3.4

80 10 1
                                    

Gue gatau harus ngapain rakh..  batin Vano.

Ia pun melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Saat sudah memasuki kelas ia sempat berpapasan mata dengan Zahra.

Entah ada yang aneh dari tatapan gadis itu saat ia masuk. Dan rasa penasaran nya terjawab saat Zahra berjalan mendekati meja dimana tempat Vano duduk.

Zahra duduk di hadapan Vano. Keduanya. sibuk memperhatikan satu sama lain seolah berpikir sendiri percakapan apa dan siapa yang akan memulainya.

" vano..." panggilnya pelan sambil sesekali menunduk ke bawah memperhatikan tangannya yang sibuk meremas rok sekolahnya. Ia sungguh gugup saat ini.

Vano hanya menatapnya seraya mengangat alis seolah bertanya, kenapa?

" gue boleh nanya ga? " ujar Zahra sedikit takut akan pertanyaan nya.

" nanya aja. " jawab Vano santai.

Ada jeda sedikit sebelum Zahra berani bertanya hal itu.

" tadi.. lo sama Ima kemana? " ungkapnya.

Vano mengangkat alisnya, benar firasatnya. Ada salah dengan gadis ini. Ia menghela nafas sebentar lalu menjawab,

" kenapa nanya gitu? " tanya Vano balik.

Zahra yang ditanya seperti itu hanya tersenyum tanggung. Dan Vano tau akan maksud senyuman gadis itu.

" lo denger ra? " tebak Vano melihat gelagat Zahra yang sepertinya sudah tau apa yang terjadi.

Entah apa yang merasuki Zahra, namun mata Zahra berkaca kaca saat Vano bertanya padanya. Perlahan namun pasti ia mengangguk.

" sampai mana? Lo tau sampai mana? " tanya nya lagi.

" semua.. " cicitnya pelan.

Vano menghela nafas berat.

" udah ga usah nangis. Tambah jelek lo ntar.." hibur Vano saat melihat Zahra menangis.

Zahra tersenyum tipis mendengarnya lalu menghapus air mata yang sempat meleleh di pipi putihnya.

" Trus kita gimana? " tanya Zahra kemudian.

Ada jeda beberapa saat sebelum Vano menjawab pertanyaan yang sebenernya sedang ia pikirkan saat ini juga.

" Dari cerita yang gue denger dari tu dekel Rakha belom tau, dan kata dia bakalan bokap nya Rakha langsung yang bakal kasih tau " jawab Vano

" Jadi kalau menurut gue mending kita diem aja, buat keluarga nya sendiri yang nyelesain, gue yakin ini ada hubungannya sama Rakha yang galau akhir - akhir ini " tambah vano.

" sampai kapan? Maksud gue sampai kapan kita harus diem? Lo tau kan dia bakalan kecewa banget kalau tau temen deket dia sendiri nyembunyiin sesuatu dari dia. Dan dia marah nya bakalan lama. " cecar Zahra

" untuk saat ini pilihan terbaik diem ra, kita cuman bisa hibur dia, temenin dia kalau lagi sedih, udah itu aja cukup. " final Vano.

Zahra diam sambil memperhatikan Vano yang sibuk berpikir, dan  keheningan itu terhenti saat guru fisika mereka memasuki kelas.

Selama jam pelajaran berlangsung Zahra dibuat tidak fokus. Dan alhasil ia hanya bisa melamun dengan mata yang terarah ke papan tulis namun isi pikiran melayang entah kemana.

Kringgg.....kringggg..... jam pelajaran terakhir telah usai.

Setelah guru yang mengajar keluar Zahra segera membereskan perlengkapan alat tulisnya dan beranjak keluar.

ᴀʙᴏᴜᴛ ᴢᴀʜʀᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang