21.

250 21 0
                                    

Beberapa murid berbaris di lapangan sekolah dengan Buk Fatin sebagai guru mapel. Buk Fatin menghembuskan napas lelah melihat murid-muridnya, ada lebih dari seratus murid yang mendaftar ikut les tapi tidak lebih dari empat puluh murid yang datang pada minggu siang ini.

“Ibuk yakin kalian pasti suntuk dengan pelajaran yang biasa kan?” ujar Buk Fatin.

“Iya Buk!!” seru mereka kompak.

“Nah, gimana kalo kita melukis, kalian boleh milih objek yang pengen kalian lukis sesuka hati kalian,” Buk Fatin diam sesaat, tidak ada muridnya yang protes.

“Karena kalian tidak terlalu banyak Ibuk akan membagi kalian semua menjadi beberapa kelompok dengan empat orang di setiap kelompok gimana.. dan yang pastinya kelompoknya acak! kalian setuju??” tentu saja semua murid akan setuju.  

Azura menuliskan namanya pada kertas kecil berbentuk persegi panjang, menggulungnya lalu berdoa sambil tersenyum kecil Moga-moga Aku sekelompok sama Kak Bram.. Aminn... batinnya. Azura memasukan gulungan namanya ke dalam kotak kecil yang dibawa Buk Fatin.

“Fokus banget lo,” ujar Helly.

“Tahu, pengen sekelompok sama siapa sih Ra?” Nadya ikut nimbrung.

“Kepo ya,” goda Azura sukses membuat  Nadya kesal.

“Nggak kok! Biasa aja,” elak Nadya.

Azura menghembuskan napas kecewa, bagaimana bisa keinginannya bertolak belakang dengan apa yang dia dapat. Azura perlahan duduk di lantai aula, di depannya ada Sasha, mereka dipisahkan kertas besar yang akan mereka lukis, sebelah kanan Azura ada Adith yang fokus menggambar bagiannya dan di samping kiri Azura ada Kakak si sekretaris Ketos Tere Aku pengennya Kakak Ketos! Bukannya sekretaris OSIS.. keluh Azura. Azura menoleh ke belakang, melihat Bram yang malah sekelompok dengan Helly dan Ridho. 

Sasha terus menatap kesal gadis dihadapannya, apa lagi Sasha tahu jika belakangan ini Adith dan Azura semakin dekat.

“Heh! Lo! Ulet bulu!” panggil Sasha.

“Eh?” Azura menatap bingung Sasha.

“Ambilin gue cat merah yang di samping lo itu! Cepetan!” suruh Sasha, Azura hanya menurut walaupun hatinya dongkol.

Azura memberikan cat merah itu ke Sasha. Kaget serentak tiga cewek itu berdiri, hanya Adith yang masih diam memperhatikan lukisannya yang sudah hancur. Tepat ditengah-tengah kertas saat Azura melepaskan pegangannya pada kaleng cat. Kaleng cat itu jatuh, tumpah mengotori semua bagian kertas, juga kecipratan pada pakaian Azura dan Sasha hanya Adith dan Tere yang tidak kena cipratan tapi, lukisan Adith hancur dibaluti cat merah.    

Adith mengusap rambutnya ke belakang, sudah emosi melihat lukisan yang hancur.

“Lo apa-apan sih?!” maki Sasha, suara nyaring Sasha membuat semua pasang mata mengarah pada kelompok mereka.

“Loh, kok aku? Bukannya Kakak sendiri yang ngelepasin?!” Azura tidak terima disalahkan begitu saja.

“Pinter banget lo ngeles! Jelas-jelas gue belum megang kalengnya, kenapa lo lepas?! Lihat tuh, lukisan Adith jadi berantakan. Ah! Baju gue, baju gue jadi kotor gara-gara lo!” Sasha mengusap kesal bajunya yang terkena cipratan cat.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang