Hai semuanya, ini Lady Chulhee
sebelumnya aku mau berterima kasih sama kalian semua yang sudah menyempatkan diri membaca karyaku yang tidak seberapa ini. Asal kalian tahu aku selalu baca semua komentar kalian dan merasa terharu juga penuh syukur. Maafkan aku kalau misalnya jarang banget update karena ini sudah tahun-tahun terakhir kuliahku dan aku juga punya kesibukan lain selain menulis.
Itu aja, semoga kalian bisa paham, maaf bikin kalian nangis di chap sebelumnya. Di chap ini saya janji...
BAKAL BIKIN KALIAN LEBIH NANGIS LAGI HEHE.
/Kemudian dikeroyok/
Oke, maaf sodara sodari yang beriman. Jangan close ceritanya, ya. Keep reading sampai ada kata THE END. Saya janji kok endingnya itu...
LIAT AJA NANTI YA TEMAN-TEMAN.
Sekian. With Love,
Lady Chulhee.
. . .
Seungcheol tidak menjawab pertanyaan Doyoon. Doyoon pun hanya bisa menelan rasa malunya seorang diri. Selepas makan siang, mereka sama-sama pergi ke tempat parkir yang berada di belakang taman. Seungcheol membiarkan Doyoon berbicara sendiri. Sementara pikirannya melayang pada Jeonghan. Seungcheol mendecak setiap ingin menghubungi Jeonghan. Karena terburu-buru mengerjakan semuanya pagi-pagi, Seungcheol lupa untuk mengisi baterai ponselnya. Dan di tengah-tengah makan siang tadi ponselnya mati begitu saja sebelum ia menghubungi Jeonghan.
"Benar, kan?"
"Maaf?"
Doyoon menghela napas. Seungcheol tidak mendengarkannya sejak tadi. Ia masih mencoba tersenyum lagi. Keduanya berhenti melangkah dan saling berhadapan. "Aku bilang, cinta pertama itu sulit untuk dilupakan, benar, bukan?" Seungcheol tidak menjawab. Doyoon melanjutkan.
"Terutama bagi wanita, bagiku, masih menjadi penyesalanku meninggalkanmu kuliah di luar negeri waktu itu." katanya.
"Semuanya sudah berlalu." jawab Seungcheol cepat. Doyoon masih menatapnya lekat.
"Waktu memang berlalu tapi perasaan ini tidak, Cheol," Doyoon melangkah mendekat. "Kau tidak mencintainya lagi, kan?" Seungcheol ingin setuju dengan pertanyaan itu tapi di sisi hati yang lain entah kenapa ia merasa marah.
"Kalau begitu, ikutlah bersamaku, kali ini aku tidak akan meninggalkanmu lagi..." Seungcheol ingin menjawab, namun terpotong oleh bibir Doyoon yang tiba-tiba menempel pada bibirnya. Seungcheol mematung. Ia tidak menyangka hal ini sama sekali. Doyoon yang ia kenal tidak seperti ini. Doyoon bukan orang agresif apalagi pemaksa.
Ciuman itu hanya bertahan tidak lebih dari satu menit. Seungcheol menjauhnnya dengan wajah marah. Tetapi belum sempat Seungcheol menghardiknya, beberapa meter di depannya berdiri Jisoo, Jeonghan, beserta anak-anaknya. Seungcheol melotot panik. Jeonghan langsung berbalik memeluk Seunghan. Tidak butuh waktu lama, Jeonghan berderap membawa anak-anaknya pergi ke arah yang berlainan.
"Jeong-" Langkah Seungcheol terhenti karena Doyoon memegang tangannya. Sama seperti sebelas tahun yang lalu, Seungcheol tidak akan luluh dengan tatapan sendu itu. Ia melepas tangan Doyoon tanpa berkata 'Maaf' seperti waktu itu kemudian berlari mengejar Jeonghan.
Harusnya Doyoon sadar bahwa sekali tidak punya harapan, maka tidak akan ada harapan yang lainnya lagi.
. . .
"Jeonghan! Jeonghan!" Sekuat tenaga Seungcheol mengejarnya. Ia menarik tangan Jeonghan dan ditepis dengan kasar. Jisoo yang melihat adegan itu segera menarik Seunghan dan membawa Jeongmi yang ada di gendongannya masuk ke dalam mobil Jisoo yang berada tidak jauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eomma, Fighting!
Fanfiction[Complete] Seventeen Fanfiction //// Jeonghan tidak tahan lagi menghadapi suaminya yang genit itu. Sayangnya dia harus bertahan demi kedua anak mereka. Demi keutuhan keluarga mereka. Ketika surat itu melayang di hadapannya, disodorkan oleh Seungcheo...