04.

9.3K 1K 19
                                    

"Yuta-hyung siapa?" Mark tidak tahan untuk tidak bertanya saat mereka sudah dalam perjalanan ke rumah Jeno untuk menjemput Noah. Haechan memeluk box cake di pangkuannya, tersenyum ke arah Mark, tersentuh dengan usaha Mark untuk tidak terdengar terlalu posesif. Haechan memang meminta Mark untuk menunggunya di mobil saat dia mengambil cake untuk Noah.

"Dia sepupu Jaemin yang kuceritakan tadi Hyung. Tenang saja, dia sudah menikah, jadi kau tak perlu cemburu padanya." kata Haechan menepuk pelan lengan pria yang sedang fokus menyetir di sebelahnya, membuat semburat merah merayap perlahan di wajah tampannya.

"Omong-omong, kau sudah punya kekasih? Aku tidak pernah menganggap kita putus sih." jelas Mark, sedikit ragu. Tangannya sigap membawa mobilnya memasuki pekarangan rumah Jeno. Bukannya menjawab, Haechan hanya tersenyum tipis dan membuka pintu mobil. Memilih untuk segera mengetuk pintu rumah Jeno, dengan Mark membuntuti di belakangnya.

Jeno membukakan pintu, mengernyitkan alisnya melihat orang yang datang bersama Haechan. "Untuk apa dia ikut kemari?" tanyanya dingin. Haechan terkekeh mendengarnya. Mempersilakan dirinya sendiri masuk ke dalam rumah.

"Galak sekali. Ingin ikut menjemput Noah. Sedang tidur ya dia?"

"Tidak, baru saja selesai mandi dengan Jaemin." Jeno langsung menarik Haechan yang sudah bersiap duduk. "Serius Chan, kenapa dia bisa ikut kemari? Jangan bilang dia sudah tahu mengenai Noah?" desisnya tajam, menurunkan volume suaranya supaya tidak terdengar oleh Mark yang sedang duduk si sofa.

"Tahu kok. Dia tanya, aku jawab."

"Lalu?" Jeno penasaran dengan jawaban singkat Haechan, yang menurutnya tidak menuntaskan rasa ingin tahunya.

"Entah. Dia baru meminta untuk ikut menjemput Noah. Ingin bertemu katanya. Sudah ya, nanti dijelasikan lagi. Kasihan tuh dia menunggu kita." katanya sambil mengedikkan dagunya ke arah Mark yang duduk dengan canggung, sesekali melirik ke arah Jeno dan Haechan yang masih berbincang sendiri.

"Papaaaaaa." terdengar suara anak kecil, membuat Haechan menengok ke arah suara itu berasal. Mendapati sang anak yang berada dalam gendongan Jaemin sedang tersenyum ke arahnya. Haechan lalu berjalan ke arah Jaemin, mengambil putranya dari gendongan sahabatnya.

"Hey kiddo. How's your day?" tanya Haechan sambil mencium pipi putra sulungnya, yang membuat senyum Noah berubah menjadi kikikan geli. Mark hanya bisa menatap sendu pemandangan di hadapannya. Menyesali keputusannya tidak menemukan Haechan lebih cepat dan melewatkan banyak hal dalam hidup dua orang berharganya.

Haechan duduk di sebelah Mark setelah mendudukkan Noah di pangkuan Mark yang disambut ekspresi terkejut 3 orang dewasa yang ada di sana. Membuat Noah menatap ke arah Mark penuh rasa heran, lalu mengarahkan pandangannya ke arah Haechan, bertanya tanpa kata siapa pria yang sedang bersamanya itu.

"Daddy. Dia Daddy-nya Noah. Daddy Mark." jelasnya sambil menyentuhkan tangan kecil Noah ke dada Mark. "Ini Papa Haechan." lanjutnya, membawa tangannya ke dadanya sendiri. Menjelaskan secara sederhana hubungan di antara mereka. Noah mengganggukkan kepalanya, tidak sepenuhnya paham maksud kalimat Papanya.

"Does it mean that you accept me?" tanya Mark sesaat setelah Haechan menjelaskan posisinya kepada bocah di pangkuannya.

"Not that easy, Dude." sela Jeno cepat. Jaemin mengelus lengan kekasihnya pelan, mencoba menenangkan pria yang sepertinya sudah dikuasai emosi. Jeno menolehkan pandangannya ke Jaemin, yang dijawab dengan gelengan kepala. Haechan yang menangkap isyarat antara pasangan kekasih itu, mengambil alih pembicaraan.

"Jeno benar. Mungkin akan sedikit sulit bagi kita memulai semuanya kembali. Aku memang masih mencintaimu, dan aku yakin kau pun begitu. Tapi aku ingin meyakinkan diriku sendiri bahwa kau sudah berubah. Karena aku butuh kau percaya padaku supaya aku bisa bertahan denganmu." jelas Haechan sambil mengambil Noah dari pangkuan Mark. "Pamit dulu sama Uncle Jeno dan Uncle Jaemin. 'Terima kasih untuk hari ini, uncle'." kata Haechan sambil melambaikan tangan ke arah dua pria yang langsung tersenyum ke arah Noah. Mark mengikuti Haechan yang sudah berjalan ke arah pintu.

Jaemin menjajari langkah Mark untuk membisikinya sesuatu. "Tenang saja. Pasti mudah mengambil kembali hatinya. Kau hanya perlu menurunkan sedikit rasa curigamu kepadanya."

"Aku tahu. Aku sungguh menyesal terlalu mudah curiga padanya." sahut Mark.

"Tidak apa-apa, mungkin kau hanya terlalu mencintainya." jawab Jaemin, menimbulkan tawa di antara keduanya. Membuat Jeno mengernyitkan alisnya tidak suka melihat interaksi keduanya.

Jeno merangkul pinggang Jaemin posesif saat keduanya melambaikan tangan ke arah mobil Mark yang perlahan menghilang.

"Kenapa sih? Cemburu?" Jaemin terkekeh melihat aksi pacarnya itu.

"Tentu saja. Kau terlalu dekat dengan si bule." sahut Jeno sambil mengecup puncak hidung kekasihnya.

"Sudah lepas, aku mau masuk." Jaemin membebaskan dirinya dari dekapan kekasihnya, berlari masuk ke dalam rumah, wajahnya merah padam hingga ke telinga.

"Babe... " panggil Jeno, tergelak melihat reaksi malu sang kekasih.

***

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang