1.

1K 49 0
                                    

Delapan tahun yang lalu...

Azura masuk ke dalam rumah, sontak nuansa gold-putih memenuhi penglihatan. Tidak ada seorangpun yang dilihatnya, hanya benda mati yang tersusun rapi. Azura beralih masuk ke kamar, mandi dan kembali dengan pakaian rumah yang lebih santai. Gadis itu menuju dapur, melihat seorang wanita 30 tahunan tengah menyiapakan minuman.

“Amma?” Azura mendekat.

“Kamu ini baru pulang! Dari mana aja kamu? Kamu nggak lihat kerjaan kamu banyak?! Itu piring kotor udah dua ember gitu! Pakaian kotor juga udah numpuk! Kamu ini main terus pikirannya! Nggak bisa apa kamu bantuin Amma? jangan main terus. Ini anterin minum Appa kamu sama temennya ke depan sana!” baru juga sampai Azura sudah menerima amarah seperti itu.

“Iya Ma,” ucapnya.

“Habis itu kamu kerjain kerjaan kamu! Amma mau ke depan dulu!”

Azura menuangkan air panas ke dalam dua gelas di depannya, lalu beralih mengantarkan ke ruang tamu. Terlihat dua orang tuanya tengah berbicara dengan seorang bapak-bapak yang duduk di depan mereka. Azura meletakan dua gelas itu di atas meja lalu beralih kembali ke dapur. Lama-lama dia terlihat seperti pembantu saja.

Azura membersihkan, semua piring yang kotor itu dengan manyun tapi harus sabar. Amma ‘kan mau ke depan tapi kenapa malah nyuruh aku nganterin minumannya? kenapa bukan Amma aja yang bawa sekalian? pikirnya.

“Udah-udah Azura! Jangan banyak ngomong kerja aja!” ucapnya pada diri sendiri.

“Kak Azura kenapa ngomong sendiri?” tanya gadis kecil yang sudah berdiri di belakangnya, sontak Azura membalikan badan.

“Ami? Kamu mau ngapain?” tanya Azura bingung.

“Ami mau minta piringnya Kak, Ami mau makan!”

“Oh tunggu bentar ya. Kakak selesaiin ini dulu, bentar lagi selesai kok,” Azura kembali mencuci piring.

“Nggak mau! Ami mau makan! mana piringnya?!” rengek gadis enam tahun itu sambil menjulurkan tangannya.

“Bentar! Dikit lagi kok.”

“Nggak mau!” Naumi mulai merengek dan menangis.

“Eh iya-iya... ini, ini jangan nangis!” mendengar tangisan Naumi dengan tergesa Azura, mencuci satu piring dan memberikannya kepada Naumi. Biar dipegang dulu, asal jangan nangis entar aku dimarahin Amma lagi batinnya.

  PRANG

Mendengar suara pecahan kaca dan tangisan yang begitu keras, kaget Azura kembali membalikan badan tergesa. Terlihat Naumi yang menangis menatap piring yang telah pecah di hadapannya. Degan cepat Azura mendekati adik kecil itu, menjauhkannya dari pecahan kaca.

“Ami ada yang luka? mana yang sakit tunjukin sama Kakak?!” Azura menatap Naumi cemas. Naumi sama sekali tidak menjawab pertanyaan Azura, malah tangisnya semakin kencang dan membuat Azura makin bingung harus berbuat apa.

“Jangan nangis dong dek... mana yang sakit..” tanyanya frustrasi, mengecek tubuh adiknya.

“AZURA! Ami kenapa?!!” sontak saja pekikan itu membuat Azura kaget. Amma langsung berlari dan mengambil alih Naumi yang masih menangis. Melihat penuh emosi pecahan piring di ujung sana.

“Kamu ini nggak bisa kerja yang bener ya? Kamu apain adik kamu? Karena Amma suruh cuci piring terus kamu pecahin piring-piring itu? kamu bikin adik kamu nangis?! Kenapa nggak sekalian kamu pecahin aja semua piringnya?! Susah banget Amma minta tolong sama kamu! Sekarang kamu beresin itu semua!” wanita itu menatap geram anak pertamanya dengan sesekali mencubit lengan Azura.

Azura hanya diam menunduk, mendengarkan semua amarah ibunya. Kembali merapikan pecahan piring di lantai setelah melihat Amma pergi dari dapur. Azura mengambil setiap pecahan itu dengan air mata yang terus menetes. Mengusap air matanya lalu membiarkannya berjatuhan lagi, juga mengusap pelan bekas cubitan di lengan kanannya.

️... ✈️

Azura merapikan semua pakaian yang telah selesai disetrika, memasukannya ke dalam lemari masing-masing. Setelah semua pekerjaan selesai dan matanya tidak terlihat bengkak lagi, Azura beralih menuju kamar. Azura sempat melihat Amma yang tengah asik menonton televisi.

“Amma, Appa kemana?” tanyanya.

“Appa kamu pergi ke restoran sama temennya yang barusan, kenapa? Kamu mau ngadu sama Appa kamu kalau Amma nyubit kamu barusan?” tanya Amma.

“Nggak kok, Ara cuma nanya,” Azura beralih menaiki anak tangga menuju kamar.

“Mau kenama kamu? Sana ambilin adik kamu nasi! Dari tadi dia minta makan! Jangan cuma santai-santai kerjaan kamu!”

Azura diam sesaat, lalu menganggukan kepala. Mengajak Naumi ke dapur. Mengambil nasi dan lauk pauk untuk adiknya itu. Azura beralih duduk di samping Naumi memperhatikan gadis kecil itu menyantap makanan dengan lahap.

Meskipun melihat Naumi yang makan sampai sebegitu tetapnya sama sekali tidak membuat Azura nafsu untuk makan.

“KAKAK! PEDAS KATA AMI!”

Azura tertegun, kaget melihat Naumi yang sudah mulai menangis dan menjerit. Dengan tergesa Azura mengambil segelas air dan memberikannya pada Naumi.

Terlihat jelas Naumi kehausan, setengah air di gelas itu lenyap seketika. Azura memperhatikan makanan yang dia berikan kepada Naumi, dia baru tersadar kalau ada sambal di sana Aduh kenapa aku ceroboh gini sih?... udah tahu Naumi nggak bisa makan pedas! Rutuk Azura pada dirinya sendiri.

Azura mengambil piring Naumi membuang nasi dan semua sambal yang diberikannya.

“Kenapa?” Azura benar-benar kaget melihat Amma yang sudah menatapnya dengan tajam.

“Nggak kenapa-napa Amma, Ami cuma haus,” elaknya.

“Ami kamu kenapa nak?” tanya Amma pada Naumi.

“Nasinya pedas Amma,” adu Naumi. Azura hanya bisa diam dan bersiap-siap untuk dimarahi sekarang.

Mati aku!

“Sini piringnya!” Amma mengambil paksa piring yang ada di tangan Azura. “Kamu sengaja mau bikin adik kamu kepedasan?! kenapa kamu nggak bisa kerja yang bener Azura! kalau Amma marahin kamu jangan balesnya ke adik kamu! adik kamu masih kecil! Kamu punya otak nggak sih?! bisa pikir mana yang bener mana yang salahkan? Anak  nggak tahu diuntung kamu! Muak Amma ngelihat kamu!” maki Amma pada Azura.

Amma berlalu begitu saja pergi membawa Naumi di pangkuannya, meninggalkan Azura yang kembali menangis tersedu-sedu di dapur. Azura membereskan piring bekas Naumi makan barusan. Entah kenapa Azura merasa kalau semua yang dia lakukan selalu salah di mata Amma.

________________

Kalo masih ada typo atau kata" yang nggak sesuai tolong aku ya fren ...

Jangan lupa vote sama komen >,<


12 Oktober 19

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang