PART-03

752 36 0
                                    

Demon masih saja mengganggu Tara di saat sedang istirahat, jujur saja Tara tidak nyaman dengan ini bahkan ia tidak suka ada pria yang mendekatinya. Bukannya ia tidak menyukai laki-laki tapi karena trauma yang menimpa dirinya yang membuat dirinya enggan berdekatan ataupun bersentuhan dengan seorang pria.

"Aku ingin bertanya padamu Tara, apa ancaman mu itu sungguh-sungguh atau hanya bercanda saja?"

"Menurutmu?"

"Menurutku itu sungguhan, jika benar itu sungguhan aku siap mati di tanganmu!"

Tara tersenyum kecut.

"Benarkah? Baiklah nanti malam datang ke hotel Violet kamar 145 tepat pukul 08 malam aku akan menunggumu!"

Tara langsung pergi, Demon takjub dengan Tara gadis ini sangatlah berbeda dan agresif.

"Baiklah tunggu aku disana sayang!"

****
Tara pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, tapi ternyata Laura kekasih dari Demon datang bersama teman-temannya menemui Tara.

"Kau sudah berani merebut Demon dariku! Sekarang terima ini dariku!"

Ia menampar Tara hingga sudut bibirnya berdarah, sebuah kesalahan besar telah Laura lakukan ia sama saja mengantarkan nyawanya pada Tara.

"Pegang dia!"

Teman-temannya memegang tangan Tara agar Tara tidak bisa melawan balik Laura, tapi ini adalah Tara bukan wanita lemah dia adalah wanita berbahaya.

Ia mengeluarkan sebuah pisau dari balik jaketnya, mereka semua mundur ketika Tara menodongkan pisau pada mereka.

"Kau berani menampar seorang Tara? Heyyy!! Kau ini siapa? Berani sekali kau melukai Tara, sekarang terimalah akibatnya!"

Tara menusukkan pisau itu pada dada Laura hingga darah mengenai wajah dan pakaiannya, teman-teman Laura menjerit dan mencoba berlari tapi Tara tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja.

"Apa kalian ingin bernasib sama seperti Laura?"

Mereka menggelengkan kepalanya takut sekarang mereka sudah berurai air mata karena takut pada Tara.

"Tapi sayang sekali kalian sudah membantunya dan mungkin kalian akan bernasib sama sepertinya, mungkin tidak sekarang lain kali kalian akan seperti Laura"

Tara mengganti kaus yang ia gunakan lalu melemparkannya pada mereka

"Ingat jika ada yang melaporkan hal ini pada polisi aku akan menghabisi kalian satu persatu mengerti!"

Mereka mengangguk mengerti, Tara mengambil sebuah tali tambang dari dalam salah satu kamar mandi yang rusak. Ia mengikatkan tali itu di leher Laura dengan sangat kuat lalu menggantung mayat Laura di antara pintu, Setelah itu Tara pergi.

Ia keluar dari dalam toilet, untung lorong kampus sudah kosong karena sudah jam pulang kuliah.
.
.
.
.
Elizabeth sudah selesai memasak ia tinggal menunggu Tara yang pulang kuliah, Bell rumah bunyi dengan sigap ia membuka pintu rumah besar itu.

Ternyata itu Tara, Elizabeth terkejut ketika melihat noda darah di pakaian Tara dengan segera ia menarik Tara menuju kamarnya.

****
Di dalam Kamar Elizabeth menggantikan baju Tara yang berlumuran darah itu, Tara memeluk Elizabeth dengan kuat ia takut dan cemas.

"Aku tidak sengaja melakukannya Elizabeth, dia yang memulainya lebih dulu. Aku tidak melakukannya Elizabeth!"

"Sebaiknya kau minum obat setelah itu istirahat, aku akan mengurusnya!"

Tara meminum obatnya dan langsung tidur, Elizabeth keluar dari kamar Tara.

"Aku harus membereskan ini semua jika tidak Tara bisa di tangkap polisi!"

Ia pun pergi menuju kampus Tara bersama beberapa anak buahnya, ia akan membereskan semuanya ia tidak ingin jika Tara masuk penjara.

****
Tepat pukul 9 malam ia sampai di kampus, ia bersama anak buahnya pergi menuju toilet dimana Tara menghabisi Bella.

Pintu terbuka dan benar saja mayat seorang gadis tergantung dengan luka tusukan di dada kirinya dan jari tangannya yang hilang.

Mereka menurunkan jasad itu, Elizabeth membersihkan jejak dan sidik jari Tara di tempat kejadian dengan caranya. Setelah selesai ia meminta abak buahnya membawa jasad itu kedalam mobil.

"Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum ada yang melihat kita"

Mereka pergi membawa jasad Bella untuk menghilangkan jejak.
.
.
.
.
Hari sudah pagi Tara sudah siap berangkat kuliah hari ini ia akan diantar oleh supirnya karena permintaan Elizabeth, semua aset milik orang tuanya masih tersimpan rapih di dalam rumah itu bahkan perusahaan milik Vincent akan kembali di buka dan dirinya yang akan memimpin perusahaan tersebut.

"Tara kau jangan takut aku sudah membereskan semuanya!" ucap Elizabeth menenangkan Tara yang terlihat gelisah.

"Terima kasih bibi, aku berangkat sekarang!"

Tara masuk kedalam mobil, dan mobil itupun pergi meninggalkan rumahnya setelah mendapatkan kabar dari Elizabeth ia sekarang bisa bernafas lega.

****
Sekarang ia berada di depan gerbang kampus ia pun turun dari dalam mobil, dan berjalan dengan santainya.

Langkahnya terhenti karena tangannya di cekal oleh seseorang, ia berusaha melepaskan cekalannya tangannya di tarik hingga ia berhadapan dengan sosok pria.

"Lepaskan tanganku!"

"Kenapa semalam kau tidak datang? Aku menunggumu lama disana, apa kau berusaha mempermainkanku?"

Tara melepaskan cekalan tangan Demon, ia tidak suka di sentuh pria.

"Menjauhlah dariku jika kau masih ingin tetap hidup dan melihat dunia ini, jika kau mendekatiku atau menyentuhku aku akan mematahkan tanganmu dan memotong jarimu!" ancam Tara langsung pergi.

Namun bukan Demon namanya jika ia menyerah begitu saja setelah mendengar ancaman Tara, justru ia semakin penasaran dengan sosok gadis ini yang berani mengancam dirinya.

"Tara kau sungguh sangat manis, aku semakin menyukaimu!"

Tiba-tiba teman-temannya datang dan memberikan kabar buruk padanya.

"Demon, aku mendapatkan kabar jika Laura tewas"

Sontak saja Demon terkejut, bukankah kemarin dia baik-baik saja walaupun mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi tapi kenapa sekarang ia mendapatkan kabar kematian Laura.

"Dia tewas di terkam buaya" sambung temannya.

"Lalu?"

"Rencananya nanti siang jasadnya akan di makamkan, kami akan kesana apa kau akan ikut?"

"Ya aku akan kesana!"

Ia masih tidak percaya dengan ini, apa benar Laura tewas di terkam buaya? Bagaimana bisa?
.
.
.
.
Siang ini mereka datang kepemakaman Laura, Tara juga ikut karena di paksa Demon sebenarnya ia tidak ingin ikut bersamanya. Namun ada sebuah keuntungan ia ikut karena disana ia melihat para pembunuh ibunya, bukan hanya satu atau 2 orang melainkan semua yang membunuh ibunya.

Tangannya terkepal hingga buku-buku tangannya terlihat, melihat wajah mereka yang hidup tenang tanpa dosa dan beban membuatnya semakin membencinya.

"Aku akan habisi kalian satu persatu" batin Tara berapi-api.

Tara menatap teman-temannya Laura, mereka takut ketika melihat mata Tara pancaran kebencian dan kemarahan membuat mereka takut jika nasib mereka akan sama seperti Bella yang tewas di tangan Tara dengan mengenaskan.

THE COLD-BLOODED KILLER BEAUTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang