01.

19.9K 1.4K 16
                                    

"Iya Mom, Mark sudah sampai di tempat yang Mommy bilang."

"....."

"Belum, dia belum datang, mungkin masih di perjalanan. Mark saja yang terlalu cepat datang"

"..."

"Iyaa, nanti Mark kabari kalau sudah bertemu. Love you Mom." katanya mengakhiri panggilan telpon dengan ibunya. Menghela napasnya perlahan, Mark kembali menyeruput kopinya. Sedikit menyesali keputusannya untuk bertemu dengan anak teman ibunya. Hanya bertemu kok, bukan dijodohkan. Begitu kata ibunya. Tapi Mark yakin ibunya memang berniat menjodohkannya, mengingat di usianya sekarang, dia masih belum memiliki kekasih.

Bunyi lonceng yang berdenting membuatnya menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk. Membuatnya melihat seorang wanita memasuki kafe. Mark menyunggingkan senyumnya, cukup yakin bahwa wanita yang baru saja masuk itu adalah Kim Yeri, wanita yang akan dikenalkan dengannya.

Percakapan mereka sudah berlangsung hampir satu jam ketika tiba-tiba Mark, yang memang duduk menghadap ke arah kaca kafe sehingga bisa melihat ke jalanan di luar kafe, mendapati sosok yang familiar. Memicingkan matanya, Mark sedikit terkejut melihat 2 orang lelaki dewasa dengan salah satunya menggendong anak kecil berusia sekitar 1 tahun.

"Mark... Kau baik-baik saja?" tanya Yeri saat melihat Mark justru lebih fokus pada hal di luar kafe.

"Maaf Yeri, sepertinya aku harus pergi." Mark buru-buru berdiri, menaruh sejumlah uang untuk membayar bill mereka, lalu bergegas berlari mengejar pria yang sudah hampir hilang dari pandangannya. Yeri yang melihatnya, memutuskan untuk mengikuti kepergian Mark.

"Moon... Haechan... " seru Mark, sedikit terengah karena usahanya untuk mengikuti pria yang dilihatnya dari dalam kafe. Menarik sebelah tangannya, membuat pria itu membalikkan badannya dengan sedikit raut muka terkejut tercipta di wajahnya.

"Mark hyung?" serunya heran. Terkejut karena bertemu di tempat yang tidak terduga. Pertemuan pertama mereka setelah perpisahan mereka.

"Kau.... " Haechan mengerutkan alisnya, membuat Mark harus berdeham untuk meredakan kegugupannya. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik-baik saja. Bagaimana dengan Hyung?" Haechan balik bertanya, melihat seorang wanita yang saat ini sudah berada di belakang Mark. "Kau sedang bersama kekasihmu?"

"Ahh, ini Yeri, anak dari kenalan Mommy. Kau sendiri, bersama suami dan anakmu?" tanyanya sambil mengedikkan dagunya ke arah pria yang menggendong anak kecil di samping Haechan. Haechan hanya tersenyum mendengar pertanyaan Mark.

"Aku pergi dulu hyung." sahutnya sambil menarik tangan pria di sampingnya. Menimbulkan raut heran di wajah tampannya. Mark hanya bisa memandang punggung pria yang sempat mengisi hatinya itu perlahan menghilang, juga bocah lelaki yang merangkul erat leher pria yang menggendongnya, tersenyum serta melambaikan tangan ke arahnya. Senyum di wajah mungil itu mengingatkannya pada dirinya sendiri. Membuatnya tertegun menyadari kemiripan di antara mereka berdua.

Mereka sudah cukup jauh dari Mark saat Jaemin membuka percakapan di antara mereka. "Chan, kau..

"Tidak Jaem. Aku tidak akan membiarkannya tahu. Biar saja selamanya dia menganggap aku berkhianat." potongnya sebelum Jaemin sempat menyelesaikan kalimatnya, membuat Jaemin mengernyitkan alisnya heran.

"Bukannya dia berhak tahu yang sebenarnya? Dan bukankah Noah berhak tahu siapa ayahnya?" tanya Jaemin hati-hati, berusaha memilih kata supaya tidak menyakiti pria di hadapannya.

"Tidak. Dan karena aku sudah memutuskan bahwa dia tidak perlu tahu, aku akan sangat berterima kasih jika kau maupun Jeno tidak berinisiatif memberitahunya apapun." lanjut Haechan. Menghela nafas perlahan, Haechan hanya bisa berharap, semoga memang inilah yang terbaik di antara mereka.

***

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang