E22

240 28 2
                                    



Tidak selamanya sebuah kehidupan bahtera rumah tangga selalu berakhir bahagia. Ada kalanya masalah datang silih berganti, guna menguji kita. Akankah kita sanggup menghadapinya? Atau malah menyerah? Entahlah semua itu terasa teka-teki untuk di jawab. Tuhan begitu mudah memperlakukan makhluknya dengan sekali kedip.

Jimin yang pada dasarnya memang sangat mencintai Dahyun, harus dibuat jantungan dengan apa yang ia lihat kali ini. Entah siapa yang mengirim pesan kepadanya dan menampilkan sesuatu yang membuat hatinya sesak. Dirinya mencoba untuk berpikir positif, tidak mungkin Dahyun melakukan hal ini.

Semuanya berawal ketika Dayun tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya, lalu tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Ah, maafkan aku. Kau baik-baik saja?" Cemas Dahyun, beruntung orang yang ia tabrak tidak terluka. Lelaki dihadapannya mengangguk sembari tersenyum mengatakan jika ia baik-baik saja.

"Sekali lagi aku minta maaf?" Sesalnya sembari menunduk. Lelaki itu kembali tersenyum.

"Seharusnya aku yang meminta maaf, aku terlalu buru-buru sampai tidak melihat wanita cantik sepertimu." Dahyun tertegun, tapi menanggapi dengan senyuman saja. Hal seperti ini sudah biasa baginya jika ada seseorang laki-laki yang menggodanya seperti ini. Ia tidak tertarik, sungguh.

Jimin sudah mengalahkan dunianya. Apakah ia berlebihan? Tidak. Pada nyatanya itu yang terjadi.

"Boleh aku bertanya? Aku agak kerepotan dan bingung ingin bertanya dengan siapa?" Dahyun balas dengan anggukan. Toh, orang minta tolong tentu saja ia tolong. Ingat, manusia adalah makhluk sosial, tidak pernah bisa hidup sendiri.

"Sebelumnya, aku sepupu Jimin, Park Hansol." Ucapnya sembari memperkenalkan diri. Dahyun hanya tersenyum walau sebenarnya ia cukup terkejut. Lelaki dihadapannya sepupu dari suaminya.

"Jadi?" Dahyun bertanya lantaran lelaki dihadapannya ini masih tersenyum kearahnya. Ia sedikit risih.

"Ah begini, apakah kau tau tempat yang bagus untuk membeli perlengkapan, dua minggu lagi aku akan menikah dan tidak tahu harus membeli hadiah seperti apa untuk calon istriku. Kau tahu?"

"Tentu, aku bisa menolongmu. Tapi sayangnya, tidak hari ini aku sedang sibuk di rumah, mungkin besok, bagaimana?" Tawar Dahyun. Sungguh, ia masih sibuk untuk hari ini. Lelaki itu mengangguk.

"Baiklah, kita bertukar nomor saja agar aku bisa menghubungimu dan kita bertemu dimana?" Tawarnya. Jujur, Dahyun sedikit ragu tapi ia tetap memberikan nomor ponselnya kepada sepupu Jimin tersebut.

"Ah, maaf jadi merepotkan, kalau begitu sampai jumpa besok!" Begitu lelaki tersebut pergi, Dayun langsung jalan menuju rumahnya. Tidak terlalu jauh dari kompleks rumahnya, mengingat jika beberapa blok ke depan sudah termasuk jalan besar.

"Nda!!!!" Dahyun yang baru masuk rumah dikejutkan dengan suara rengekan Jiyeon. Gadis kecil itu merentangkan tangannya guna Dahyun sambut.

"Anak Bunda sudah bangun? Maaf ya Bunda tinggal sebentar, mau beli kebutuhan." Jiyeon tak menjawab, gadis manis kebanggaan Jimin itu mendusel di leher Dahyun. Merajuk ceritanya karena ditinggal Dahyun.

Dahyun sampai terkekeh melihat putrinya. Iya, Dahyun paham betul dengan tabiat putri kecilnya. Mirip sekali dengan Jimin. "Jiyeon dengarkan Bunda! Oke, Bunda minta maaf tapi betul sayang Bunda cuma mau keluar buat beli kebutuhan, dikulkas sudah banyak yang habis." Dahyun tengah membujuk buah hatinya yang merajuk. Bisa gawat kalau tidak di bujuk karena Jiyeon bisa lama dalam hal ini.

"Tan, bica acak Yeon uga, ihh Nda nih tidak mengerti!" Ucapnya sembari mengerucutkan bibir, Dahyun dengan cepat mencium bibir itu dengan suara yang berisik.

I Want to You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang