Betapa bahagianya Jeonghan ketika Seungcheol menawarkan kencan kedua padanya. Setelah kencan sebelumnya berjalan dengan baik, meskipun yang mereka lakukan hanya makan bersama dan nonton film, Jeonghan tetap menikmati setiap detiknya. Jeonghan kini sibuk memilah-milah mantel yang cocok dengan blus juga rok span sebatas lututnya. Telinganya sendiri sudah tertutup rapat-rapat dari peringatan orang-orang yang mengatakan bahwa Seungcheol bukanlah pria baik-baik.
Menurut Jeonghan bagaimana bisa pria jahat begitu memperhatikannya, memperlakukannya seperti tuan putri? Tidak, Jeonghan tidak percaya. Jeonghan tersenyum lebar setelah memulaskan lip gloss terbarunya yang berwarna pink salem. Tidak ketinggalan cologne dengan wangi bunga yang lembut ia bubuhkan di leher juga pergelangan tangan. Kini Jeonghan siap pergi ke tempat yang disebutkan Seungcheol dalam SMSnya.
Kencan kedua ini tidak akan mereka habiskan dengan menonton film ataupun makan malam. Mumpung hari ini hari valentine, Seungcheol akan membawa Jeonghan berkeliling Namsan Tower. Jeonghan datang tepat di jam empat sore. Matahari masih memberikan cahayanya. Dengan gugup Jeonghan tiba-tiba menyerahkan kotak kecil yang ia bawa dari rumah.
Alis tebal Seungcheol berkerut sebelah. Ia menatap heran kotak di tangan Jeonghan. "Hari ini valentine bukan?" ucap Jeonghan. Senyum Seungcheol merekah.
"Untukku? Kau membuatnya sendiri?" tanyanya antusias. Jeonghan mengangguk malu-malu. Senyuman Seungcheol semakin lebar.
"Terima kasih, aku akan menyimpannya dengan baik." katanya, Jeonghan mengerucutkan bibirnya.
"Dimakan, bukan disimpan! Kau ini bagaimana, sih? Kalau disimpan nanti lama-lama bisa rusak!" kata Jeonghan dengan pipi bersemu merah antara kedinginan atau malu-malu.
"Baik, baik, aku akan memakannya, tapi nanti, sekarang kita jalan-jalan dulu." kata Seungcheol. Jeonghan mengangguk setuju. Ia pun mulai mensejajarkan langkahnya dengan Seungcheol. Mereka mulai dengan menaiki kereta gantung. Meskipun sudah lama tinggal di Seoul, ini kali pertama Jeonghan pergi ke Namsan Tower.
Sedangkan Seungcheol yang bukan berasal dari Seoul sudah kelima kalinya dia pergi ke tempat ini. Seungcheol dengan lancar menjelaskan seluk beluk dan sejarah tempat ini. Jeonghan benar-benar dipandunya, dipandu untuk menikmati kesenangan. Pemberhentian terakhir mereka ketika langit sudah gelap dan bintang-bintang mulai bertebaran adalah Love Lock yang legendaris itu. "Tempat ini adalah tempat pertama yang aku kunjungi ketika sampai di Seoul untuk pertama kalinya," kata Seungcheol menatap pegunungan yang kontras dengan hiruk pikuk perkotaan. Tatapannya berubah sendu, tidak berapi-api seperti sebelumnya.
"Cinta pertamaku, ketika kami naik ke kelas tiga, dia pindah ke Seoul tanpa pamit, dan tempat ini adalah yang paling sering disebutnya dalam email, dia pula alasan aku bersikeras kuliah di Seoul." kata Seungcheol lagi membuat hati Jeonghan menciut. Cinta pertama katanya, apakah Seungcheol masih belum bisa melupakan wanita itu? Itukah sebabnya ia tidak pernah serius dengan wanita karena dia masih memikirkan cinta pertamanya.
"Sepertinya kau sangat mencintainya, ya?" sahut Jeonghan yang tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Seungcheol berjalan kemudian berhenti pada sebuah gembok yang tampak sedikit berkarat. Di atasnya ada inisial CSC dan JDY. Seungcheol mengelus gembok itu.
"Tadinya," sahut Seungcheol menoleh pada Jeonghan. Ia tersenyum misterius, kemudian melanjutkan ucapannya. "Sebelum aku bertemu denganmu." Wajah Jeonghan kembali merona. Dadanya kembali berdegup tak karuan.
Seungcheol mengeluarkan sesuatu yang tidak pernah diduganya, sebuah kunci. Dengan cepat Seungcheol membuka kunci gembok yang ia pegang tadi kemudian membuang gembok itu beserta kuncinya. Jeonghan ternganga menatapnya.
"Aku selalu menyimpan kunci itu, aku tahu dia akan pergi dariku sehingga aku tidak pernah berharap gembok itu akan terkunci selamanya, suatu saat pasti aku akan membukanya dan..." Seungcheol mendekat pada Jeonghan dalam jarak yang sangat dekat. "Aku akan menemukan alasan untuk membuka gembok itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eomma, Fighting!
Fanfiction[Complete] Seventeen Fanfiction //// Jeonghan tidak tahan lagi menghadapi suaminya yang genit itu. Sayangnya dia harus bertahan demi kedua anak mereka. Demi keutuhan keluarga mereka. Ketika surat itu melayang di hadapannya, disodorkan oleh Seungcheo...