°1

791 64 8
                                    

"Apa yang harus kulakukan lagi , bila kau tak setia ?"

Pagi ini, lagi - lagi Reina harus kembali terbangun dengan mata sembabnya sehabis menangis semalaman.

Kemarin saat dirinya akan pulang, sekali lagi ia melihat lelakinya, oh apakah masih layak disebut sebagai lelakinya? Apakah laki-laki satu itu masih bisa disebut sebagai kekasihnya?

Reina hanya bisa menghela napasnya pelan setelah mengingat betapa bodohnya ia. Kenapa dirinya justru menangisi seseorang yang bahkan tak layak untuk ditangisi?

Kembali lagi, kemarin dirinya melihat lelakinya justru berakhir pulang dengan perempuan lain. Sekolah sudah sepi, wajar saja itu sudah pukul 6 sore kurang 20 menit.

Mengingat dirinya yang terlampau sibuk untuk persiapan ujian nasional membuatnya nyaris seperti berpacaran dengan buku, bukan dengan seorang laki laki.

Ini sudah kesekian kalinya ia melihat kekasihnya sendiri berselingkuh di depan matanya. Oh apa itu berlebihan?

Hubungan Reina dengan Fathur sudah cukup untuk disebut lama. Mereka mulai menjalin hubungan saat kelas 10 semester kedua , dan kini keduanya tengah berada di penghujung SMA.

Memang terdengar cukup aneh, keduanya menjalani hubungan lebih dari 2 tahun dan Reina justru berakhir menangis hampir setiap malam karena lelaki satu itu.

Reina langsung berangkat ke sekolah setelah memasukkan 2 potong roti kedalam kotak makan yang dibawanya.

Semenjak kelas 12 dirinya akan datang paling pagi, pergi ke mini market membeli susu rasa coklat dan roti bantal lalu kembali berjalan ke arah kelas Fathur.

Ia selalu menyimpan sepotong roti dan susu kesukaan pacarnya di atas meja laki-laki itu dengan senyuman mengembang dan hati yang berharap.

Hatinya mengharapkan seseuatu yang nyaris tak mungkin terjadi. "Semoga yang kemarin hanya mimpi belaka."

Namun, harapannya benar-benar sirna. Lagi, Reina lagi-lagi melihat makanan pemberiannya diberikan kepada perempuan lain saat jam istirahat tiba.

Bibirnya tersenyum kecut saat melihat hal itu. Namun tak lama , kedua mata mereka saling bertemu. Oh, Reina begitu benci melihat raut terkejut dari wajah lelaki itu.

Tak lama dari sana, Fathur bangkit lalu mengejar Reina yang sudah masuk ke dalam kelasnya. Ia kembali menangis hari ini.

"Rei! Reina gue bisa jelasin! Dengerin dulu."

Fathur ditahan di depan pintu oleh Putra dan Gilang, mereka berdua selalu datang paling depan untuk mencegah Fathur mendekati Reina, apalagi jika melihat perempuan satu itu menangis karena dirinya.

"Rei, nanti kita pulang bareng. Gue janji."

Sudah keberapa kali Fathur mengucapkan itu? Kata janji yang seakan sudah tak memiliki arti di telinganya.

Kemarin saat Fathur pulang dengan perempuan lain, ia juga berkata dan mengucapkan kalimat yang sama, begitupun dengan hari-hari ke belakang.

Telingnya sudah tuli dan tak ingin mendengar kalimat yang berulang kali keluar namun tak pernah terealisasikan.

Semestanya sudah mulai hancur. Ia bisa apa jika Fathur bahkan tak menepati janji yang dikatakannya berulang kali?

Reina tersenyum pedih, ia tahu cepat atau lambat keduanya akan menghancurkan semesta yang pernah indah pada masanya.

Menghancurkan sebuah angan-angan untuk hidup berdua sampai tua, dan menghancurkan segala harapan masa depan tentang mereka.

Hatinya sudah mulai tak bisa untuk menahan rasa sakit , ia sudah kehabisan air mata, dan perasaannya yang tak bisa untuk berkali-kali dibohongi.

Kapan dirinya akan bisa terlihat lagi oleh Fathur? Apakah laki - laki itu sudah tak berniat menjalin hubungan? Ataukah Fathur yang sedang berada di fase kejenuhan ?

Selalu pertanyaan itu yang berputar di dalam kepalanya . Selalu seputar Fathur, selalu tentang laki-laki itu.

"Maaf."

.
.
.
[TBC]

Write : 25 Oktober 2019
Published : 26 Januari 2020

Serpihan Hati [Song Story] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang