20.

269 23 0
                                    

Tiga minggu berlalu dengan begitu cepat, ada sepasang manusia yang berubah dengan cukup manis. Azura dan Adith, semakin dekat dan mulai berteman.

Mereka lebih sering tertawa dengan lelucon receh dari pada bertengkar tapi tetap saja mulut kasar yang mereka miliki mana bisa hilang.

Adith melempar botol minuman itu dengan jarak satu meter pada Azura.

Hap! Tangkap,

Azura mengarahkan satu jari jempol pada Adith. Meminum setengah isi botol dalam sekali tegukan. Billy dan Ridho yang melihat itu hanya menggelengkan kepala, dan Yoga tidak perduli.

“Buat gue mana Dith?” tanya Billy menagih jatahnya.

“Minta sama Babang lo gih!” Adith ikut bersandar di dinding dekat Yoga.

“Elah, lo ‘kan Babang gue juga! Hmm hm …” ujar Billy dengan tingkah sok imut, membuat semua orang di sana menatap jijik, apa lagi Azura semenjak dekat dengan mereka, belakangan ini geng Adith makin memperlihatkan sifat asli mereka yang menjijikan apa lagi Billy, makin menjadi.

“Lo habis ngapain Ra? Sampe  minum begitu?” tanya Yoga.

“Kamu nggak lihat Kak, aku pake baju olahraga loh.”

“Terus?” Yoga mengangkat sebelah alisnya.

“Itu artinya aku habis olahraga, gimana sih Kak Yoga, nggak ngerti juga!” keluh Azura.

“Santai aja kali! Nggak usah ngegas gitu!” Yoga memutar bola mata malas.

“Yo, kayaknya lo harus piknik, biar otak lo nggak panas, lama-lama belajar otak lo bisa o’on kayak Billy!” ujar Ridho kelewat santai.

“Otak lo kali njir! Enak aja bawa-bawa gue!” Billy menepuk kepala Ridho, membuat cowok itu meringis kesakitan.

“Sialan lo!” Ridho membalas perbutan Billy bahkan lebih keras lagi.

Tingkah mereka berdua yang kekanakan membuat Azura dan Adith tertawa terbahak, sedangkan Yoga jangan ditanya.

Adith mengambil tas hitamnya yang terletak di kursi yang diduduki tiga adik kelasnya itu. “Lo mau ikut gue nggak?” Adith mengangkat sebelah alisnya.

“Emangnya kamu mau kemana?”

“Makan!”

“Ikut! ikut!” serentak Billy dan Ridho bersuara, menghentikan pertengkaran mereka. Adith menatap sinis dua sahabatnya lalu menggeleng kan kepala.

“Lah curang lo! Azura diajak, gue sama Billy kok ditinggal? Nggak banget!”

“Berisik!” Adith pergi tanpa menghiraukan dua sahabatnya yang sudah mengeluh tidak jelas.

Azura tersenyum kecil, menyandang tas mengikuti langkah Adith. Kalau Adith yang mengajak makan, cowok itu akan membawanya ke restoran yang bagus, kalau Azura yang mengajak, Adith malah membawanya ke warung tepi jalan sama saja seperti sebelumnya.

Azura berhenti membalikan badan. “Bye bye Billy, Ridho. Azura makan dulu,” Azura melambaikan tangan, membuat dua cowok itu makin kesal.

...✈️

Azura mengambil tisu, membersihkan mulut mengangkat kepala, melihat Adith yang sudah selesai makan dan asik memainkan ponsel. Bukan Azura yang kelamaan makan tapi porsi makan Adith yang sedikit.

“Kenapa sih kamu nggak mau ngajak Billy sama Ridho makan? ‘kan seru kalo ada mereka?” tanya Azura.

“Ara Ara lo belum tahu aja kalo Billy sama Ridho udah makan, mereka tuh rakus banget! Lebih parah dari lo!” ujar Adith tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang