E07

475 57 8
                                    

Pagi ini Dahyun pergi kediaman Park. Ya, tentu saja pergi menemui Jimin. Dengan perlahan mengetuk pintu putih besar tersebut dan mengulanginya sampai beberapa kali. Tak lama kemudian, tampak seseorang yang membukakan pintu.

"Tante."

"Dahyun." Balasnya dengan senyum sumringah.

"Jimin ada?"

"Jimin? Dia tidak memberitahumu?"

Di tanya seperti itu sontak Dahyun langsung menggeleng. Memangnya ada ada sehingga Jimin tidak memberitahunya? Ibu Jimin tampak menghela napas.

"Memberitahu apa tan?"

"Hari ini ia pergi ke bandara penerbangan menuju Belanda. Tante kira saat kemarin bermain bersamamu ia akan memberitahu."

Dahyun langsung menggeleng kuat. Kemarin Jimin tidak ada memberitahunya apapun. Tunggu sebentar, bukannya kemarin ia sempat meminta maaf kepada Dahyun, jadi ini maksudnya.

"Kalau begitu aku pergi."

Ibu Jimin hanya mengangguk. Di lihatnya kepergian Dahyun dari pelantaran rumahnya kemudian masuk ke dalam rumah. Tentu saja Dahyun tidak bodoh. Ia akan menyusul Jimin ke bandara. Beruntung ibu Jimin sempat memberitahunya kapan penerbangan Jimin.

Akhirnya, ia sampai di bandara. Netranya terus berkeliaran mencari seseorang. Dan Nice, akhirnya ia menemukannya. Berjalan perlahan menghampirinya.

"Jadi, seperti ini caramu pergi tanpa memberitahuku?"

"Dahyun!"

Tentu saja Jimin terkejut melihat kehadiran Dahyun di sini. Bahkan tanpa sadar ia berdiri di duduknya, memastikan apakah ini nyata atau ilusi.

"Kenapa kau tega padaku? Kenapa?"

Dahyun tidak peduli karena saat ini dirinya sudah menjadi pusat perhatian bandara. Hanya saja kenapa pria di hadapannya ini tega melakukan hal ini kepadanya.

"Dahyun, ku mohon berhentilah menangis."

"Beri tahu aku alasannya."

Jimin tampak menghela napas. Ia menatap sekeliling. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Tapi, demi gadis di hadapannya ia sanggup.

"Sekali lagi aku minta maaf karena tidak memberitahumu tentang hal ini, aku hanya tidak... tidak sanggup mengucapkan salam perpisahan kepadamu, itu berat sungguh. Maka dari itu aku melakukan ini agar aku tenang."

"Tapi, malah aku yang kau buat tidak tenang."

"Dahyun, ku mohon dengarkan aku." Tanpa sadar Jimin mengangkat wajah Dahyun dengan kedua tangannya agar gadis itu mendongak.

"Ku mohon jangan seperti ini, Kim Dahyun, kau membuatku sulit."

"Kalau begitu jangan pergi."

Jimin sukses menggeleng. Tangis Dahyun langsung meledak dan ia langsung memeluk Jimin dengan erat. Jimin yang mendapat hal seperti ini tentu saja terkejut, membalaspun tidak ada gunanya.

Perlahan, Jimin melonggarkan pelukan Dahyun. Ya, hanya Dahyun yang memeluk Jimin sama sekali tidak membalasnya. Menghapus jejak air mata Dahyun.

 Menghapus jejak air mata Dahyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Want to You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang