0.7

348 23 2
                                    

Menjauh itu gampang, melupakan yang susah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Happy reading..

Pukul 22.00.

Sudah larut malam tapi Rakha masih bangun. Sedari tadi perasaan nya tak karuan. Zahra tidak menghubunginya dari pulang sekolah sampai sekarang. Sebenarnya biasa saja si kalau gadis itu tidak menelponnya. Namun ada sebersit rasa khawatir yang membuatnya tak tenang malam ini.

"Arghh, gila gue lama - lama " batinnya

Tak tahan akhirnya ia pun mengambil handphone nya dia atas nakas dan mulai menelpon gadis itu.

Tuttt...tutttt

Tiga panggilan berturut - turut namun tak ada tanda - tanda telfonnya akan diangkat. Akhirnya Rakha menyerah, ia pun memutuskan untuk tidur saja dan besok ia akan ke rumah gadis itu, seperti kebiasaan mereka berdua kalau hari minggu pasti jogging keliling kompleks bersama.

📎📎📎📎📎📎📎📎

Lagu imagination dari shawn mendes mengalun di kamar Zahra. Sudah lebih tiga kali panggilan itu ditolak nya. Sedari tadi ia tahu bahwa Rakha yang menelponnya. Namun moodnya sudah sangat buruk untuk diganggu lagi. Biar saja Rakha berpikir sesukanya.

Zahra lelah. Ia lelah dengan semuanya. Ia cape kalau begini terus. Ternyata begini rasanya mencintai orang yang sudah jelas - jelas tidak mencintai kita. Itu hanya membuat nya sakit.

Namun ia tak bisa menolak rasa itu. Rasa yang entah kapan datangnya di dirinya. Ia bingung dengan sikap Devano. Vano yang selalu memprioritaskan dirinya bahkan di depan pacarnya pun ia masih saja memikirkan kehadirannya. Terkadang ia bingung, Vano itu menyukainya atau kekasihnya itu.

Zahra tersenyum kecut mengingat kekasihnya Vano. Ia teringat lagi kejadian siang tadi di rumah Vano.

Bagaimana kecewanya Zahra saat ia sudah terburu - buru untuk pulang, namun ketika ia sampai disana sudah ada Rahma, pacar Vano. Zahra berpikir untuk apa Vano menghubunginya kalau gadis itu sudah datang.

Ia melihat bagaimana manisnya perlakuan Vano kepada gadis itu. Ia pun pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Hal itu yang terkadang membuat ia bingung, Vano menganggap dirinya itu apa. Tak terasa air mata menetes di pipi mulusnya. Ia membiarkannya saja malam ini. Ia hanya berharap besok akan menjadi hari yang lebih baik untuknya.

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

" Raaa.. bangun sayang. Itu ada Rakha dibawah nungguin kamu tuhh. " teriak Diana dari pintu kamar.

Zahra menggeliat sedikit kemudian bangun dari tidurnya. Ia melihat jam di dinding. Setelah itu ia beranjak untuk mandi. Hanya butuh waktu 20 menit ia sudah siap dengan setelannya. Ia hanya menggunakan celana selutut, kaos putih yang dilapisi jaket biru, dan sepatu kets putih nya, terakhir ia mengikat rambutnya menjadi ekor kuda.

Setelah dirasa siap ia turun ke bawah. Disana sudah ada Rakha menunggunya, cowo itu juga mengunakan setelan jogging nya.

Rakha yang menyadari gadis itu turun dari kamarnya pun segera berdiri dari duduknya.

" Bagus lo ya, gue telpon berkali - kali ga lo angkat. " sewot Rakha.

ᴀʙᴏᴜᴛ ᴢᴀʜʀᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang