Part 24

98 11 0
                                    

Tubuh Gia menjadi bergetar, lututnya yang terasa tak bertulang membuatnya menggeser tubuh mencoba meraih dinding di belakangnya. Kristal bening hampir saja meluncur di kedua pipinya, namun Gia berusaha menahan sekuat tenaga. Telapak tangannya meremas tisu yang sudah menggumpal dan basah. Kupu-kupu di perut Gia kembali berdesakan, memaksa isinya untuk segera keluar. Gia mengangkat wajahnya pelan, memberanikan diri untuk menatap Yustin.

"Iya Bu, ada binatang masuk ke mata. Saya menggosoknya terlalu keras hingga membuatnya merah." Gia berusaha meyakinkan Yustin meski tidak mudah.

"Kamu bertengkar lagi sama Dean ya?" kini tatapan Yustin kembali beralih pada Dean. "Nggak usah takut, katakan saja Gia." Tak akan semudah itu membuat Yustin percaya dengan alasan yang sudah dibuatnya.

Kepala Disa menoleh mengikuti tatapan mata Yustin. Tatapannya penuh intimidasi, memaksa Dean untuk menundukkan kepala. Saat ini hanya Disa-lah yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi antara Gia dan Dean. Hidup seperti roller coaster, nasibnya berada di tangan Disa dalam sekejap. Wajah Dean yang memerah berubah menegang. Masih tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Dean.

"Dean, kapan kamu akan berhenti membuat masalah?" Yustin menghela napas panjang, kepalanya menggeleng pelan. "Tak cukupkah peringatanku tadi membuatmu jera?"

Siswa yang berada di dalam kelas menjulurkan kepalanya ke luar jendela, untuk melihat apa yang sedang terjadi hingga berhasil menahan langkah Yustin cukup lama. Saling berbisik dan berbicara pelan satu dengan yang lain. Kasak kusuk itu akan berhenti setiap kali Yustin menatap ke dalam kelas. Mata Yustin layaknya magnet yang bisa menarik dan mengendalikan apa saja yang ada di dekatnya.

Kesempatan ini tidak disia-siakan Dean. Manik hitamnya bergeser ke sudut, membalas tatapan Disa. Sorot mata Dean yang tajam mengisyaratkan agar Disa segera melakukan sesuatu, membuat gadis itu tergagap membuat keberaniannya menjadi surut. Mata Disa mengerjap memaksa kepalanya untuk berusaha memikirkan sesuatu.

"Hm, tidak kok Bu. Mata Gia memang kemasukan binatang yang sulit untuk di keluarkan hingga membuat matanya sakit." Disa memaksa bibirnya untuk membuat garis melengkung. Dia sendiri tak yakin alasannya akan diterima Yustin.

Disa menundukkan kepalanya saat Yustin kembali menoleh ke arahnya, menyelidik. Usia Yustin sebenarnya belum banyak masih diangka tiga puluhan. Tapi bibirnya yang penuh tak pernah tahu bagaimana caranya tersenyum membuat garis halus di dahinya tampak penuh. Tatapannya selalu serius, tak memberikan celah sedikit pun pada siswanya untuk tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik. Saat ini Yustin berdiri di depan Gia, dia tahu kira-kira apa yang akan dibicarakan Yustin kemudian.

"Jadi gimana? Dean, Gia...kalian setuju kan dengan tawaran Ibu tadi?" Yustin mengalihkan pembicaraan karena tidak ada yang mengaku meski dia tahu ketiga siswanya sedang berbohong.

"Tidak!" Dean dan Gia menjawab serempak. Keduanya saling menatap tajam. Disa hanya membulatkan mulutnya dan menahan matanya agar tidak keluar dari cangkang.

Tak berbeda jauh dengan Disa, Yustin juga terkejut dengan jawaban keduanya. "Ya sudah, Dean, kamu buat surat pernyataannya. Gia kamu bisa menghadap Pak Andre lagi untuk konsultasi tentang nilaimu."

Yustin menggelengkan kepala pelan sebelum melangkahkan kakinya menuju kelas. Jantung Gia seperti berhenti berdetak. Kunang-kunang di kepalanya seolah sedang menarik urat syarafnya hingga terasa menegang. Tangan Gia mencengkeram lengan Disa sebelum pandangannya berubah menjadi kabur. Disa hampir kesulitan menyangga berat tubuhnya yang kini terasa limbung dan hampir tersungkur.

Gia merasakan tangan Disa yang meraih tubuhnya mendekat agar lebih mudah untuk dipeluk. Dean melihat ke arahnya sekilas sebelum menggerakkan tubuh mendekati Yustin. Cowok itu sepertinya bisa membaca pikiran Gia. Wajah Dean berubah serius, baru kali ini Gia melihat musuhnya memberikan reaksi baik untuk Yustin. Tangan kanannya mengulur, mencegah langkah Yustin.

The Zero Point (Completed)Where stories live. Discover now