7.

423 30 2
                                    

Aku cuma mau ingetin aja,
jangan lupa vote sama komen ya Fren
____________

Azura meletakan minuman yang telah dibuatnya di atas meja, ikut duduk di samping Tante Lidia. Menyadari seseorang di sampingnya Tante Lidia mengangkat kepala, melihat Azura dengan sebuah senyuman yang telah mulai menua.

“Azura, kamu kebiasaan deh ‘kan jadinya Tante ngerepotin kamu.”

“Nggak kok Tan, Tante sama sekali nggak ngerepotin Ara.”

Tante Lidia tersenyum sambil mengusap lembut kepala Azura. “Gimana sekolahnya?”

Azura diam sesaat. “Seru kok Tan, Ara dapet banyak temen. Sekolahnya juga asik, luas, bersih lagi,” ujar Azura tidak sepenuhnya berbohong.

“Yang betah ya sekolahnya,” ucap Tante Lidia dan kembali fokus pada majalah yang ada di tangannya.

Azura keluar dari apartement Tante Lidia dengan pikiran yang membawanya pada kejadian sebulan yang lalu. Dimana Tante Lidia yang selalu ada dan peduli padanya, wanita paruh baya itu telah menganggap Azura seperti anaknya sendiri walaupun mereka baru kenal. Azura menghembuskan nafas panjang, dengan pelastik hitam besar di tangan Azura. Gadis itu pergi membuang sampah.

“AZURA!”

Azura membalikan badan, melihat dua orang remaja yang mendekat, yang satu tersenyum lebar dan yang satu lagi sepeti biasa tetap memasang wajah tenang dan kalem. Azura tersenyum sambil melambaikan tangan.

“Syukur deh lo ada di luar Ra ... kalo nggak, nggak tahu deh kita mau kemana. Kita ‘kan nggak tau apartement lo nomor dan lantai berapa,” ujar Nadya begitu saja.

“Ya kali Nad, kamu ‘kan bisa nge-chat aku.”

“Lo nggak bales!” ujar Helly singkat. Azura merogoh kantong celana, lalu nyengir.

“Hehe ... HP aku ketinggalan di atas.”

“Lo belum siap-siap juga?!” kata-kata Helly lebih tepat seperti pernyataan bagi Azura.

“Belum, mending kalian berdua ikut ke atas,” sarannya.

️... ✈️

Azura menatap ragu dua novel yang ada di tangan, cewek itu masih menimang-nimang mana sebaiknya yang harus Azura pilih. Sedangkan Nadya dan Helly yang duduk yang ada di toko buku itu sudah lelah menatap Azura yang sedari tadi belum juga selesai menentukan pilihan. Helly saja sampai menguap lelah.

“Azura cepetan dong!!” rengek Nadya.

“Bentar, bentar ...”

“Bentar bentar mulu, dari tadi juga,” Nadya kembali mengeluh, tidak peduli dengan orang-orang yang mulai melirik ke arahnya.

“Iya iya, ini udah kok!” Azura mendekati mereka dengan seulas senyum. “Sekarang kita kemana?” tanyanya.

“Makan, laper gue! Capek nungguin lo nyari novel aja sampe satu jam!” keluah Nadya, duluan jalan.

“Yuk!” Helly hanya menggelengkan kepala, mengikuti Nadya dari belakang.

Mereka bertiga duduk menikmati pemandangan sambil mengisi perut di restoran yang ada di Mall itu. Azura yang sebelumnya asik mengunyah kini perhatiannya teralih karena rasa nyeri yang menghampiri perut secara tiba-tiba. Azura memegangi perutnya, sudah tidak tahan lagi.

“Aduh, aku mau ke toilet nih,” adunya.

“Ya udah, gih sono!” Nadya mengangkat dagunya acuh tak acuh.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang