8

6.2K 905 83
                                    

"Fokus, Chan!" Tegur Jeno entah keberapa kalinya ketika lagi dan lagi Haechan terlihat tidak fokus. Terlihat dari tatapan matanya yang seolah menerawang dan juga dirinya yang terkejut ketika Jeno menegurnya tadi.

"Maaf." Haechan mengerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan kembali fokusnya pada acara rapat dadakan yang sedang mereka lakukan.

"Acara dimulai tiga Minggu lagi, proposal sudah harus diserahin paling lambat Minggu ini. Dan kalian tau apa kabar buruknya?" Jeno menjeda kalimatnya, menatap Haechan yang menundukkan kepalanya. "Proposal harus di revisi habis-habisan. Gara-gara siapa? Gara-gara sekretaris kita yang nggak becus. Yang kerjanya cuma ganggu tidur orang lain. Daripada ganggu tidur orang malam-malam mending kamu ngerjain proposal, lebih berguna, lebih bermanfaat. Atau kamu emang nggak niat jadi sekretaris? Kalau iya, seharusnya tolak aja dari awal. Daripada bikin kacau kayak sekarang. Proposal penting banget buat kelangsungan acara sama pencarian sponsor, so jangan jadi pengacau acara, paham?."

Hening. Tidak satupun dari anggota OSIS yang berbicara. Beberapa dari mcereka menundukkan kepalanya melihat kemarahan Jeno, beberapa lagi menatap Haechan yang wajahnya sudah pucat dengan iba.

Pasti malu sekali ketika dimarahi habis-habisan di depan banyak orang.

Melihat tidak ada respon dari anggotanya, Jeno pun memilih untuk berdiri, dia harus menemui guru Kim lagi.

"Kalian siapkan lagi semua keperluan buat acara. Dan Haechan, selesaikan proposal supaya kamu nggak jadi beban aja buat OSIS." Setelahnya ia keluar dari ruang OSIS.

Haechan meremas tangannya erat. Perkataan terakhir Jeno terngiang-ngiang di kepalanya. Apalagi ketika mendengar banyak dari mereka yang mulai membandingkannya dengan Jaemin dan mengatakan kalau Haechan tidak berkompeten. Semakin membuat perasaan Haechan kacau sampai rasanya ia ingin menangis sekarang juga.

[•]

Jeno menghentikan kegiatan menulisnya, ingatannya tiba-tiba menerawang ke kejadian beberapa jam yang lalu ketika ia memarahi Haechan di depan semua anggota OSIS.

Sedikit banyak ia merasa bersalah dengan anak manis itu, apalagi ketika ia mendapat teguran dari Kak Mark, ketua OSIS periode lalu. Bahkan sampai sekarangpun ucapan kak Mark masih terasa segar di ingatannya.

"Kakak tau niat kamu itu buat negur Haechan. Tapi jangan di depan orang banyak, kalau kamu mau tegur dia, pastiin itu cuma ada kamu sama dia. Kalau kejadiannya kayak kamu ke Haechan, itu namanya bukan negur, tapi mempermalukan Haechan."

"Yang bikin proposal bukan sekretaris aja, tapi kamu juga. Jangan buat seolah-olah semuanya salah sekretaris."

"Habis ini minta maaf ke Haechan, sadar atau nggak kamu udah bikin dia dipandang sebelah mata sama anggota OSIS yang lain."

Dan Jeno sadar, apa yang diucapkan Kak Mark semuanya benar. Sebenarnya bisa saja tadi ia meminta maaf ke Haechan setelah dari kantor, namun karena egonya yang tinggi akhirnya ia urungkan.

Mungkin ia akan meminta maaf ketika Haechan kembali menelponnya nanti malam.

Ya.

Semoga saja Haechan meneleponnya nanti.

Tebecee

02:00 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang