17.

5K 574 6
                                    

Haechan menatap nanar hasil pemeriksaannya. Merutuki dirinya yang terjebak pada kebodohan yang sama. Mengandung anak Mark, yang saat ini bahkan bukan merupakan kekasihnya.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Penjelasan apalagi yang bisa dijelaskan kepada ayah ibunya mengenai kebodohannya ini? Mereka memang sudah bisa menerima Noah, setelah berbagai perjuangan yang harus dilakukannya, lalu bagaimana saat ini Haechan akan berharap mereka akan kembali menerima anak keduanya? Tidak mungkin akan ada keberuntungan kedua dalam hidupnya.

Tangan Haechan bergetar, pun bahunya. Menahan tangis, tidak mampu mengerti dirinya sendiri. Berapa kali dirinya harus meratapi dan menyesali kebodohannya? Berapa kali dia harus membenci dirinya sendiri karena menjadi lemah dan harus bergantung pada orang lain?

"Kau... Baik-baik saja?" Haechan mendongakkan kepalanya, mendapati sesosok pria dengan surai kemerahan sedang menatapnya khawatir. Sedikit melupakan fakta bahwa dirinya masih berada di koridor rumah sakit, Haechan menyunggingkan senyum manisnya dengan lemah. Mencoba meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Terima kasih." Ucap Haechan lemah saat menerima sekotak jus buah dari pria di hadapannya. Pria di hadapannya berlalu setelah Haechan menghabiskan separuh minumannya, sehingga Haechan memilih untuk mengeluarkan ponselnya dan menghubungi satu-satunya orang yang dia percayai. Saat ini.

HaechanMoon

Aku hamil.

NaJaemin

Well, selamat/?

HaechanMoon

(._.)

NaJaemin

Kau masih di rumah sakit?

Perlu kujemput?

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang