27.

201 18 0
                                    

Azura dan Adith berhenti tepat didepan pintu Apartemant Azura. Azura tersenyum membalikan badannya menghadap Adith. Seharian ini mereka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Dari nonton dibioskop, makan, pergi kebazar, ketaman dan hanya jalan-jalan tidak jelas, namun menyenangkan.

“Makasih banget ya, karena kamu udah ngajak aku main. Aku seneng... banget!”
     
Adith menganggukan kepalanya “Sorry udah ngajak lo bolos hari ini”

“Nggak pa-pa kali, tapi... apa sih yang kamu sembunyiin dari tadi Dith?” Azura melirik kedua tangan Adith yang sedari tadi disembunyikan dibelakang tubuhnya, bahkan Adith berjalan dibelakangnya tidak seperti biasanya disamping Azura “Apa? Kamu megang apaan?”
       
Adith tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Azura, melangkah satu langkah kedepan. Azura kaget menatap Adith yang jadi begitu dekat dengannya. Adith menggenggam tangan Azura dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya masih ada dipunggungnya. Dengan jari jempolnya Adith mengusap lembut punggung tangan Azura, rasa hangat yang tangan Adith berikan menjalar ketubuhnya Azura hanya bisa diam membiarkan Adith, perlakuan cowok itu bahkam membuat wajah Azura merona.
   
Akhirnya Adith menunjuk ‘kan apa yang tegah dipegangnya, itu setangkai mawar merah yang dibalut dengan plastik putih dan diberi pita pink dibagian bawahnya. Adith memberikan bunga mawar itu bada Azura yang hanya mengerutkan dahinya.

“Ini buat lo”

“Buat aku?” Azura menatap tidak yakin tapi tetap menerima bunga itu “Kamu megang ini dari tadi?”

“Iya, dan gue mau ngomong sesuatu sama lo!”
    
Azura menelan saliva-nya, jantung Azura berdetak dua kali lebih kencang dari sebelumnya. Memang sudah biasa Azura merasakan hal seperti ini didekat Adith, tapi kali ini berbeda. Yang satu ini lebih aneh dan membuat Azura takut, resah tidak menentu.

“Apa?”
        
Sekarang Adith menggenggam kedua tangan Azura, tersenyum kecil berharap apa yang dilakukannya dapat meluluhkan hati gadis didepannya ini.

“Gue mau lo tahu satu hal Ra!  emang sih, gue nggak tahu kapan ini datangnya? tapi gue nggak bisa ngelak lagi..” Adith terkekeh kecil “Gue berharap lo juga ngerasain kayak apa yang gue rasain, sorry kalo selama ini gue selalu ngomong kasar sama lo, dan gue juga nyusahin lo. Dan lo harus tahu.. gue ngak bisa cuma diam aja, kalo gue..” Adith menatap lurus pada manik mata Azura, seperti dia terhipnotis untuk terus menatap Azura.

“Gue suka sama lo”
   
Azura terteguh mendengar ungkapan Adith. Adith terus menatap Azura dan mengusap lembut tangannya, rasa hangat menyeruak begitu saja dihati Azura. Jantungnya sudah sangat menggila. Dengan mata berseri dan ujung bibir yang tertarik keatas, tergerak tuk mengukir sebuah senyuman.

“Denger ya.. cewek kayak lo nggak pantes buat Adith!!”
     
Sekelebat bayangan dan bentakan kata-kata itu kembali menerawang dikepala Azura. Senyuman yang baru saja ingin terukir hilang begitu saja, tatapan Azura berubah sendu. Gelak tawa sumbang keluar dari bibir Azura, gadis itu menundukan kepalanya sesaat lalu kembali menatap Adith dengan tawa yang tidak berhenti. Adith hanya mengerutkan dahinya melihat Azura yang tertawa begitu saja, padahal tidak ada yang lucu dari kata-kata yang diucapkannya, Adith serius

“Jangan bercanda deh Dith! Kamu nggak cocok jadi pelawak” Azura melepaskan tangannya yang masih Adith genggam dengan perlahan “Makasih jalan-jalannya, topi sama bunganya... aku mau masuk dulu, kamu pulang sana! Bentar lagi malem”
       
Adith makin kaget lagi dengan apa yang diucapkan Azura, bagaimana bisa gadis ini menganggap Adith bercanda padahal mata Adith sudah menunjukan keseriusannya. Azura membalikan badannya, membuka password Apartement-nya. Ada bunyi Tingg! Namun sebelum Azura masuk, Adith terlebih dahulu menarik tangan Azura membuat gadis itu kembali membalikan badannya menghadap Adith.

