Mengingat saat hati yang tersakiti tak bisa utuh kembali, maka di saat itu pula sebuah rasa percaya akan hilang dipertanyakan, juga rasa ingin menyerah datang menghampiri dengan begitu teganya.
Sudah berulang kali diberi kesempatan, namun disia-sia...
Aku kasih yang manis-manis dulu... so tolong baca sambil dengerin lagu Tolong - Budi Doremi, tapi yang dicover sama Feby Putri.
Flashback
Hari itu , di kala panas terik matahari terasa membakar kulit. Reina berlari ke arah kantin dengan cepat.
Bugh !
"Eh, aduh maaf. Gue barusan jadi jelemaan vampir."
Lupakan perkataannya di atas, terlalu aneh untuk ukuran Reina yang pendiam ditahun - tahun kedepan.
Itu pertemuan pertama di antara keduanya. Titik temu yang berubah menjadi sendu di kala semua antara mereka seketika berubah menjadi tabu.
Hari kian berganti, Reina akhirnya menyadari bahwa laki - laki yang pernah ia senggol adalah ketua murid kelas sebelah.
Ia pernah ditugaskan oleh guru sejarah untuk menyeret ketua kelas 10 IPS-1. Dan betapa kagetnya ia, yang keluar saat itu adalah Fathur , laki - laki itu.
Sekali lagi, waktu bergulir begitu cepat. Reina semakin sibuk untuk persiapan OSN di tingkat Provinsi, semakin sedikit pula orang-orang yang berinteraksi dengan dirinya.
Dan Fathur? Fathur tergolong laki-laki yang sedikit pembangkang, ia sering keluar dari kelasnya, pergi ke kantin, membelikan sebotol cola dingin untuk Reina yang berada di perpustakaan dengan meja yang penuh dengan buku.
Reina memiliki tanda tanya besar di atas kepalanya, "Sebenarnya Fathur kenapa?"
Bukan sekali ataupun dua kali ia melihat Fathur membersihkan lapangan basket setelah latihan selesai.
Itu hukuman untuknya, lelaki itu selalu telat datang ke kelas, mencari alasan untuk keluar, dan berlari paling cepat jika bel berbunyi tanda jam pelajaran sudah selesai.
Hari ini, Reina melihat Fathur berdiri di depannya dengan senyuman merekah, membawa sebuah helm di tangannya, dan memakai helm lain di kepalanya.
"Mau pulang bareng?"
Dari sana, keduanya sering pulang bersama di saat sekolah sudah sepi. Kebetulan sekali jadwal pulang mereka selalu sama.
Setiap hari Selasa dan Rabu mereka akan mengikuti ekstrakurikuler, hari Kamis Reina akan ikut pemantapan, bertepatan dengan Fathur yang berkumpul untuk club sepak bola.
Sementara untuk hari Senin dan Jumat , mereka selalu menunggu sekolah sepi, menyisakan beberapa orang dengan urusannya masing-masing.
Menikmati semilir angin di rooftop sekolah , ataupun memilih berada di perpustakaan sembari menahan tawa saat menonton acara komedi di handphone milik mereka.
Terkadang juga berada di antara tumpukan buku yang mengelilingi keduanya , atau sekedar Fathur yang menemani Reina menyelesaikan berbagai soal latihan OSN yang menyebalkan itu.
Semuanya terasa begitu manis, bahkan terlampau manis untuk terlewatkan dan dilupakan.
Sampai datanglah saat, di mana perasaan tak dapat lagi dibendung dan dihalangi. Baik Reina maupun Fathur sudah berencana untuk pergi ke sebuah caffe di tengah kota.
Keduanya seketika menjadi canggung, caffe ini memiliki atap terbuka yang menghadap langsung dengan ramainya kota saat jam pulang. Dan di tengah keramaian itu Fathur serta Reina justru merasa canggung tak tertahankan.
"Rei." / "Thur."
Keduanya saling menatap lalu terkekeh berdua. Oh ayolah, sudah setengah tahun keduanya bersama.
Orang bodoh macam apa yang tak pernah merasakan sesuatu jika berteman dekat dengan lawan jenis? Apalagi mereka hanya berdua, hanya antara Reina dan Fathur, tak ada orang lain.
Sore hari itu, angin lah yang membawa kabar manis tersebut, tempat itulah yang menjadi saksi bisu atas apa yang telah mereka ucapkan, dan langitnya pula yang menjadi perumpamaan atas kebahagiaan mereka.
Dan ya, hari itu mereka telah mulai mengikat sebuah komitmen. Reina tersenyum tulus, tangannya melingkar dengan sukses pada pinggang lelakinya, dan Fathur ikut tersenyum kecil saat melihat pantulan wajah bahagia Reina pada spion motornya.
Mereka membelah ramainya jalanan, dengan status baru, dengan senyuman mengembang, dan kabar yang belum tersebar.
"Aku pulang ya, Reina, oh sayang?" Semburat merah itu muncul tanpa diminta, ia menunduk malu setelah menyadari ada sesuatu yang kini berbeda.
"Oh iya, aku mau minta satu hal." Perempuan itu mendongak, lalu menyipitkan matanya saat menangkap sinar matahari yang terlampau terang.
Lelaki di depannya terkekeh, lalu menggeserkan badannya, menutupi cahaya kurang ajar itu, dan sukses mendapatkan apa yang lebih cerah, senyuman kekasihnya.
"Tolong rahasiain apa yang baru aja kita dapet, cukup kita aja yang tahu, makin banyak orang yang tahu, makin banyak pula kemungkinan yang ada, aku nggak mau menduga duga."
Reina tersenyum ia menangkap maksud dari perkataan Fathur, dirinya mengangguk setuju.
Itu pilihan yang salah Reina!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . [TBC]
Selasa, 18 Februari 2020
Ini singkatnya semasa mereka pdkt, kehitung manis banget lah ya sikap Fathurnya. Pantes Reina galmov ._.