3.

541 43 0
                                    

Jangan lupa vote sama komen ya fren
Have fun ...

Gadis itu berlari di sepanjang malam, dengan sebuah koper yang selalu setia berada di genggamannya. Hanya lampu di sepanjang jalan dan kendaraan yang berlalu lalang menjadi penerang langkah. Sebuah mobil putih melintas di depannya dengan cekatan sang gadis  menghentikan mobil itu.

Pemandangan di luar sana menjadi peneman kesunyian gadis itu, persetan dengan semua kemungkinan yang menghantui, yang terpenting sekarang adalah pergi untuk ketenangan.

Setelah berterima kasih lalu dia memberikan uang lima puluh ribuan kesupir taksi. Gadis itu masuk, melihat sekekeliling banyak orang yang berlalu lalang, memang tidak seramai biasanya, mungkin karena ini sudah hampir tengah malam jadi lebih sepi. Gadis itu duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Memperbaiki letak kaca mata hitamnya. Menunggu giliran penerbangan.

  2 jam yang lalu ...

Setelah beberapa jam menghabiskan waktunya dengan menangis, akhirnya Azura tenang sekarang. Dengan tergesa-gesa gadis itu mengambil koper hitam besar yang ada di dalam lemarinya, memasukan semua pakaian dan benda-benda penting lainnya ke dalam sana. Azura membersihkan tubuh secukupnya.

Memakai pakaian seadanya dan sebuah kaca mata hitam yang digunakan untuk menutupi mata yang bengkak, mengenakan sepatu putih. Azura mendekati meja belajar membuka asal buku lalu menuliskan beberapa kata di sana.

Amma, Appa. Ara pergi, jangan cari Ara ya
Maaf Ara selalu nyusahin kalian
Ara janji bakalan pulang lagi kok
Ara sayang Amma, Appa.

Gadis itu mengusap air mata yang mulai berjatuhan lagi.  Azura mengangkat kopernya dengan perlahan dan hati-hati Azura keluar dari kamar. Gadis itu membuka pintu kamar orang tuanya dengan perlahan, terlihat jelas wanita yang tidak bisa dibilang tua itu tertidur pulas di atas kasur, Azura menutup pintu kamar dengan perlahan.

Dengan langkah gusar gadis itu mendekati pintu keluar rumah. Dengan sekuat tenaga berlari menjauh dari rumah besar itu, tidak ada waktu lagi untuk melihat ke belakang jika dilihat lagi mungkin saja langkah Azura tertahan. Bisa saja berakhir sesal namun di saat seperti ini, ini adalah jalan yang terbaik bagi gadis 15 tahun itu. Menghilang dan jangan lagi menjadi sebuah beban.


... ✈️️

Azura berdiri di depan pintu bernomorkan 515, tangannya terjulur membuka pintu. Azura menghembuskan nafas berat lalu masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu. Ruang tamu yang bersebelahan dengan dapur langsung menghiasi penglihatan Azura. Azura kembali mengunci pintu mulai memeriksa setiap detail ruangan itu.

Ruang tamu tidak terlalu besar dengan dua sofa dan satu sofa kecil juga meja kaca di tengahnya, di hadapan sana terlihat sebuah televisi dan sebuah meja di sampingnya.

Di belakang sofa berjarakan satu meter terdapat sebuah rak yang berisikan pot-pot bunga plastik, di belakangnya ada dapur dengan beberapa lemari tempat peralatan masak dan sebuah meja besar dari keramik, juga ada kulkas di sana dan ada dua pintu di kanan dan di kiri.

Pintu sebelah kiri merupakan WC dan yang di sebelah kanan merupakan kamar yang berhadapan dengan balkon yang dibatasi dengan pintu kaca, di dalam kamar itu juga terdapat sebuah WC. Apartemen yang kecil namun setidaknya cukup untuk Azura seorang.

Azura meletakan asal koper yang dibawanya, menaiki kasur dengan ukuran sedang itu. Melelapkan tubuhnya yang begitu letih sambil menatap langit-langit kamar. Sudah cukup untuk satu hari ini, hanya 24 jam namun serasa berhari-hari sudah cukup panjang dan menyakitkan.

Perlahan sepasang mata Azura mulai terpejam.

_______________

Karena pendek jadi double up
Sorry ya pendek >,<

13 Oktober 21

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang