06.

8K 892 6
                                    

Mark tersenyum menyaksikan Haechan bernyanyi bersama Noah di perjalanan pulang mereka ke rumah Haechan. Noah sendiri ikut bergumam mendengar nyanyian Papanya, karena bocah itu masih belum fasih berbicara.

"Maafkan aku Chan." suara lirih Mark mengalihkan perhatian Haechan. Membuatnya menaikkan alisnya heran dengan kalimat Mark yang tiba-tiba.

"Untuk?"

"Untuk selalu curiga kepadamu, untuk membiarkanmu pergi dariku, untuk waktu yang kubiarkan sia-sia tanpa kalian. Maaf." Haechan tersenyum kecil mendengar pengakuan Mark. "Juga terima kasih. Untuk tetap mempertahankan Noah, untuk membiarkanku tahu, serta untuk tidak menolak keberadaanku." lanjutnya lagi.

"Sejujurnya aku cukup terkejut dengan pertemuan kita. Kukira aku tidak akan bertemu lagi denganmu, setidaknya 5 atau 10 tahun mendatang. Jadi aku masih punya alasan yang cukup untuk dijelaskan kepada Noah mengenai siapa dirimu di hidup kami." jelas Haechan. Noah yang melihat senyum sendu di wajah sang papa lalu berdiri di atas pangkuan Haechan, menaruh kedua tangan mungilnya di wajah Haechan.

"Papa....Kiss?" Haechan tertawa mendengar pertanyaan putranya, yang menawarkan sebuah ciuman setelah melihat raut wajahnya yang sedikit berubah. Haechan langsung mencium bibir putranya itu, membuat Noah tertawa sambil menepuk-nepuk kedua pipi Haechan.

"Kau tidak keberatan?" tanya Mark menyela interaksi di antara Haechan dan Noah, Haechan menaikkan alisnya mendengar pertanyaan Mark. "Kalau aku membawamu bertemu dengan Mommy dan Daddy? Mommy pasti senang kalau mengetahui aku sudah kembali bertemu denganmu. Mommy selalu berusaha menjodohkanku dengan wanita lain, setelah aku berpisah denganmu, asal kau tahu." lanjutnya mengeluh. Haechan memang sudah menjadi kesayangan Mommy Taeyong - ibunda Mark -, sejak saat pertama Mark memperkenalkan mereka berdua. Membuat keadaan menjadi sulit untuk dijelaskan ketika Haechan tiba-tiba meninggalkannya tanpa kabar berita. Taeyong bahkan mendiamkan Mark hingga seminggu lamanya karena sudah melepaskan calon menantu kesayangannya.

"Hmm... Aku tidak yakin Hyung. Bukankah kita baru bertemu lagi setelah 2 tahun berpisah? Mungkin akan sulit untuk Mommy dan Daddy menerimaku dan Noah?" tanya Haechan ragu, sedikit menggigit bibirnya, membuat Noah merangkulkan kedua lengannya ke leher sang papa karena merasakan aura kegugupan.

"Sepertinya tidak. Kau tidak ingat Mommy sangat menyayangimu, bahkan kadang melebihiku?" kekeh Mark pelan. Mengingat dulu Taeyong sering sekali mengajak Haechan menginap dan memberikan berbagai barang kesukaan Haechan. "Lagipula Mommy pasti mau membantumu mengasuh Noah, jadi kau tak perlu merepotkan Jaemin dan Jeno?" lanjutnya lagi.

"Akan aku pikirkan lagi Hyung. " jawab Haechan saat Mark memberhentikan mobilnya di depan rumahnya. Haechan bersiap untuk turun dari mobil saat tangan Mark menahannya.

"Jangan terlalu lama ya Chan." pintanya. "Kau besok ke kampus?" tanya Mark lagi.

"Iya. Pagi mungkin. Aku harus mengurus beberapa keperluan magangku." jawab Haechan meski heran dengan pertanyaan Mark. "Terima kasih atas tumpangannya Hyung." pamit Haechan. Mark melihat punggung sempit itu menghilang dari pandangannya sebelum kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.

***

Haechan sedang menyiapkan sarapan serta beberapa keperluan Noah karena hari ini dia terpaksa membawa Noah ke kampusnya. Jeno dan Jaemin sedang ada jadwal kuliah, sedangkan Winwin - istri Yuta - masih berada di China untuk menemui saudaranya yang sedang sakit. Membuat Haechan tidak mempunyai pilihan apapun selain membawa sang putra ikut dengannya, mengurus keperluannya magang.

Noah berjalan tertatih dari ruang depan. Haechan memang membiarkan Noah berada di ruang tengah saat dirinya sedang bersiap-siap.

"Papa... Papa... " teriak Noah sambil menghampiri Haechan. Haechan lalu menggendong Noah yang menunjuk keluar rumah. "Papaaaa... Daddyyyy... "

Haechan lalu menyibak gorden yang menutupi jendela rumahnya, terkejut saat mendapati Mark yang sudah berdiri di samping mobilnya yang dia parkir di depan rumah Haechan. Dengan Noah masih di gendongannya, Haechan bergegas berlari keluar untuk menemui mantan kekasihnya itu. "Kau tidak bekerja?" tanyanya saat sudah berada di hadapan Mark, melirik penampilan pria yang sudah berada dalam balutan kemeja.

"Sudah siap? Ayo ku antar." Mark tidak menjawab pertanyaan Haechan.

"Tunggu, aku masih menyiapkan keperluan Noah." Haechan lalu berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Memberi isyarat kepada Mark untuk mengikutinya. Melihat Haechan yang kesulitan menggendong Noah sambil mempersiapkan barang-barang keperluan mereka, membuat Mark tidak tega dan berinisiatif mengambil alih Noah dari gendongan Haechan, yang untung saja tidak ditolak oleh Noah.

"Kau menitipkan Noah kepada Jaemin dan Jeno lagi hari ini?" kernyit Mark heran saat melihat Haechan memasukkan botol susu serta botol air panas.

"Hmm..." gumam Haechan, tangannya sibuk memasukkan tissue basah ke dalam tasnya. "Tidak hyung, hari ini Noah akan ikut denganku ke kampus. Jeno dan Jaemin sedang kuliah, jadi mereka tidak bisa mengasuh Noah."

"Kau yakin? Kau bisa menitipkannya ke Mommy Taeyong kalau kau mau." bujuk Mark.

"Tidak perlu. Aku masih bisa membawa Noah." jawab Haechan keras kepala.

"Kalau begitu, kau kutemani ke kampus untuk mengurus keperluan magangmu." tandas Mark final, tidak menerima penolakan dari Haechan, membuat Haechan terpaksa menuruti perintahnya.

***

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang