"Serpihan perih ini, akan ku bawa mati."
Reina kembali melamunkan kenangan lamanya, ia masih tak habis pikir kenapa Fathur bisa berubah begitu cepat.
Kenapa laki-laki itu bisa menjadi orang lain dengan begitu mudah?
Reina ingat betul bagaimana senyuman Fathur, di kala mereka menghabiskan 1 cup es krim, rasa tiramisu yang berakhir tak habis dan meleleh.
Sepertinya sang raja siang hari itu sedang senang, saking senangnya Reina dan Fathur harus mengeluarkan uang simpanan mereka, untuk pergi ke toko es krim.
Lamunannya harus terhenti karena tepukan di bahunya, "Rei, jangan ngelamun aja, ayo!", Reina mengangguk samar.
"Jangan kek orang belum makan gitu ah! Gue nggak suka!" Sekali lagi Reina mengangguk sembari terkekeh pelan.
"Iya, bawel banget kalian berdua, yang cewek itu gue, masa kalian yang bawel.", setelahnya perempuan itu keluar dari pintu mobil sebelah kanan, yang sudah terbuka oleh Putra dan Gilang.
Begitu memasuki ruangan, Reina langsung disuguhi oleh bisingnya teriakan beberapa orang yang mengerumuni bagian tengah.
Ada apa di sana? Reina hanya menggedikkan bahunya tak peduli, salah satu alasan mengapa ia memilih menghindar mendatangi acara prom night tahunan ini adalah, suasananya yang tak jauh berbeda dengan club malam.
Perempuan itu memilih untuk duduk di kursi dekat counter dan memesan squash lemon.
Putra dan Gilang sudah menghilang, beberapa saat setelah dirinya duduk. Lagipula mereka bukan pasangan Prom Nightnya.
Lebih tepatnya, Reina tak memiliki pasangan. Fathur datang bersama seorang perempuan, yang ia yakini sebagai 'Nata', sesuai dengan apa yang disebutkan dalam chat mereka terakhir kali.
Intensitas mereka dalam berinteraksi semakin terkikis. Reina ingin sekali membuka sebuah percakapan, mencari sebuah topik, lalu menghabiskan sebagian malamnya dengan cahaya handphone yang diredupkan, sambil membaca chatnya dengan lelaki itu.
Atau sekedar menunggu salah satu dari mereka tertidur dengan yang lainnya mematikan sambungan.
Reina hanya bisa tersenyum mengingat betapa manisnya Fathur dulu, ia dan laki-laki itu pernah saling menghabiskan hampir semalaman untuk bertatap muka, - via video call. Dan keesokkan paginya, mereka sama-sama membuka mata dengan keadaan video call yang masih tersambung.
Sekali lagi, lamunannya harus terhenti. Lampu di sana tiba-tiba meredup dan menyisakan lampu yang menyorot lantai dansa.
Dengan lagu western yang tenang, bertemakan romansa, beberapa orang mulai turun ke lantai dansa. Reina hanya bisa menatap orang-orang itu, termasuk Fathur.
Senyuman yang awalnya terukir, harus luntur ketika melihat Fathur yang tersenyum dan sedikit tertawa dengan perempuan lain.
Ia punya hak untuk marah, namun ia tak bisa untuk marah.
Ia punya hak untuk mencegah, namun ia tak tahu caranya.
Ia juga punya hak terhadap Fathur, namun lelaki satu itu yang tak memberikannya hak itu.
Suasana di sana tak jauh berbeda dengan keadaan dulu, saat lampu bioskop perlahan mulai dimatikan, dan keduanya yang duduk bersebelahan.
Mereka bukan menonton sebuah film bertemakan romansa, maupun kisah anak sma, namun mereka memilih untuk menonton film Avengers End Game, sebuah film superhero yang bahkan tak ada hubungannya dengan mereka.
Atau saat mereka justru berakhir menonton Dilan 1999, karena tiket film horor yang ingin mereka tonton sudah habis terjual.
Dan Reina ingat betul kata-kata Fathur sesaat setelah film selesai diputar, dan lampu perlahan dinyalakan.
"Kalau nanti aku berubah, nggak kayak sekarang, tolong ingetin aku. Kalau kamu mau nyerah, tolong inget alasan kenapa kamu bertahan sampai saat itu."
Reina menunduk saat melihat Fathur dan perempuan yang bernama Renata, - yang ia yakini sebagai pasangan Fathur, naik ke podium, lalu menerima gelar, yang bahkan bisa saja untuk disandang olehnya.
'King and Queen'
Selamat datang air mata.
.
.
.
[TBC]21 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Hati [Song Story] ✔
RandomMengingat saat hati yang tersakiti tak bisa utuh kembali, maka di saat itu pula sebuah rasa percaya akan hilang dipertanyakan, juga rasa ingin menyerah datang menghampiri dengan begitu teganya. Sudah berulang kali diberi kesempatan, namun disia-sia...