08.

6.6K 733 0
                                    

Jaemin menyentuhkan tangannya ke kasur di sebelahnya yang dirasanya kosong. Haechan memang sedang menginap di rumah Jaemin, karena Yuta dan istrinya sedang ada acara di luar kota. Menajamkan pendengarannya, Jaemin merasa mendengar suara dari arah luar kamarnya. Perlahan membawa dirinya keluar, langkah Jaemin tertahan saat mendengar suara dari dalam kamar mandi.

"Chan?" panggil Jaemin sambil mengetuk pintu kamar mandi. Tidak mendapat respon yang diinginkannya, Jaemin kembali mengetuk pintu coklat itu. "Haechannie, are you okay? Bisa buka pintunya?" tanya Jaemin hati-hati.

Bunyi guyuran air terdengar, membuat Jaemin memutuskan menunggu sejenak, hingga akhirnya derit pintu terbuka, membuat Jaemin memekik kaget melihat wajah pucat pria yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku tidak apa-apa Jaem. Tolong jangan berlebihan." tukasnya sambil menyunggingkan senyum lemah, mencoba meyakinkan pria yang kini memeluknya itu bahwa dia baik-baik saja.

"Sudah berapa lama seperti ini?" tanya Jaemin, memapah tubuh lemah Haechan ke arah dapur dan mendudukkannya di kursi meja makan. Jaemin sendiri sibuk membuatkan susu untuk Haechan.

"Satu minggu? Dua minggu? Entahlah, aku tidak ingat. Tapi memang lebih sering terjadi di tengah malam seperti ini." sahutnya, menelengkan kepalanya, mencoba mengingat-ingat sejak kapan dia mulai mengalami gejala muntah-muntah. Jaemin menyerahkan susu hangat yang baru saja dibuatnya.

"Habiskan dulu." kata Jaemin sedikit memerintah. "Kau tidak berencana memberitahu kekasihmu?" tanya Jaemin lagi.

"Jaem ---"

"Maaf." sahut Jaemin saat mendengar nada memperingatkan dari Haechan. "Aku hanya tidak ingin kau mengalami semua ini sendirian. Maafkan aku Chan." lanjutnya sambil memeluk sekilas Haechan.

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang