12.

277 21 0
                                    

From me :
Have fun yaa
______________________

Azura melangkah dengan gusar, entah kenapa hari ini nyalinya malah menciut. Bayangkan saja jika dia dibully benaran, biasanya Azura melihat hal yang seperti itu hanya di TV-TV, koran, majalah dan novel, sekarang malah secara nyata. Tidak masalah Azura berada diperingkat 100 sekalipun yang penting dia masuk, tapi apa mungkin? Dari tiga ratus lebih saingan, Azura manyun.

Helly dan Nadya yang berjalan di belakang Azura hanya menggeleng-gelengkan kepala, mau bagaimana lagi dicegah sudah, ditakut-takuti apa lagi, diberi semangat percuma. Azura terlalu keras kepala untuk dinasehati. Sekarang mereka berdua hanya bisa diam melihat tubuh Azura yang sedikit bergetar.

Mereka bertiga berdiri di depan banyaknya orang yang melangkah masuk dan keluar dari kerumunan yang mengelilingi dinding besar di dekat tangga sekolah yang dijadikan mading.

Helly dan Nadya beralih melangkah ke sudut kanan, sadar kalau mereka tidak akan ada di sisi kiri yang hanya berisikan nama orang-orang genius, sedangkan Azura hanya diam di tempat tidak tahu dia harus melangkah kemana.

“Udah gue duga, gue lumayan pinter! Gue ada diperingkat 240,” ujar Helly santai.

“Alah ... gue gini-gini anak IPA tahu... nih! Gue diperingkat 208!” Nadya menunjuk namanya dengan bangga.

“Kenapa lo berdua ada diperingkat 211 sama 213? Lo berdua nggak lebih pinter dari gue deh?!” Helly menunjuk Ridho dan Billy tidak terima.

“Makannya Hell jangan suka ngeremehin kita-kita, terbuktikan siapa sebenarnya yang lebih pinter!” ujar Ridho sombong.

“Tauk tuh!” Billy menunjuk dirinya bangga.

“Ya kalik, lo berdua seharusnya berterima kasih sama gue! Nggak inget apa selama ujian lo berdua nyontek terus! Mana nyonteknya nggak tanggu-tanggung lagi! Mana ada orang nanya dari nomor 1 sampe 25, setengah soal!”

“Pantesa!” ucap Helly kesal.

“Parah lo ember banget Nad!” Billy tidak terima rahasianya yang memalukan dibongkar begitu saja. Sedangkan Ridho hanya terkekeh sambil menggaruk tengkuknya.

“Ra! Kenapa masih di sana? Lo nggak nyari nama lo di nomor berapa?” Azura hanya diam mendengarkan perkataan Nadya.

Azura menoleh ke kiri terlihat dua orang yang juga melihatnya dari sana, yang satu menatapnya datar dan yang satu lagi menatap Azura dengan mata sinis.

Ingin sekali melangkah ke sana tapi, Azura takut  jika nanti hanya akan menghasilkan malu. Azura beralih melihat sisi kanan, di sana teman-temannya masih menatapnya diam. “Ya udah deh.. biar gue yang nyariin buat lo” ucap Nadya dan bergegas mencari nama Azura di sisi kanan.

Azura hanya diam tidak berkutip selama Nadya sibuk mencari namanya, lagi pula di mading hanya mereka dan beberapa murid lain yang masih mencari-cari nama. Keadaan ini benar-benar awkward. Azura yang hanya diam, Nadya yang masih sibuk dengan misinya, juga Adith dan Sasha yang tidak berkutib di tempat.

“KETEMU..!!” seru Nadya senang, dan itu bencana bagi Azura. “Ini lo ada diperingkat ke 102! Yah ... sayang banget.”

Tubuh Azura terguncang, menatap takut dua orang yang masih stay di disi kiri. Terlihat jelas ekspresi Adith sedikit berubah, dan Sasha lebih jelas lagi saking kagetnya mulutnya sampai sedikit terbuka.

Perlahan Azura mendekati Nadya, memeriksa sendiri namanya. Setelah melihat hal memalukan itu Azura malah lebih kaget lagi. Gadis berambut panjang itu menatap Nadya, sedangkan yang ditatap hanya mengangkat bahu seolah tidak mengerti.

Azura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang