnya adalah, otak.
Zee Rezy. Gadis bermata hijau dengan rambut pirang ini memiliki kemampuan yang disebut Indigo Mediumship. Sebuah kemampuan untuk bisa menggunakan rohnya serta roh orang lain sebagai sarana medium. Kemampuan ini juga mampu melakukan komunikasi dengan roh-roh dari alam kematian dengan tujuan tertentu. Kemampuan lainnya dari indigo ini adalah melihat dan berkomunikasi dengan roh makhluk halus yang berasal dari dimensi lainnya.
Keno Sayudha. Ia memiliki kemampuan yang disebut indigo psychometri. Kemampuan istimewa dari indigo ini adalah menggali informasi serta komunikasi dengan objek atau benda apapun di sekitarnya. Pasti tahu lah :)
Ando Avindra. Lelaki humoris ini memiliki kemampuan yang disebut Telepati. Kemampuan untuk berkomunikasi, saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara. Tentu saja membaca pikiran orang lain ;)
So, itu semua penjelasannya. Ah, tapi akan dipikirin lagi, Maybe.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABITA
KorkuSabita berteriak kencang dan mencoba melepaskan cekalan dari sosok yang perlahan ingin berdiri dengan menaikan tangan dinginnya pada kaki Sabita. Sabita mencoba melepaskannya tetapi tidak bisa. Seolah tangan dari sosok itu adalah lem perekat. Sangat...