2.8

119 14 1
                                    

" Ra, udah siap belum? Rakha udah nunggu daritadi tuh, buruan dikit sayangg " ujar sang mama saat melihat anaknya tak kunjung keluar kamar.

" Iya mah, sebentar " jawab Zahra.

Sebenarnya ia sudah siap dari tadi. Cuman matanya sekarang terpaku mengarah pada tisu di tangannya yang sudah berubah menjadi warna merah. Darah. Ia mimisan lagi.

Agar tak ketahuan ia mengoleskan sedikit liptint supaya bibirnya tak pucat. Dengan memasang senyum yakin ia keluar kamar.

Rakha yang melihat itu segera berdiri dan mendekati gadis itu.

" sarapan dulu, gue tungguin " ujar Rakha sambil menuntun Zahra ke meja makan.

Setelah sarapan dan pamit mobil Rakha pun berjalan keluar dari pekarangan rumah Zahra. Di dalam mobil Rakha hanya fokus ke depan, begitupun Zahra. Ia sibuk memperhatikan jalanan di pagi ini.

Sekolah masih sepi saat mereka tiba di parkiran sekolah. Saat Zahra sedang melepas sealtbeat nya Rakha memanggil. Ia pun menoleh.

" kenapa ? " tanyanya saat melihat Rakha diam mematung seraya tak melepas pandangannya.

" darah.. " lirih Rakha.

Zahra pun melotot dan memegang bawah hidungnya. Benar saja, ia mimisan lagi.

" jangan pake tangan, sini deketan " ujar Rakha saat melihat gadis itu mengelap menggunakan tangannya. Ia sungguh takut melihat gadis itu mimisan lagi.

Zahra pun menurut. Ia mendekat dan menahan degupan jantungnya saat Rakha mendekat juga kepadanya seraya membersihkan darah itu menggunakan tisu. Wajah cowo itu sangat serius ketika khawatir seperti ini.

" dah, kelar. " katanya seraya menegakkan kembali duduknya.

" makasih " ujar Zahra pelan. Rakha tersenyum.

Mereka pun keluar dari dalam mobil dan berjalan beriringan ke kelas Zahra.

" Ntar istirahat tunggu gue, jangan kesana duluan. Kalau sakit bilang. " ujar Rakha.

" iya, " jawabnya.

Rakha pun berlalu pergi ke kelasnya. Sesampainya di kelas sudah ada Rahman yang sedang duduk di bangkunya.

" Kesambet apaan lo turun jam segini ? " tanya Rakha. Pasalnya ini baru jam setengah tujuh. Biasanya temannya itu selalu lambat saat sekolah.

" Hufftt... " bukannya menjawab Rahman malah menghela nafas.

" lagi ada masalah sama nyokap lagi? " tebak Rakha.

Rahman menggeleng. Rakha menjitak kepala temannya itu geram.

" lo bukan cewek, ga usah sok diem gitu, jijik gue liatnya " ucap Rakha kesal.

Rahman pun tetap diam. Tak lama masuk Arfan ke dalam kelas dan langsung duduk di bangku sebelah Rahman.

" Lo berdua kenapa dah, pagi - pagi muka kayak baju belum di setrika, kusut amat. " ujar Arfan saat melihat kedua temannya saling diam.

Tak menjawab pertanyaan Arfan, Rahman berlalu keluar kelas. Arfan yang melihatnya mengerutkan kening. Sedangkan Rakha hanya diam melihatnya.

" napa temen lo " tanya Arfan.

" siapa? Dia? Bukan temen gue. " jawab Rakha jengkel sambil berjalan ke bangkunya.

Arfan yang melihat kedua temannya aneh pagi ini hanya menggelengkan kepalanya.

" Ternyata cuman gue yang waras " lirihnya.

***

Saat ini Rahman sedang berjalan menuju rofftop. Pikirannya melayang saat sore dua hari lalu ketika ia hendak menjenguk Noy, pacarnya.

ᴀʙᴏᴜᴛ ᴢᴀʜʀᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang