E06

427 56 2
                                    

Akhir-akhir ini Dahyun jarang melihat Jimin. Pria itu sudah mengatakan kalau dirinya tengah sibuk. Dan Dahyun bisa memakluminya.

Siang ini Dahyun sengaja pulang dengan naik bus dan berhenti di halte depan kompleks perumahannya. Entah apa yang membuat dirinya lebih senang menikmati alam seperti ini. 

"Ah, segarnya."

Meskipun sudah siang tapi angin bersemilir menerpa rambut dan membuat sensasi sejuk. Tapi, tiba-tiba dirinya mendengar sesuatu di balik semak-semak. Meskipun dirinya sempat terkejut dan takut sesuatu akan menyerangnya, akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekat dan melihat apa yang ada di balik semak-semak.

Betapa terkejutnya ia, mendapati seekor anjing berwarna kuning yang cukup menggemaskan. Entahlah ia tidak tahu jenis apa. Ia pun menghampirinya. Makhluk mungil itu tampak ketakutan.

 Makhluk mungil itu tampak ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey, kau sendiri?"

Mendengar suara lembut Dahyun, anjing itu tampak menggonggong seakan tahu apa yang Dahyun ucapkan.

"Kasihan sekali, bagaimana kalau aku merawatmu?"

Makhluk mungil menggonggong sambil berlarian, seakan senang dengan apa yang Dahyun ucapkan.

"Astaga, kau menggemaskan sekali!"

Dahyun segera menggendong anjing tersebut menuju rumahnya. Setiba dirinya di rumah, ia tampak tidak sabar memperkenalkan anjing ini kepada keluarganya.

"Ibu!!"

"Ada apa?"

"Lihat apa yang aku temukan."

"Astaga, lucu sekali."

"Aku tidak sengaja menemukannya di jalan saat pulang tadi, ia tampak ketakutan. Aku boleh merawatnya."

"Boleh, asalkan kau menjaganya dengan baik." Kali ini suara itu berasal dari sang ayah.

"Terima kasih ayah, ibu."

Dahyun segera memeluk ke dua orang tuanya. Kemudian membawa makhluk mungil itu masuk ke dalam kamarnya.

"Hey, nama apa yang bagus untukmu?"

Makhluk mungil itu juga tampak berpikir. Tapi kemudian menggonggong lirih sambil berjalan menuju sebuah boneka yang terletak di atas ranjang.

"Chimmy. Ah itu benar, warnamu kuning dan sama seperti itu. Kenapa aku tidak terpikirkan?"

"Kau senang Chimmy."

"Woof, woof."

Dahyun sangat girang sekali seperti mendapatkan medali dalam suatu pertandingan. Padahal hanya sebuah nama tapi itu sangat berharga baginya.

"Chimmy, ayo makan!"

Ucapan itu sukses membuat kedua orang tuan Dahyun mengernyit bingung. Karena seingat mereka tidak ada nama yang Dahyun sebutkan barusan.

I Want to You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang