°9

323 44 0
                                    

"Cukup sudah, kau sakiti aku lagi."

Reina menatap buku fisikanya dengan tatapan tak berminat, padahal dulu ia begitu menyukai pelajaran satu itu.

Jelas sekali adanya, ia menatap berbagai tulisan dan juga sticky note yang berwarna warni menutupi bagian kosong, hampir di setiap lembarnya.

Bukan satu maupun dua, ia dapat melihat tulisan Fathur disana.
_________________
|Masih lama? |
| - Fathur. |
_________________

Bukannya mengatakannya secara langsung, lelaki satu itu justru menuliskannya pada sticky note berwarna ungu, tentunya itu milik Reina sendiri.

"Hmmm, lama Thur, aku masih harus ngerjain 10 soal lagi."

Sticky note itu kembali dibawa dan tak lama kemudian, benda yang sama menempel kembali, menutupi kertas yang penuh dengan rumus.
_____________________________
| :( Ya udah, aku tungguin. |
| - Your bae. |
_____________________________

"Kenapa? Bosen ya punya pacar kayak aku?" Tanya Reina sembari menutup buku setebal kamus besar 3 miliar itu.

"Loh? Kenapa kamu nanya gitu?" Bukanya menjawab, Fathur justru kembali bertanya.

"Ya aku nanya aja. Jujur aja sih, aku tu berasa selingkuh dari kamu tau." Perempuan satu ini menggedikkan bahunya.

"Kamu selingkuh?" Fathur bertanya dengan nada lirih, tak percaya.

"Iya, selingkuh sama buku." Reina terkekeh geli melihat ekspresi lelaki dihadapannya.

Jujur saja, Fathur tetap terlihat menawan meski dengan mata melotot, dan rahangnya yang jatuh saking kagetnya.

Apakah ia pantas mendapatkan salah satu malaikat tuhan ini?

Apakah ia sanggup membuat lelakinya tetap di sisinya?

Apakah ia bisa membalas semua cinta yang Fathur berikan?

"Jangan suka bahas selingkuh gini, aku nggak suka. Nggak akan ada orang yang selingkuh diantara kita."

Cukup!

Ia telah mendapatkan apa yang pernah ia dambakan, ia telah mendapatkan lelaki yang pernah berharap mendapatkannya pula, dan ia pernah mencintai lelaki yang pernah mencintai dirinya pula.

Setidaknya ia sudah pernah menemukan sebuah cerita baru dalam hidupnya, mengenai sebuah rasa cinta yang sejujurnya nyaris seperti bunga pada kaktus.

Menyakiti, namun indah di saat yang bersamaan. Melekat kuat, dan bertahan lama. Membuatnya enggan untuk melupa.

Teriakan rindu sejujurnya beberapa kali memasuki gendang telinganya.

Namun, hembusan badai yang membuatnya enggan tuk mendekat.

Dirinya sudah terbang terlalu tinggi bersama lelaki itu, namun sayangnya ia lah yang jatuh terlalu jauh sendirian, tak bersama lelakinya.

Hari-hari dingin seperti saat ini tak pernah sekalipun terbayang dalam benaknya.

Bayangannya mengenai sebuah hubungan dengan Fathur, walau terdengar naif, tapi bahkan sekalipun ia tak menyangka, bahwa kertas berwarna-wari indah itu kini telah tertutupi dengan tinta hitam yang pekat.

Bunga tidur sekarang bahkan lebih menyenangkan dibandingkan dengan sebuah kenyataan.

Ratu malam yang kian tertawa menatap perempuan satu itu, yang dengan mudahnya membuang sang kala.

Terdengar kejam memang, tapi ia masih merindukan Fathur yang menenangkannya, menghiburnya, melemparkan seutas senyum, atau bahkan hanya sekedar berada di sampingnya.

Mereka hanya menghabiskan setengah tahun dengan bercak warna yang menyenangkan mata, sisanya? Hanya sekedar bualan semata.

Tak ayal, sosok Fathur membuat segala yang melekat padanya berubah dengan drastis. Jika tidak, bagaimana mungkin ia bisa sesulit ini untuk melepas laki-laki itu?

Disudutkan dengan kenyataan bahwa kekasihnya kini tak lagi menginginkannya, mengapa hatinya bahkan masih mengakar kuat pada perasaan itu?

Di dorong dengan keadaan kini ada yang lebih mengharapkankannya, mengapa harapan masih memeluk erat pada bayangan kenangan indah itu?

Ia masih tak mengerti, hatinya yang kian tersakiti, bahkan tak ingin sekalipun merelakan kepergian yang telah lama dinanti.

Malam ini biarkan ia berpikir, menyingkirkan pikiran yang lain, ini lebih penting. Ini menyangkut perasaannya sebagai perempuan. Sebagai seorang kekasih yang terabaikan.

Beberapa bulan lagi, tinggal beberapa bulan lagi mereka akan berpisah, memilih jalannya masing-masing.

Menikmati langit yang sama, namun dengan tempat yang berbeda. Ya, tinggal 3 bulan lagi, ia akan melaksanakan ujian akhir.

Haruskah ia memutuskan hubungannya dengan Fathur? Ataukah cukup pergi saja dan menghilang tanpa jejak?

Tapi, jika ia pergi dan menghilang begitu saja, rasanya dirinya tak berbeda jauh dengan lelaki itu.

Apakah ia harus tetap bertahan? Dengan seluruh rasa sakit ini?

Ataukah ia harus pergi meninggalkan? Lalu kembali teringat semua yang telah ia lalui?

Ataukah ia harus pergi meninggalkan? Lalu kembali teringat semua yang telah ia lalui?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
[TBC]

14 MARET 2020

Serpihan Hati [Song Story] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang