Sebelum alarm pagi berbunyi, Doyoon sudah siap dengan setelan kerjanya. Seperti rutinitasnya di hari-hari lain, Doyoon menikmati sarapan sambil membaca berita lewat tabletnya. Sebuah pemikiran tiba-tiba melintas di kepalanya. Doyoon mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Pikirannya melayang ke hari di mana ia bertemu Jeonghan.
Ketika Jeonghan melangkah pergi meninggalkan kafe hari itu, Doyoon langsung mengejarnya. Meskipun sepatu haknya tidak bisa menyamai langkah kaki Jeonghan yang panjang tetapi Doyoon berhasil mencegatnya di tempat parkir.
"Maafkan aku jika kehadiranku sudah membuatmu sakit hati selama ini, tetapi percayalah aku dan Seungcheol semuanya sudah selesai." ucap Doyoon dengan napas tersenggal. Jeonghan memutar tubuhnya menghadap Doyoon yang masih sibuk mengatur napas. Jeonghan pun menghela napas lelah.
"Doyoon-shii," panggil Jeonghan membuat Doyoon menatapnya. "Sejujurnya aku memang sedikit kesal waktu kau mencium Seungcheol, walaupun aku tahu sebenarnya ini bagian dari permainan yang dibuat Jisoo."
Doyoon memandangnya diam. "Aku sadar jika aku tidak masuk ke dalam permainannya maka keluargaku akan terancam."
"Lalu apa dengan kau pergi bersembunyi seperti ini keluargamu akan selamat?" tanya Doyoon. Jeonghan menatapnya dengan tatapan sulit. Tetapi dari tatapan itu Doyoon tahu jika jawabannya adalah sebaliknya.
"Aku tidak bersembunyi, satu-satunya cara menyelesaikan permainan adalah ikut bermain di dalamnya, itulah yang sedang kulakukan." jawab Jeonghan. Kemudian ia membuka pintu mobil. Doyoon menahan pintunya sebelum di tutup.
"Kalau begitu, izinkan aku untuk bergabung." ucapnya tegas. Jeonghan menatapnya lurus. Sepasang mata yang berbinar. Jeonghan masih ragu apakah wanita satu ini dapat dipercaya mengingat sebelumnya ia adalah kaki tangan Jisoo.
"Apa kau punya teman dekat di kepolisian?" tanya Jeonghan kemudian. Doyoon mengangguk singkat. Jeonghan pun tersenyum untuk pertama kalinya di hari ini.
"Aku akan menghubungimu nanti." kata Jeonghan sebelum menutup pintu mobilnya. Doyoon tersenyum lega.
Suara bel pintu menyadarkan Doyoon dari lamunannya. Ia segera beranjak untuk membuka pintu dan mendapati Seokmin di depan pintu apartemennya. Doyoon sempat terkejut. Ia pikir urusannya dengan Jisoo sudah selesai. Namun, mengingat apa yang terjadi sebenarnya Jisoo tidak akan semudah itu melepaskannya. Doyoon memasang senyuman ramahnya seperti biasa. Seokmin membungkuk singkat sebelum berbicara.
"Selamat pagi, Bu, saya ingin mengantarkan sedikit hadiah dari presdir, beliau meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan anda ke bandara hari ini, ada rapat penting yang harus di hadiri." ucap lelaki berhidung mancung itu menyerahkan tas kertas dengan logo merek tas ternama. Doyoon sedikit ragu menerimanya tetapi ia tidak mau membuat Seokmin curiga.
"Sampaikan terima kasihku pada presdir." Seokmin mengangguk.
"Boleh saya tahu jam berapa jadwal penerbangan anda hari ini?" tanya Seokmin kemudian. Doyoon meremas pegangannya pada tas kertas itu. Ia tidak mungkin mengatakan kalau semua jadwal penerbangannya sudah ia batalkan.
"Untuk apa?" Doyoon balik bertanya masih dengan senyum ramahnya.
"Presdir memerintahkanku untuk mengantar anda ke bandara, bagaimanapun juga anda adalah teman yang penting, jadi saya akan mengantar anda nanti." kata Seokmin.
"Aku hargai tawaran baik kalian tetapi aku sudah punya janji dengan temanku, kebetulan penerbangan kami sama." ujar Doyoon. Seokmin menatapnya sejenak. "Temanku, kalian tidak mengenalnya, ahaha." ucap Doyoon lagi sebelum Seokmin mengajukan pertanyaan lain. Seokmin kemudian ikut tertawa.
"Oh tentu saja Nyonya Jang, kalau begitu aku undur diri, sampai jumpa ny. Jang semoga perjalananmu lancar." ucap Seokmin menunduk. Doyoon ikut membungkuk sambil mengucapkan kata-kata pamit padanya. Ia bertahan sampai memastikan jika mobil Seokmin hilang dari jangkauannya. Doyoon segera memeriksa isi bungkusan yang ia terima. Jisoo tidak mungkin semudah itu memberikannya hadiah. Dan ia yakin Jisoo sudah mengetahui kalau kini Doyoon akan membantu Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eomma, Fighting!
Fanfiction[Complete] Seventeen Fanfiction //// Jeonghan tidak tahan lagi menghadapi suaminya yang genit itu. Sayangnya dia harus bertahan demi kedua anak mereka. Demi keutuhan keluarga mereka. Ketika surat itu melayang di hadapannya, disodorkan oleh Seungcheo...