“Gue nggak bercanda!” Adith menggenggam kedua bahu Azura “Lo bisa lihat sendiri kalo gue serius Ra, gue beneran suka sama lo... Ara, lihat gue!” Adith mengangkat dagu Azura agar gadis itu menatapnya.

“Dith, jangan kayak gini..” keluh Azura

“Gue nggak ngarep lebih Ra, gue cuma mau lo tahu kalo gue sayang sama lo, gue suka sama lo..” tegas Adith “Dan gue mau denger jawaban lo Ra, lo juga suka ‘kan sama gue?”
   
Susah payah Azura menelan saliva-nya, Azura kembali menundukan kepalanya. Dia bingung tidak tahu apa yang harus dia jawab, Azura sendiri masih bimbang dengan perasaannya sendiri terhadap Adith. Azura membasahi bibir bawahnya, menggelengkan kepalanya perlahan. Adith yang melihat jawaban Azura masih belum yakin dengan jawaban gadis didepannya ini.

“Nggak gue nggak percaya, jawab yang jujur Ra!”

“Aku udah jujur Adith!” Azura kembali mengangkat kepalanya

“Ara, kalo ngomong itu lihat gue, bilang kalo lo benerang nggak suka sama gue, bukannya malah  nunduk. Tatap gue Ra... “

“Nggak Adith! Aku nggak suka sama kamu!” suara Azura parau, sesak begitu saja.
    
Adith menundukan kepalanya dengan tangan yang masih mencengkram kedua bahu Azura, dia menghembuskan nafas panjang.

“Adi....” Adith mengangkat kepalanya, memotong perkataan Azura

“Sekalipun? Sehari pun Ra..? satu jam aja, satu detik? Lo pernah nggak suka sama gue?” Adith menatap penuh harap. Azura diam menatap mata dan wajah Adith yang memerah “Jawab Ra!”
       
Azura tersentak mendengar suara berat Adith, cowok itu terus menatapnya memohon setidaknya Azura pernah menyukainya meskipun itu satu jam, satu menit bahkan satu detik. Azura meringis, tangan Adith terasa berat dipundaknya.

“Nggak! Aku nggak pernah suka sama kamu, bahkan satu jam, satu menit atau pun satu detik! Aku nggak suka sama kamu Adith, kamu ngerti nggak sih. Kamu udah punya Sasha, Adith.. pergi! Aku nggak mau ngelihat kamu!  Aku nggak mau kita ketemu lagi!” jeritnya, Azura mendorong kasar Adith agar menjauh darinya, Azura mauk ke Apartement-nya tanpa menoleh kebelakang, menutup pintu itu dengan kuat.
       
Azura memejamkan matanya, membuat bening kaca dimatanya hancur dan berjatuhan, Azura tidak mengerti kenapa dia bisa sesesak ini. Azura yakin jika dia tidak menyukai Adith tapi, kenapa Azura bisa sehancur ini? Dia sama sekali tidak mengerti. Azura menyandarkan tubuhnya kepintu, menutup wajahnya yang sudah basah karena air mata, menangis sejadi-jadinya. Azura tidak bisa mengerti
  
kenapa dia menangis?
    
Adith kaget melihat Azura masuk begitu saja, melangkah  mendekati pintu besar itu. Mengetuknya berkali-kali, menekan bel, juga memanggil nama Azura  namun percuma, Azura sudah masuk dan tidak akan mau keluar tidak akan membuka ‘kan pintu untuknya lagi. Adith menundukan kepalanya dan menyandarkannya pada pintu, sesak rasanya mendapatkan penolakan dari Azura. Selama ini tidak ada seorangpun yang akan menolak Adith, hanya Azura
        
Adith memukul pintu didepannya dengan keras, dia menyesal. Ternyata ini bukan waktu yang tepat. Jika Adith tahu kejadiannya akan seperti ini, Adith akan memilih mengundur pegakuannya pada Azura. Jika tahu begini, Adith tidak akan mengungkapnya. Semua ini malah membuat Azura menjauh darinya, dan Adith benci itu
   
Adith melihat setangkai mawar merah yang dia berikan tadi pada Azura, terjatuh didekat sudut pintu. Dia menjongkok, mengambil bunga itu dan meletakannya didepan pintu. Adith menatap sesaat pintu dihadapannya, dengan berat hati Adith melangkah pergi.

"""''"''"".........

Cieee... Adith ditolak

Jangan lupa vote sama komen ya readers...

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang