"Papa." Rengek bayi yang mendusalkan tubuhnya ke arah Haechan pagi itu. Tidak biasanya Noah bangun di saat matahari bahkan belum memancarkan sinarnya dan merengek manja padanya. Haechan meletakkan tangannya di dahi putranya itu dan tidak merasa ada yang aneh. Suhu tubuh Noah dirasanya normal. Haechan menggendongnya untuk dibawa keluar kamar, kemudian membiarkan Noah duduk di baby chair yang berada di dapur, menyibukkan diri untuk menyiapkan sarapan mereka. Berhati-hati memilih bahan masakannya, supaya tidak ada kacang yang bisa membuat alergi Noah muncul kembali. Menyibukkan diri untuk mempersiapkan hari terakhir magangnya, juga menitipkan Noah, lagi-lagi, kepada Jaemin dan Jeno.
"Jaem, maaf. Aku harus menitipkan Noah padamu, lagi. Tapi ini hari terakhirku magang, jadi mungkin aku akan pulang agak terlambat karena ada perpisahan dengan seniorku." Pamit Haechan sambil meminta maaf kepada Jaemin yang bersiap menerima Noah dari gendongan Haechan, dan sedikit heran ketika Noah justru semakin menggelendot di pelukan Haechan. Tertawa perlahan, Jaemin lalu mengambil paksa Noah, supaya Haechan tidak terlambat berangkat magang.
"Hei Jagoan. Dengan Uncle Jaem dulu ya. Nanti sore kita bertemu Papa lagi. Oke?" Bujuk Jaemin pada bayi yang sudah berada di gendongannya. Matanya berkaca-kaca tapi kepalanya mengangguk tanda mengerti permintaan Jaemin, membuat Haechan sedikit tidak tega untuk meninggalkan putranya.
Memaksakan diri, Haechan akhirnya berpamitan sebelum acara perpisahan benar-benar berakhir, untuk kemudian bergegas menuju ke rumah sahabatnya. Diliputi rasa bersalah karena Noah yang sebelum keberangkatannya justru menempel erat padanya. Mengetuk pintu rumah Jaemin pelan, Haechan tersenyum tipis ke arah pria yang menatapnya khawatir.
"You okay? Kenapa pucat sekali?" Tanyanya tanpa menyembunyikan rasa khawatir yang terdengar jelas di kalimatnya. Haechan menggigit bibirnya sebelum menghambur ke pelukan yang lebih muda. Jaemin buru-buru membawa Haechan ke dalam rumah, mendudukkan mereka berdua ke sofa terdekat, juga tangannya tidak berhenti mengelus punggung Haechan.
"Noah sudah tidur?" Haechan justru balik bertanya kepada pria yang hari itu menjagai anaknya. Memicingkan matanya curiga, Jaemin mengangguk sebagai jawaban kepada Haechan.
"Aku akan meminta Jeno mengantarkanmu pulang." Balas Jaemin, berdiri untuk memanggil kekasihnya, juga berniat membawa Noah kepada Papanya. Haechan sudah akan membantah ketika Jaemin menatapnya tajam, membuatnya mengkerut ketakutan.
Haechan membiarkan Jeno dan Jaemin mengantarnya pulang, dan tidak bisa tidak bersyukur karenanya. Dirinya hampir saja terkena serangan jantung karena mendapati ada 3 orang dewasa menungguinya di depan rumahnya. Berdiri tegak di samping mobil hitam yang terparkir rapi. Juga raut wajah yang terlihat khawatir. Membuat Jaemin tersenyum simpul saat menengokkan tubuhnya ke kursi belakang, tepat bertatapan dengan Haechan yang terlihat setengah frustasi. Jaemin lalu buru-buru menghilangkan senyum di wajahnya ketika kekasihnya menatapnya curiga.
"Kau perlu kutemani menemui mereka?" Jeno mengibaskan tangannya tak acuh, menunjuk pada Mark dan ayah ibunya yang sekarang mengarahkan perhatian mereka ke arah mobil Jeno yang tak kunjung menunjukkan penumpangnya. Haechan menghela napasnya perlahan sebelum menunjukkan senyum manisnya ke arah pasangan kekasih yang hari itu sudah membantunya mengurus putra sulungnya.
"Tidak perlu, aku bisa menghadapi mereka. Aku yang harus menghadapi mereka sendiri. Terima kasih atas tawaranmu Jen, juga tumpanganmu." Jawab Haechan sambil keluar dari pintu belakang, dengan bantuan dari Jaemin yang membukakannya pintu dan juga membantunya keluar dari mobil. Jaemin langsung memeluk sekilas Haechan yang menggendong Noah yang tertidur.
"Kau bisa menghubungi salah satu dari kami jika membutuhkan bantuan. Kami menyayangimu." bisiknya perlahan sambil melepaskan pelukannya. Tangannya menepuk-nepuk lembut surai hitam pria yang lebih tua.
"Terima kasih Jaemin. Terima kasih sudah membantuku menjaga Noah." balasnya pelan. Jaemin lalu masuk kembali ke kursi penumpang, melambaikan tangannya ketika kekasihnya mulai melajukan kendaraan mereka. Haechan lalu berbalik untuk memasuki rumahnya ketika langkahnya direndengi 3 orang dewasa yang sudah menunggunya. Mark sendiri langsung mengambil Noah dari gendongannya, membebaskan Haechan untuk mengambil kunci rumah. Memberi isyarat kepada Mark juga orangtuanya untuk mengikutinya masuk.
"Maaf. Mommy ingin mengajakmu makan malam, tetapi kau tidak membalas pesanku. Jadi Mommy memaksaku datang ke sini dengan membawa berbagai makanan, katanya ingin memastikan kau makan dengan baik. Padahal kau baru pulang dan terlihat lelah sekali. Aku ajak Mommy pulang saja ya?" Desak Mark saat melihat Haechan hanya diam saja meskipun mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Haechan terkekeh mendengar cicitan Mark yang tidak biasanya mengkhawatirkan dirinya tidak nyaman dengan perlakuannya. Haechan sibuk membuka pintu rumahnya dengan Mark menempel erat di belakangnya menggendong Noah, juga Taeyong dan Jaehyun yang sibuk berbisik, khawatir kedatangan mereka mengganggu Haechan dan Noah.
"Tidak apa-apa, masuk saja. Aku siapkan minuman dulu. Mommy membawa makanan kan? Langsung ke meja makan saja, kau tidurkan Noah di kamarnya. Okay?" tawar Haechan, mengarahkan perhatiannya ke Taeyong, tidak lupa menyematkan senyum manisnya. Membuat mereka tersenyum lega karena Haechan tidak marah.
Taeyong tidak bisa menahan senyumnya sepanjang acara makan mereka. Meskipun sudah lewat jauh dari jam makan malam, tapi mereka menikmati obrolan mereka malam itu. Hingga kbrolan mereka menyentuh topik yang selama ini dihindarinya. Hubungannya dengan Mark
"Jadi kalian akan menikah bulan depan? Atau minggu depan?" tanya Taeyong dengan nada riang. Tidak peduli dengan reaksi anak muda di hadapannya yang hampir tersedak minuman mereka.
"Mom." sela Mark cepat, terkejut dengan keputusan ibunya yang dianggapnya terburu-buru.
"Kau tidak ingin bertanggungjawab kepada Haechannie?" tuduh Taeyong tajam, matanya memicing tajam ke arah putranya. Jaehyun mengulum senyumnya, menikmati pertengkaran istri dan anak semata wayangnya, tidak berniat memisahkan ataupun memihak salah satu di antaranya.
"Bukan begitu Mom, aku hanya tidak ingin membuat Haechan tidak nyaman." ujarnya pelan, menoleh ke arah Haechan yang tersenyum canggung.
"Kau... " suara Jaehyun terpotong oleh kalimat panjang istrinya.
"Kau tidak ingin menikah dengan anak Mommy? Atau setidaknya tinggal bersama dengannya? Biarkan dia bertanggungjawab karena sudah membuatmu sengsara selama ini, Haechannie." Rengek Taeyong sambil menatap Haechan dengan mata berkaca-kaca. Jurus andalannya yang tidak pernah gagal membuat orang memenuhi permintaannya.
Haechan mengerang dalam hati melihat ekspresi hampir menangis di wajah sosok yang membesarkan kekasihnya. Membuatnya tidak tega menolak permintaannya dan berakhir menganggukkan kepalanya setengah hati.
"Baiklah.. Baiklah. Minggu depan." Senyuman lebar muncul di wajah cantik Taeyong, membuat Haechan hampir yakin senyuman itu akan merobek wajahnya. "Aku akan pindah dengan Mark Hyung minggu depan." Ucapnya buru-buru, meluruskan maksud kalimatnya, sebelum semua orang salah mengartikannya untuk mengiyakan kemauan Taeyong agar dirinya mau menikah dengan Mark minggu depan.
***
Ada yang kangen gak? Ehe
Telat banget ya updatenya. Idenya suka ilang timbul, moodnya juga gitu :(Tapi kayaknya ini udah mulai bisa nulis lagi pelan-pelan. Semoga gak bosen nungguinnya :v
Hayooo, siapa yang nunggu markhyuck balikan?
😬😬😬
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
FanfictionKarena sejauh apapun langkah kaki membawamu pergi, kau akan selalu kembali, kepadaku. bxb with mpreg Moon Haechan Mark Lee