Mark mengikuti langkah kaki Haechan memasuki kampus. Mark memang akhirnya memutuskan untuk menemani Haechan mengurus keperluan magangnya, karena pria itu bersikukuh membawa Noah ke kampus dan tidak mengijinkan Mark menitipkan Noah ke Taeyong, membuat Mark terpaksa membolos dari pekerjaannya demi menggendong Noah ke sana kemari, sementara Haechan mengurus administrasinya.
Suara dengungan yang tadinya terdengar jelas saat mereka melewati area kantin, tiba-tiba berubah menjadi bisik-bisik heran, terutama setelah melihat Haechan ditemani Mark yang menggendong Noah. Mark yang keheranan menyentuhkan bahunya pelan ke bahu Haechan, yang langsung dijawab Haechan dengan kalimat biarkan saja.
"Hai Chanhee." sapa Haechan ke arah pria yang sedang duduk menyesap secangkir kopi dengan raut muka murung, menempatkan dirinya di hadapan pria yang sering menjadi partnernya bekerja part time. "Kau baik-baik saja?"
"Tugas akhirku ditolak. Lagi. Jadi aku harus berganti topik untuk kesekian kalinya. Bagaimana denganmu Chan?" tanyanya sambil melirik ke arah pria di samping Haechan.
"Itu alasanku menemuimu saat ini. Awal bulan depan aku akan memulai program magangku, jadi aku sudah tidak bisa menemanimu menjadi MC untuk acara kampus lagi." jelas Haechan ringkas. Haechan memang masih beberapa kali menemani Kang Chanhee mengisi acara kampus sebagai MC, meskipun mereka sudah memasuki tahun terakhir pendidikan mereka. Chanhee yang sebelumnya adalah adik tingkatnya, sekarang menjadi teman seangkatan Haechan karena Haechan mengajukan cuti selama masa kehamilan Noah. Meskipun demikian, Chanhee sudah lebih dulu menyelesaikan program magangnya dan sekarang sudah memasuki masa pembuatan tugas akhir.
"Kau kembali padanya?" Chanhee menunjuk Mark, yang sedang menggendong Noah, dengan dagunya, membuat Mark menatapnya tajam tapi tidak dipedulikannya.
"Dia membantuku mengasuh Noah. Dasar tukang ikut campur." sahut Haechan, tertawa pelan sambil memukul pelan bahu pria itu.
"Heyy, aku hanya terlalu peduli padamu. Dia tidak tahu bagaimana sulitnya kau ----
"Diam, bodoh." Haechan memperingatkan Chanhee, membekap mulutnya dengan satu tangan dan tangan lain memiting leher. Chanhee lalu membalas perlakuan Haechan dengan menggigit tangan yang membekapnya, menghasilkan teriakan kesakitan Haechan. "Awas kau kalau berani-berani mengadu lagi.Dia tidak perlu tahu, bodoh." ancam Haechan, berbisik di telinga Chanhee. Mark mengerutkan alisnya melihat interaksi kedua pria di hadapannya itu.
"Ayo Hyung, kita pulang." ajak Haechan, tetapi matanya masih sibuk beradu tatap dengan Chanhee, merasa sebal pada satu sama lain, dengan Chanhee menjulurkan lidahnya mengejek.
"Tidak makan dulu?" tanya Mark, bergegas mengikuti Haechan yang sudah berjalan keluar dari kantin, membenarkan Noah yang melorot di gendongannya, membuat dengungan pembicaraan kembali terdengar sepeninggal mereka. "Chan?" panggilnya perlahan saat dirasanya pria itu tidak akan menjawab pertanyaannya.
"Hmm?" sahutnya singkat. Terlihat sekali enggan menjawab pertanyaan yang lebih tua
"Apa maksud Kang Chanhee?" tanya Mark tajam. Memojokkan Haechan di pintu mobilnya, menahan Haechan yang sebenarnya sudah bersiap memasuki mobil Mark.
"Jangan dengarkan. Dia hanya bicara omong kosong." jawab Haechan, tidak berani membalas tatapan Mark, mengedarkan pandangannya ke mana saja, asal bukan ke manik mata lelaki yang merupakan ayah dari anaknya.
"Kau tidak berani menatapku. Kutanya sekali lagi. Apa. Maksud. Kang. Chanhee?" sebelah tangan Mark meraup dagu Haechan, memaksanya menatap matanya. Memejamkan matanya, Haechan menghela nafasnya sebelum memaksakan dirinya menjawab pertanyaan Mark.
"Kau tahu? Hamil dan sendirian. Aku juga masih harus bekerja. Meskipun Appa menawarkan bantuan, aku tak bisa begitu saja menerimanya, masih ada Hae In dan Haneul yang harus Appa biayai. Belum lagi gosip yang bergulir dengan cepat tanpa bisa dihentikan, mereka senang sekali melihat kesulitan orang lain. Juga kebutuhan yang tak bisa kupenuhi sendiri. Yang satu ini mana mungkin aku minta bantuan Yuta-hyung?" jelas Haechan panjang lebar.
"SEMUA KARENA KAU TERLALU EGOIS UNTUK KEMBALI PADAKU---
"Jangan membentakku!" desis Haechan tajam. Tangannya menepuk-nepuk pantat Noah - yang tertidur setelah seharian menemani Haechan di kampus -, berusaha membuatnya tidak terkejut karena teriakan Mark. "Kembali padamu dan membiarkanmu melarangku melakukan hal-hal yang kusukai? Sekali lagi kukatakan, tidak, terima kasih. Aku lebih memilih berusaha sendiri." lanjut Haechan.
"Aku berhak untuk bertanggung jawab atas Noah, Haechan." Mark memilih mengalahkan egonya, karena sadar Haechan hanya akan semakin menjauh darinya apabila dia terus memaksakan keinginannya.
"Kau yang mengusulkan perpisahan kita, kalau aku tidak salah ingat." Haechan masih menjawab dengan sengit, tidak terima disalahkan begitu saja.
"Karena kukira kau akan kembali kepadaku." sahut Mark tajam.
"Kau akan mengantarku pulang?" Haechan mengabaikan pernyataan Mark, membuat Mark menghela nafasnya panjang, lelah dengan kekeraskepalaan pria yang masih dianggapnya kekasih itu.
"Tentu saja ----
Haechan memotong kalimat Mark dengan segera duduk di kursi penumpang, menunggu Mark menyerahkan Noah untuk ditaruh di pangkuannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
FanfictionKarena sejauh apapun langkah kaki membawamu pergi, kau akan selalu kembali, kepadaku. bxb with mpreg Moon Haechan Mark Lee