Orang-orang suruhan Jisoo tengah asik berbincang ketika beberapa mobil mulai memasuki halaman pergudangan. Mobil sedan yang diiringi oleh van-van hitam. Salah satu kaki tangan Jisoo pun berdiri, anak-anak buahnya mengikuti.
Mobil sedan yang memimpin berhenti tepat di hadapan mereka. Seorang berjas hitam turun dari mobil sedan untuk menghadapi pemimpin dari tim orang suruhan Jisoo.
"Siapa kalian?" ucap orang suruhan Jisoo. Sementara Jonghyun, laki-laki itu tertawa renyah.
"Harusnya aku yang bertanya, siapa kalian? Memangnya kalian ada urusan apa di pergudangan ini?" ucap Jonghyun. Ia sebenarnya kurang suka pekerjaan ini. Tetapi ini demi adiknya.
Laki-laki bertubuh besar dengan wajah kasar itu memandangnya remeh. Sejurus kemudian ia mendekat dan memegang kerah Jonghyun. "Apa? Memangnya kau siapa heuh? Berani sekali masuk ke kawasan kami." ucapnya dengan napas berbau busuk. Jonghyun sampai berpaling karena tidak tahan dengan baunya.
Laki-laki itu tampaknya tidak terima, ia menarik kerah Jonghyun lebih kencang. Namun, Jonghyun lebih dulu bergerak dan memukul wajahnya sampai pria itu tersungkur. Para suruhan Jisoo sempat tercengang melihat apa yang baru saja terjadi. Pemimpin mereka langsung menoleh dengan marah.
"KENAPA KALIAN DIAM SAJA? SERANG DIA." bentaknya. Barulah mereka bergerak untuk menyerang Jonghyun namun sebelum itu terjadi, pasukan yang dibawa Jonghyun lebih dulu menyerang mereka. Pria bertubuh besar itu masih tidak terima dan membalas pukulan Jonghyun. Terjadi adu kekuatan yang cukup intens antara mereka berdua.
"Katakan dimana adikku." tekan Jonghyun ketika ia berhasil menyudutkan pria itu. Dengan tangan bergetar pria itu menunjuk pintu gudang tempat ia mengurung Jeonghan dan anak-anaknya.
. . .
Seoul, 2006
Sejak hari pertama sekolah Jeonghan merasa gadis-gadis di sekitarnya sudah membencinya. Itu semua karena ketua osis yang terkenal tampan itu menyebarkan gosip yang tidak-tidak. Ketua osis itu menyukai Jeonghan dan mengatakan pada semua orang kalau dia dan Jeonghan berkencan. Kenyataannya, Jeonghan bahkan tidak pernah membalas SMSnya.
Karena rumor itu satu persatu gadis-gadis mulai merundungnya. Pagi ini Jeonghan menemukan tikus di dalam tasnya. Lalu saat makan siang, orang-orang menatapnya aneh. Bahkan yang tadinya masih mau berbicara dengannya langsung menjauh darinya. Itu semua karena tulisan yang tertempel di belakang punggung Jeonghan.
"Menjauhlah kalau kau tidak mau pacarmu kurebut."
Begitu isi tulisannya. Jeonghan hanya meremas kertas itu dan membuangnya ke sampah. Jeonghan pikir dengan mengabaikannya akan membuat mereka lelah. Tetapi semakin Jeonghan mengabaikan perbuatan mereka semakin mereka berbuat semena-mena. Setiap hari ada saja perbuatan mereka untuk menyakiti baik fisik maupun batin Jeonghan.
Satu persatu temannya menjauh. Siapa sih yang ingin terlibat dengan korban rundungan? begitu menurut mereka. Namun, Jeonghan masih mencoba untuk menahan diri.
"Jeonghan-ah," saat itu hanya Jisoo yang berani mendekatinya. Jeonghan tidak menghiraukan panggilannya. "Kenapa kau diam saja? kau bisa melaporkannya pada guru."
Jeonghan mendengus. "Mereka tidak akan mendengarkanku."
"Atau… orang tua mu?" Jeonghan berhenti melangkah. Ia menoleh pada Jisoo.
"Aku akan mengurus mereka tapi tidak sekarang."
Suatu siang ia pulang dari sekolah dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Tasnya telah di obrak-abrik oleh geng cewek yang dimana ketua mereka menyukai ketua osis. Lalu mereka juga mengeroyok Jeonghan sampai babak belur. Jonghyun menahannya di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eomma, Fighting!
Fanfiction[Complete] Seventeen Fanfiction //// Jeonghan tidak tahan lagi menghadapi suaminya yang genit itu. Sayangnya dia harus bertahan demi kedua anak mereka. Demi keutuhan keluarga mereka. Ketika surat itu melayang di hadapannya, disodorkan oleh Seungcheo...