#16 - Mungkin Memang Lebih Baik Akhirnya Seperti Ini

2.8K 280 37
                                    

Musim gugur tahun 2009

Suara denting musik pernikahan mengiringi Jeonghan berjalan menuju altar. Kyuhyun menggandeng putrinya sambil menegakkan punggung. Dari balik kerudungnya, Jeonghan menatap orang-orang yang ia sayangi. Teman-teman, keluarga, semua berbahagia untuknya. Di bagian depan ada satu kursi kosong. Hati Jeonghan menciut mengingat hubungan persahabatannya dengan Jisoo sudah berakhir.

"Han?" tegur Seungcheol menyadarkan Jeonghan dari lamunannya. Jeonghan mengangkat kepala dan menatap calon suaminya sendu. Seungcheol pun menggenggam tangannya dan mengusapnya lembut. "Jangan khawatir, ada aku disini." ucap Seungcheol setengah berbisik.

"Jaga putriku dengan baik." sahut Kyuhyun ketika melepaskan tangan putrinya di altar. Seungcheol mengangguk, Kyuhyun kembali ke tempatnya.

Janji suci pun diucapkan. "Aku, Choi Seungcheol berjanji untuk selalu mencintai dirimu, Yoon Jeonghan, dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, dan menerimamu sebagai istriku." Seungcheol mengucapkannya dengan lantang. Penuh dengan keyakinan. Jeonghan tersenyum. Hatinya kembali hangat mendengar janji tersebut. Ia pun mengucapkan yang sama.

Hari itu adalah hari bahagianya. Ia tidak pernah menyangka hari yang selalu ia impikan akan datang secepat ini. Dan dalam hitungan bulan kedepan, di antara mereka akan lahir buah cinta mereka.

"Kira-kira anak kita laki-laki atau perempuan?" tanya Jeonghan sambil berdansa bersama suaminya. Seungcheol tersenyum kecil.

"Kau mau anak laki-laki atau perempuan?"

"Aku lebih suka anak laki-laki."

Seungcheol tertawa. "Tidak apa kalau bandel sepertiku? aku sangat nakal lho waktu kecil."

"Eish, kalau perempuan juga tidak ada bedanya." sahut Jeonghan. Seungcheol memutarnya.

"Kenapa? karena kau juga nakal?" mata Jeonghan terbelalak. Ia menatap Seungcheol galak.

"A-aku gadis yang baik kok!" jawabnya gugup. Seungcheol kembali tertawa.

"Baiklah, aku percaya." kata Seungcheol lalu mengecup pipinya. Jeonghan tersenyum. "Aku mencintaimu." bisik Seungcheol di telinganya. Jeonghan pun mengalungkan tangannya di leher Seungcheol.

"Aku juga mencintaimu." sahutnya sambil menempelkan bibir di bibir Seungcheol. Jeonghan menikmati ciuman lembutnya seiring dengan suara musik romantis. Dalam hati ia memiliki harapan, semoga kebahagian seperti ini bertahan selamanya sampai maut memisahkan mereka.

. . .

Ketika membuka mata Jeonghan melihat seberkas cahaya. Dirinya bertanya-tanya apakah ia sudah sampai di surga? Tetapi surga tidak akan sesibuk ini. Orang-orang tidak akan berteriak panik. Dan surga tidak berbau cairan disinfektan.

Sayangnya Jeonghan tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Ia kembali menutup mata. Tubuhnya terasa sangat lelah, ia hanya ingin tidur.

. . .

Jeonghan terbangun. Kali ini tidak ada cahaya yang menyilaukan apalagi orang-orang yang berteriak panik. Jeonghan terbangun dalam suasana yang tenang dan sejuk. Orang pertama yang dilihatnya adalah Seungcheol. Ia masih belum sadar sepenuhnya ketika Seungcheol menyebut namanya dan memanggil petugas rumah sakit mengabarkan pada mereka bahwa Jeonghan sudah sadar.

Seungcheol terlihat baik-baik saja, Jeonghan hampir tidak mempercayai ini. Hari itu peluru menembus punggungnya. Ditambah Jeonghan masih bisa sadar dan terbaring di rumah sakit setelah jatuh dari ketinggian hampir ratusan meter dari permukaan tanah.

"Tim penyelamat sudah menyiapkan balon kasur raksasa di bawah ketika kau terjatuh, di tubuhmu hanya terdapat beberapa luka akibat tergores pagar pembatas," jelas Seungcheol menggenggam tangannya. Jeonghan meremas tangan Seungcheol. "Aku baik-baik saja, luka tembaknya tidak dalam." tambah Seungcheol lagi. Jeonghan pun menghela napas lega.

Eomma, Fighting!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang