11.

6.1K 744 25
                                    

MarkLee

Kau sudah tidur?

Haechannie

Belum.

Ada apa?

MarkLee

Boleh aku ke sana?

Mark menunggu balasan dari Haechan dengan hati berdebar, mereka memang tidur di kamar yang berbeda - permintaan dari Taeil yang terpaksa diiyakan oleh Mark, daripada dia harus pulang karena diusir oleh Doyoung -. Begitu banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan pria mungil yang masih dianggapnya kekasih itu. Melihat notifikasi, senyum sumringah langsung terbit di wajah tampannya.

Haechannie

Ya.

Tapi jangan lama-lama.

Aku mengantuk.

Noah juga sudah tidur.

Mengendap-endap keluar dari kamar, Mark melihat situasi di kanan dan kiri kamarnya sebelum memasuki kamar Haechan, yang sebenarnya hanya berada di depan kamarnya.

"Chan?" panggilnya lirih karena lampu kamar Haechan sudah dimatikan. Terdengar dengungan suara Haechan, yang kemudian dihampiri oleh Mark.

"Ada apa?" tanya Haechan lirih, mencoba tidak membuat tidur Noah terganggu karena suara perbincangan mereka. Derit pelan ranjang memberi pertanda Mark menempatkan dirinya di sebelah kiri Haechan, berusaha tidak mengganggu Haechan yang masih meninabobokan Noah.

"Aku... Hanya ingin meminta maaf." Haechan menaikkan alisnya, memberi isyarat kepada pria di sebelahnya untuk meneruskan kalimatnya. "Aku membawamu ke dalam situasi sulit. Seharusnya aku tidak ikut kemari. Seharusnya aku tidak menghamilimu. Seharusnya.... Aku tidak meminta kita berpisah." lanjutnya perlahan, memilah kata yang ingin dikatakannya kepada kekasihnya. Nyatanya ketika sudah berhadapan dengan pria yang memiliki hatinya itu, semua kata yang sudah dipersiapkannya, hilang dan menguap tak bersisa.

"Hyung.... "

"Tidak... Tidak... Maksudku, aku tidak akan memaksamu kembali padaku jika kau tidak benar-benar menginginkanku. Aku akan memberikanmu sebanyak mungkin waktu yang kaubutuhkan." jelas Mark cepat, mencoba membuat yang lebih muda mengerti maksud kalimatnya.

"Aku juga ingin minta maaf pada Hyung karena tidak pernah memberitahumu mengenai Noah. Mungkin kau benar. Aku terlalu egois." jelas Haechan pelan.

"Kau tidak." bantah Mark cepat. "Itu hanya kata-kataku saat aku sedang marah. Setelah kupikir ulang, aku bisa memahami alasanmu tak pernah memberitahuku." Haechan tersenyum mendengar kalimat pria di sampingnya itu. Beruntung dia sudah mematikan lampu di kamarnya, jadi Mark tak perlu melihat betapa meronanya wajahnya saat ini.

"Aku.... Bukannya tidak mencintaimu lagi Hyung. Hanya saja aku belum siap untuk kembali bersamamu. Maaf ya." bisiknya perlahan.

"Kau harus lebih banyak mengandalkanku Chan. Aku tak pernah keberatan untuk kau repotkan. Aku juga tak ingin kau menanggung semuanya sendirian." sebelah tangan Mark mencoba menggenggam tangan Haechan, meyakinkan yang lebih muda.

"Kau mau?" tanya Haechan, sedikit tak percaya.

"Tentu saja." Mark lalu menarik pinggang pria di sampingnya itu mendekat ke arahnya, mendekapnya erat. Yang beruntung tidak ditolak pria manis itu. "Kan sudah kukatakan, aku masih menganggapmu kekasihku."

"Tapi Mommy Tae sering menjodohkanmu dengan wanita lain." jawab Haechan bersungut-sungut. Mark tertawa pelan.

"Kau cemburu?" dengusan terdengar sebagai jawaban dar pertanyaan Mark. "Mommy tidak tahu tentang Noah dan kau, jadi Mommy selalu mengenalkanku pada anak temannya. Tapi setelah kujelaskan mengenai Noah dan dirimu, sepertinya Mommy mengerti kenapa aku masih butuh waktu. Kau masih butuh waktu."

"Tentu saja. Wanita yang terakhir kulihat bersamamu bahkan sangat cantik. Tidak sepertiku." gerutunya sambil mencubit perutnya yang sedikit buncit. Terutama setelah melahirkan Noah. Bahkan dirinya benar-benar harus bekerja keras mengembalikan bentuk tubuhnya seperti semula.

"Selalu saja merendah. Padahal menurutku kau seksi. Satu-satunya." bisik Mark di telinga Haechan, membuat pria itu kembali merona.

"Jangan merayu." sergahnya, pura-pura marah. Membuat yang lebih tua tertawa mendengarnya.

"Nyatanya kau suka rayuanku. Coba lampunya menyala, aku yakin wajahmu pasti sudah merona." balasnya, jarinya mengelus perlahan pipi yang lebih muda, dan mencoba mengecupnya di tengah kegelapan, mengakibatkan pipinya semakin terasa panas. Juga malu karena nyatanya kalimat dan tindakan Mark masih mampu membuatnya lebih dari sekedar merona. Merasakan Noah yang sudah mulai terlelap, Haechan lalu merangkulkan lengannya ke pinggang Mark, menyamankan dirinya di pelukan mantan kekasihnya.

"Menyebalkan sekali kau selalu benar dalam hal ini." jemari Haechan menari di atas dada yang lebih tua, membuat pola melingkar, menghasilkan sedikit rasa geli dan juga bulu kuduk yang meremang. Mark mengerang perlahan karena sensasi yang timbul di kulitnya.

"Jangan memancingku Chan." bisik Mark dengan nada sedikit serak, membuat Haechan terkikik geli. "Kau sengaja?" desahnya tidak percaya. Haechan semakin terkikik senang, dibalas dengan ciuman di puncak kepala yang lebih muda.

"Aku merindukanmu Hyung."

"Papa... Papa..." Igau bayi di antara mereka, tepat sebelum Mark bisa membalas kalimat Haechan, membuatnya harus menepuk-nepuk pelan pantat putranya sehingga kembali terdengar nafas pelan teratur.

"Selamat tidur Hyung." ucapnya, mengecup singkat pipi yang lebih tua, kemudian membalikkan tubuhnya. Malu dengan tingkahnya sendiri. Tidak sengaja membuat tubuh bagian belakangnya menggesek milik Mark, membuat Mark hanya bisa menghela nafas berat sembari menahan nafsunya yang merayap naik akibat godaan Haechan yang tidak disengaja. Mark kemudian membisikkan kalimat "Sleep tight Papa." sambil mengecup singkat puncak kepala Haechan, sebelum ikut memejamkan matanya dan menyelam ke dalam alam mimpi.

***

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang