"HALOOOO SAYANGKUUU!" Suara menggelegar Jaemin segera memenuhi ruang rawat Haechan. Untungnya ia sendirian di ruang rawat itu, kalau ada pasien lain kan kasian.
"CHANIEEEEEEEE AKU RINDUUUUU!" Renjun mengikuti langkah Jaemin yang sudah berjalan lebih dulu ke arah Haechan.
Haechan terkekeh pelan melihat keributan yang dibuat dua sahabatnya ini. Tapi berkat itu pula ruangan yang tadinya suram seketika menjadi sedikit lebih berwarna.
"Kalian setiap hari ke sini. Apa tidak bosan?" Tanya Haechan sambil melihat Jaemin dan Renjun yang sudah berada di sisi kanan dan kirinya.
Jaemin menggelengkan kepalanya, "Tidak sama sekali! Aku ingin melihat perkembangan sahabatku yang sakit ini. Kamu ini harus dipantau terus."
"Kalau tidak bisa-bisa kamu bandel terus nggak mau minum obat, lalu malah makin lama sakitnya. Mau?" Sambung Renjun yang baru saja selesai menyusun beberapa buah segar di atas nakas dekat ranjang Haechan. Rencananya ingin ia kupas agar bisa Haechan makan.
"Aku tidak bandel, kok! Aku selalu meminum obatnya. Tanyakan pada suster yang berjaga kalau kalian tidak percaya." Haechan sedikit cemberut, berpura-pura merajuk.
"Hahahaha astaga, kau ini lucu sekali sih." Jaemin mengusak surai Haechan pelan. "Aku percaya padamu. Yang aku tidak percaya itu kalau tiba-tiba ada orang yang ingin melihat-lihat kamar rawat inap orang lain dengan alasan karena ia penasaran."
"Ha?"
"Pasti tidak paham kan? Sama! Aku juga. Memang orang gila saja yang memberikan alasan aneh seperti itu. Dikiranya ini apartemen apa ya? Yang bisa dilihat-lihat dulu sebelum memutuskan untuk dibeli atau tidak." Lanjut Jaemin ketika melihat wajah bingung Haechan.
"Katakan lebih keras, Jaem. Biar orang gilanya dengar." Celetuk Renjun. Ditangannya sekarang sudah ada sepiring buah apel yang sudah dipotong.
Haechan tambah bingung mendengar percakapan keduanya.
Orang gila?
Ada orang gila di luar?
"Oit orang gila! Daripada kau berdiam diri sambil mengintip seperti itu, lebih baik cepat masuk ke dalam. Kau terlihat seperti orang gila yang sedang menguntit, tau!" Renjun ngegas, matanya memicing, menatap bayangan seseorang yang ada di dekat pintu ruangan.
Bayangan? Astaga! Haechan bahkan tidak sadar kalau ada bayangan di sana. Berarti mereka tidak berdua saja ke sini? Tapi bertiga.
Hening.
Haechan penasaran, ia menatap kedua temannya dengan pandangan bertanya tapi keduanya tidak memperhatikan Haechan, mereka memilih menatap jengah pintu rawat Haechan. Menanti orang di luar masuk.
"Cepat masuk sebelum aku berubah pikiran dan menendang pantatmu!" Lagi lagi Renjun memberikan ancaman. Ia terlihat kesal karena sosok di depannya ini sangat lambat.
Haechan terus-terusan memperhatikan pintu sampai akhirnya netranya menangkap figur seseorang yang sangat ia kenal.
"Jeno—" ucapnya lirih. Melihat Jeno yang berjalan masuk ke dalam ruangannya.
🌻🌻🌻
HAIIIIIII!! Masih ingat book ini tidak?
huhuhu maafkan aku yang sudah bertahun-tahun gantungin book ini 😭
terimakasih banyak buat yang masih nyimpen book ini di perpustakaan kalian 🥹🫶🏻
ayuyuuuu so matchaaa gaess mwah mwahhh