16.

287 20 0
                                    

Be happy ya Fren^^
______________________

Sesekali Adith melirik ke belakang, terlihat dua preman itu sudah berlari mengejar mereka. Adith mengeratkan pegangannya pada lengan Azura, hampir saja gadis itu terjatuh karena mengikuti langkah kaki Adith yang lumayan panjang.

Adith kembali melihat ke belakang, dua preman itu sudah ketinggalan jauh tapi, baru ingin memperlambat langkah Adith malah kembali melihat dua orang jahat itu.

“Lewat sini!” Adith menarik Azura ke persimpangan jalan, melihat sebuah toko barang antik yang sepi. Mereka masuk ke sana bersembunyi di balik pintu bagian belakang toko sederhana itu.

“Gila kenceng banget lari tuh bocah dua!” rutuk preman yang tidak memakai topi.

Adith mengintip keluar, dengan cepat mendorong tubuh Azura ke dinding hampir saja salah seorang dari preman itu melihat Adith.

Azura mengangkat kepala, melihat Adith yang sangat dekat dengannya. Azura menggigit bibir bawah rasanya aneh sekali ada dalam keadaan seperti ini. Pelan Azura mendorong tubuh Adith agar menjauh.

Percuma Adith malah makin mendorong tubuh Azura, menatap tajam gadis itu, meletakan jari telunjuknya pada bibir Azura.

“Diem!” bisiknya, kembali menurunkan jarinya, menempelkan kedua tangan di dinding antara tubuh Azura, kembali mengintip preman yang masih ada di luar sana.

“Sialan banget tuh bocah! Capek gue lari!”

“Bacot lu! Kepala gue pusing nih,” keluh salah seorang. Preman yang tidak memakai topi membalikkan badannya kaget melihat temannya mimisan.

“Lemah banget lo! Pake mimisan segala!” ujarnya.

“Mimisan?” preman itu menyentuh hidungnya. “Cari mati tuh bocah! Lihat aja nanti gue cari sampe dapet lu berdua!”

“Berisik lo! Mending ikut gue ke klinik, obatin tuh luka lo!” preman tanpa topi itu membopong temannya, menjauh dari toko.

Melihat dua preman itu sudah benar-benar menjauh Adith menghembuskan napas lega, menundukkan kepalanya hingga dahinya menyentuh kepala gadis yang ada di hadapannya.

Adith menatap Azura yang hanya diam padahal sebelumnya gadis ini berisik tidak jelas, melihat Azura yang menunduk melihat lantai dan memainkan jemarinya, membuat Adith sedikit menarik lekuk bibirnya.

Adith mengangkat kepala yang sebelumnya bersandar pada kepala Azura. Merasakan beban kepalanya telah menghilang Azura mendongak, berniat menjitak Adith tapi, semua tindakan yang ingin Azura lakukan malah hilang begitu saja dari kepalanya.

Azura hanya diam dengan mata yang lurus ke depan, begitu juga dengan Adith yang menatap bola mata Azura lekat. Mereka hanya berjarak beberapa senti, Azura dapat merasakan hembusan napas Adith di wajahnya dan itu membuat jantung Azura berdetak kencang. Mereka hanya menatap datar satu dan yang lain.

Azura menelan ludah, membasahi bibir bawahnya. Dia kembali menatap Adith, Azura bingung Adith sama sekali tidak mengalihkan matanya dan terus saja menatap. Jengah seperti ini Azura mendorong tubuh Adith kasar, keluar dari tatapan tajam itu.

“Minggir!” ucapnya singkat.


...✈️

Azura menerima uluran minuman dari Adith, menghabiskan setengah isi botol itu dengan satu kali tegukkan.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang