#12 - Cinta dan Obsesi

2.6K 300 48
                                    

"Sebentar," gumam Seungcheol dengan mata yang masih tertutup. Tetapi tangan itu tetap mengguncangnya. Seungcheol mengerang. "Han, sebentar lagi, jebal..." rengeknya menarik selimut.

"Appa, ini sudah jam 7." ucap Seunghan tegas. Mata Seungcheol langsung terbuka. Di dekatnya berdiri Seunghan dengan rambut setengah kering sambil melipat tangan di dada. Seungcheol menoleh ke sisi lain kasurnya. Kosong. Bahkan tidak ada jejak bekas ditiduri pada bantalnya.

Seungcheol pun menghela napas. Ia lalu bangkit mengusap wajah. "Kau bantu adikmu dulu bersiap, appa akan buatkan sarapan." kata Seungcheol. Seunghan akhirnya keluar dari kamar. Seungcheol menoleh lagi ke sisi lain kasurnya dan hanya mendapati foto lama yang terpajang di meja nakas Jeonghan. Ia meraih bingkai itu.

Foto yang mereka ambil saat piknik pertama mereka sebagai keluarga. Jeonghan masih dengan rambut panjangnya memangku Seunghan yang baru berusia 10 bulan.

"Ah, aku akan potong rambut setelah ini," sebal Jeonghan menyingkirkan rambutnya ke belakang. Sejak tadi bayinya terus menarik-narik rambutnya sambil tertawa. "Tuh kan, tanganmu jadi penuh rambut." omelnya membersihkan tangan kecil itu.

Seungcheol tertawa. "Wae? Dia hanya menyukai rambutmu," kata Seungcheol sambil mengunyah kimbab buatan Jeonghan. Tangannya yang bebas mengelus rambut lembut Jeonghan perlahan. "Kau tahu, aku jatuh cinta karena ini."

Jeonghan menoleh. "Oh, jadi bukan karena aku? Hanya rambutku? Harusnya kau nikahi rambutku saja bukan aku," ucap Jeonghan masih kesusahan sendiri agar membuat anaknya berhenti bergerak-gerak. "Seunghan! Astaga, ayo kita makan dulu!" kata Jeonghan setengah membentak. Bayi itu memandang Jeonghan sejenak lalu kemudian ia menangis kencang. Jeonghan hanya bisa mendengus lelah.

"Kemari, ohhh jagoanku," Seungcheol berdiri dan mengangkatnya ke dalam gendongan. "Aku akan bawa dia jalan-jalan sebentar." Jeonghan memandang mereka.

"Tapi dia harus makan." kata Jeonghan mengangkat mangkuk berisi makanan bayi.

"Sebentar saja." bujuk Seungcheol. Jeonghan akhirnya menyerah. Berkeliling sedikit di pinggiran sungai han rupanya ampuh untuk membuat bayi berusia 10 bulan menjadi tenang. Seunghan kembali tertawa-tawa dan meremas gemas wajah ayahnya. Seungcheol pun kembali ke tempat Jeonghan menunggu. Dari kejauhan ia melihat Jeonghan memandang sungai Han dengan wajah yang sangat damai.

Seungcheol berhenti sejenak untuk menikmati keindahan itu. Jeonghan tampak bahagia dan tenang. Bolehkah Seungcheol berharap selamanya ia akan melihat wajah itu? Wajah tenang dan bahagia. "Eomama, mama!" seru Seunghan memecah suasana. Jeonghan menoleh dan tersenyum lebih lebar pada mereka.

"Kemari kalian para lelakiku," kata Jeonghan membentangkan tangan. Seunghan berguncang-guncang tidak sabar untuk memeluk ibunya. Seungcheol menyerahkan Seunghan pada Jeonghan dan menyempatkan diri untuk mencuri ciuman di pipi. "Dasar kau!" ucapnya melotot tajam.

Seungcheol tidak terpengaruh ia malah tertawa dan mengeluarkan kamera digital terbarunya. "Aku akan memoto kalian, ayo berpose yang benar," Jeonghan kembali mencoba menenangkan Seunghan yang terus bergerak-gerak. "Hana, dul, set!" Seungcheol berhasil mengunci ekspresi bahagia itu.

"Bagaimana?" tanya Jeonghan. Seungcheol memperlihat foto mereka. Jeonghan tersenyum gemas. "Lucu sekali, aigoo ternyata Seunghan juga foto genic." kata Jeonghan mencium Seunghan. Seungcheol menoleh padanya.

"Kau bahagia?" tanyanya menatap lurus Jeonghan. Jeonghan menatapnya sejenak lalu mengangguk pelan.

"Selama bersamamu, bersama kalian, aku akan selalu merasa bahagia." ucap Jeonghan. Seungcheol tersenyum. Ia mengelus kepala Jeonghan dengan sayang.

Eomma, Fighting!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang