"Cukup sudah, kau sakiti aku lagi."
Fathur, lelaki menawan satu ini tak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan yang kini sedang tertawa lepas.
Sejujurnya, ia merasa sakit, melihat perempuannya kini duduk di antara 2 orang laki-laki sekaligus.
Tapi ia kembali tertampar, ia juga duduk di antara banyak sekali perempuan. Dirinya menerima banyak sekali surat, juga beberapa potong, - kotak, coklat.
Lebih tepatnya ini hari valentine, valentinenya yang ke-3 dengan Reina.
Ia menatap perempuannya yang memegang 2 potong coklat, dirinya tak ambil pusing, paling itu hanya dari Putra dan Gilang.
Senyumnya mengembang, tak akan ada yang mau mendekati Reina, jika boleh ia sombong, dirinya menganggap kekasihnya satu itu hanya seorang perempuan biasa, bukan tergolong salah satu manusia famous di sekolah ini.
Dirinya berani bertaruh, sampai pulang nanti, ia hanya akan memegang 2 coklat itu, seperti tahun-tahun sebelumnya. Ya setidaknya bertambah 1, ketika Fathur memberikan salah satu dari coklat yang ia dapatkan dari orang lain.
Masih dengan tatapan yang sama, ia melihat senyuman manis itu, hatinya menghangat, jantungnya berdetak lebih cepat, dan secara tak diduga-duga bibirnya ikut menyunggingkan sebuah senyuman.
"Lo bukan penyuka sesamakan Thur?"
Fathur mendelik tajam, salah satu dari sekian banyak temannya berkata demikian, bertepatan setelah coklat putih disimpan di dekatnya.
"Gue udah punya pacar."
"Siapa?"
'Reina.' Lirihnya dalan hati.
Fathur tersadar dari lamunannya ketika sang ayah menepuk bahunya pelan.
"Mikirin apa Thur?"
"Ujian Yah, bentar lagi Fathur ujian."
Sang Ayah hanya mengangguk pelan, sembari melanjutkan acara membaca korannya.
Ia bergegas beranjak dari posisi duduknya dan berlari kecil ke arah kamarnya. Lelaki itu menutup pintu ruang pribadiya, - lebih tepatnya mengunci ruang tersebut.
Dirinya merogoh ponsel, mencari sebuah foto yang ia simpan dengan baik. Foto 3 tahun yang lalu, valentine pertamanya dengan Reina.
Pikirannya berkelana ke 3 tahun belakang. Menatap sebuah foto hasil jepretan anak kecil yang kebetulan lewat hari itu.
Dirinya sendiri menggunakan hoodie, kaos, dan topi berwarna hitam, sedikit tersenyum, namun tak begitu terlihat.
Sementara perempuannya, masih mengenakan seragam, valentine pertamanya harus di habiskan dengan persiapan acara yang berbeda 3 hari dengan hari kasih sayang ini.
Fathur menunggu balasan dari kekasihnya selama 2 jam penuh kala itu. Menatap lamat-lamat layar ponselnya, berharap sebuah notifikasi akan datang dalam waktu dekat.
Atau mungkin, mengencangkan volume saat pergi mandi, sebagai bentuk antisipasi jika saja ada suara yang ia ingin dengarkan, -mari perjelas, suara notifikasi dari Reina selalu menjadi yang paling berbeda.
Dan dirinya begitu ingat, bagaimana bodohnya ia saat tak sengaja terjatuh tepat di depan handphonenya sendiri, tentu karena mendengar perempuannya menelpon, -oh dan jangan lupakan volume yang tak ia kecilkan sehabis mandi tersebut.
Dan mereka berakhir di sebuah taman, menikmati tenggelamnya matahari, sembari menghabiskan gulali.
Lalu memilih untuk difoto di dekat sebuah bangunan, dengan bantuan anak yang bahkan baru berumur 5 tahun untuk menjepret mereka berdua.
Fathur sepenuhnya sadar kembali, hal seperti ini datang terus menerus kepadanya belakangan ini.
Jika boleh jujur, ia merindukan senyum itu, tubuh mungilnya, dan mungkin hangatnya pelukan Reina ketika mereka asik berboncengan di atas motor milik Fathur dikala senja.
Menikmati secangkir coklat panas, sembari menghirup wangi petrichor, saat hujan baru saja datang.
Oh tidak, jantungnya berdetak sangat cepat.
Tunggu, kenapa dirinya seperti ini?
Hal seperti ini wajar bukan? Merindukan kekasihnya, lalu dibuat agak gila,-sepertinya?
Hei, Reina bahkan masih menjadi kekasihnya, dan akan selalu menjadi kekasihnya. Dia akan selalu di sisinya, harus. Tak ada yang bisa mendekati Reinanya.
Fathur berlalu meninggalkan handphonenya untuk pergi membersihkan diri, menimbulkan dering notifikasi yang berbeda dari yang lain, lengkap dengan mode beruntun dari seorang perempuan.
Mari kita persingkat, kini bukan hanya Reina yang memiliki nada notifikasi yang berbeda, entahlah Fathur hanya ingin memanfaatkan fitur itu, tak salah bukan?
.
.
.
[TBC]Sel, 31 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Hati [Song Story] ✔
RandomMengingat saat hati yang tersakiti tak bisa utuh kembali, maka di saat itu pula sebuah rasa percaya akan hilang dipertanyakan, juga rasa ingin menyerah datang menghampiri dengan begitu teganya. Sudah berulang kali diberi kesempatan, namun disia-sia...