17.

263 19 0
                                    

Tiga remaja itu keluar kelas dengan tawa riang, lelah menghabiskan waktu dengan belajar selama dua putaran ini. Azura tertawa bebas mendengar lelucon Nadya, jarang sekali Nadya mau melucu seperti sekarang.

“Azura!”

Serentak mereka bertiga membalikkan badan, Azura menatap bingung Ega yang berhenti dihadapannya sambil terengah-engah. Ega murid tukang gosip di kelas Azura dan jarang sekali mereka berbicara.

“Kenapa Ga?”

“Itu lo dipanggil keruangan kepsek,” ujar Ega terbata.

“Ngapain?” giliran Helly yang bertanya.

“Ya kali gue tahu, emangnya Google?”

“Lah, emang ‘kan Ga!”

Ega manyun dengan kata-kata Nadya yang seperti menyudutkannya. “Yang ini gue nggak tahu, mending lo ke sana! Cari tahu aja sendiri! Gue mau ke kanti,” Ega pergi begitu saja.

“Kalo gitu aku ke sana dulu... eh! Pesenin ya!” seru Azura sambil melangkah menjauh. Helly Mengangkat jempolnya.

Azura menggigit bibir bawah, kembali mundur berdiri tepat di samping pintu ruang guru yang merupakan ruang Kepala Sekolah. Azura mengetuk pintu beberapa kali lalu masuk sambil mengucap salam.

“Permisi, Bapak nyari saya?” tanya Azura.

“Clayrin Azura?” Azura mengangguk. “Ada yang mencari kamu.” Pak Kepsek menunjuk wanita paruh baya yang duduk di sofa. Azura sempat tertegun, tersenyum lebar lalu ikut duduk di samping wanita itu. “Kalau begitu saya permisi dulu, Buk,” pamit beliau.

“Iya, terima kasih Pak.” balas Lidia
Bapak itu keluar dari ruangannya. Azura mengalihkan perhatiannya pada wanita yang ada di sampingnya dengan senyum yang tak terlepas dari wajah.

“Tante? Tante kapan pulang? Kok nggak ketempat Ara dulu?” serbu Azura.

Lidia terkekeh. “Baru aja tante nyampe kemaren, jadi nggak sempet ke tempat kamu, kamu baik-baik aja ‘kan di sini?” Azura mengangguk. “Tante tuh ke sini, dapet kabar kamu masuk 100 besar, terus kamu dinomor dua. Bener?”

“Iya dong...” Azura bangga.

“Oh ya, Tante juga mau bilang Ra, kamu mau ikut les nggak?”

“Hmm..” Les?, Les ‘kan bayarnya mahal... entar brabe dong, uang aku mana cukup.. hidup udah gini aja susah! Batin Azura. “Nggak usah lah tante.”

“Loh kenapa nggak, iya aja! Sekolah sini nyediain kok, habis pulang sekolah, iya aja Ra.” Azura nyengir.

“Iya, karena kamu nggak jawab tante anggap itu iya, nggak boleh nolak lagi! ada yang bakalan bantuin kamu kalo les kok, tante udah nyariin orangnya, bentar!” Lidia, menoleh ke arah pintu yang tertutup. “Seharusnya dia udah ada di sini,” Lidia sesekali menoleh ke pintu dan arloji putih di tangan.

“Permisi.”

Azura melebarkan matanya melihat siapa yang masuk ke ruangan itu, sedangkan Lidia malah tersenyum lebar. Cowok itu berdiri di hadapan Azura dan Lidia dengan meja yang memisahkan mereka.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang