E08

478 49 1
                                    

Berita kecelakaan yang di alami Dahyun merebak dengan cepat. Bahkan kedua orang tua Dahyun sempat shock, bahkan mereka belum melihat keadaan karena ada seseorang yang menyelamatkannya dan menyuruh mereka untuk tetap stay di rumah sampai kabar kepulangan Dahyun sampai. Tampak jelas raut wajah sang ibu yang begitu cemas mendengar anaknya kecelakaan.

Tiba-tiba terdengar suara bel dari luar, pertanda ada seseorang datang. Dengan cepat mereka berlari ke depan dan membuka pintu, berharap cemas dengan siapa yang datang. Dan betapa terkejutnya mereka melihat siapa yang datang.

"Astaga Dahyun, apa yang terjadi padamu, nak? Kenapa bisa terjadi seperti ini?"

Tentu saja sang ibu langsung memeluk Dahyun yang baru datang dari rumah sakit bersama seseorang. Mereka tampak terkejut melihat orang tersebut.

"Om, Tante."

"Jimin!"

*

*

Jimin hanya duduk diam. Setelah ibu Dahyun menelpon ibunya, belum ada satu katapun yang keluar darinya. Semua orang tampak menatapnya penuh tanya. Tak terkecuali Dahyun sendiri. Ia masih bingung dengan semuanya.

"Bisa kau jelaskan semuanya, Park Jimin?" Tanya sang ibu.

Jimin tampak menghela napas. Menatap satu per satu orang yang ada di ruang tamu keluarga Kim. Kemudian tatapannya berhenti pada Dahyun yang juga menatapnya. Entahlah, ia masih bingung harus menjelaskan dari mana.

"Park Jimin, ibu bertanya padamu?" Ulang sang ibu.

"Aku tidak ada maksud membuat kalian terkejut dengan kedatanganku yang terbilang tidak ada kabar seperti ini. Aku tidak bermaksud seperti itu." Kemudian menghela napas.

"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kalian semua terutama kau, Hyun. Setelah kupikir-pikir tidak ada salahnya yang awalnya ingin jadi sebuah kejutan."

Semua orang tampak penasaran dengan apa yang akan Jimin katakan.

"Om, Tante, Ayah, Ibu, aku ingin minta restu kepada kalian untuk melamar Dahyun."

"Apa?!!"

"Aku sudah memikirkan ini matang-matang sebelumnya bahkan selama aku di Belanda. Aku... aku tidak bisa hidup tanpa Dahyun."

Bagai di sambar petir di siang bolong, Dahyun tampak mengerjap sembari memegang dadanya. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang akibat ucapan Jimin.

Tanpa babibu, ia langsung menarik Jimin keluar dari rumah. Tidak peduli dengan keadaan kedua orang tua mereka yang sama-sama shock mendengar penuturan Jimin.

"Sebenarnya, apa tujuanmu kembali?" Sudah dari awal Dahyun ingin menanyakan hal itu kepada Jimin tapi ia urungkan.

"Tidak ada, hanya ingin bertemu denganmu."

"Ini tidak lucu, Jim."

"Tapi, aku serius mengenai ini semua, Hyun. Bukankah aku pernah berjanji padamu waktu itu?"

"Aku tahu, tapi?"

"Sebenarnya, aku ingin mengabarimu tentang kepulanganku, tapi mendadak ponselku hilang di perjalanan, itu sebabnya aku tidak bisa menghubungimu. Dan soal aku tidak pernah mengangkat telepon dan membalas semua pesanmu karena aku takut, takut kau akan pergi bersama orang lain di saat aku menghubungimu. Aku hanya takut, Hyun. Aku tidak ingin kehilanganmu."

"Jadi, kau orang yang kulihat saat itu?"

"Aku sudah berada di Seoul dua bulan yang lalu. Aku terlalu bosan di apartemen itu sebabnya aku keluar mencari udara, tanpa sengaja aku mendengar seseorang memanggilku. Aku pikir semua itu hanya halusinasi bagiku yang merindukanmu, tapi ternyata semua itu nyata. Aku melihatmu di tabrak dengan seseorang yang tidak bertanggung jawab. Ia kabur meninggalkanmu yang sudah banyak mengeluarkan darah."

I Want to You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang