Part 60

125 8 0
                                    

"Dasar kamunya saja gampang bete," sergah Dean.

"Iya lihat muka kamu saja udah bete," Gia tak mau mengalah. "Eh, sebenarnya Jae kamu apain?"

"Idih, peduli amat sih sama dia!" protes Dean.

"Terserah aku dong, Jae tuh nggak bakal berubah sikapnya sama aku kalo kamu nggak resek sama dia." Tuduh Gia langsung di depan Dean.

"Kok jadi aku yang disalahin!" Dean tidak terima, "Dia-nya saja yang bener, bakal nyesel kalo kamu tahu yang sebenarnya."

Dean hari ini sedikit berbeda, tak ada lagi ujung kemeja yang menutup celananya bagian atas. Dean memakai pomade, membuat rambutnya yang gondrong terlihat lebih rapi. Gia tersenyum melihat perubahan Dean yang berjalan meninggalkannya menuju ke sudut kelas. Gia bisa merasakan ada letupan bahagia di dalam hatinya.

Gia menghempaskan tubuhnya di bangku kosong sebelah Disa. Kedua tangannya menangkup di wajah dengan siku bertumpu pada meja. Matanya terpejam, berusaha menghilangkan penat yang sudah menyerangnya sepagi ini. Gia menghirup udara dalam, berusaha membuat dirinya menjadi lebih tenang.

"Kemana saja sih?" Suara Disa terdengar sewot. "Aku serius mau nyontek PR Matematika nih. Untung saja palajaran Bu Yustin di jam kedua, kalo enggak bisa mampus aku." Kata-kata Disa yang meluncur deras dari mulutnya dipatahkan begitu saja saat Gia meletakkan buku PR-nya di depan Disa.

Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Gia. Tangan kirinya meraih ponsel dari dalam tas. Diperiksanya semua notifikasi yang masuk. Gia mendapati salah satunya dari Jae. Tak perlu waktu lama untuk mebukanya.

Jae : Maaf terlambat membalas. Aku baik-baik aja.

Gia : Oke. :D

Jae : Nanti pulang sekolah aku antar kamu ke kantor ayah. Ada lowongan sementara untuk menggantikan salah satu karyawan yang sedang cuti hamil.

Gia : Aku harus nyiapin apa?

Jae : Nggak ada, datang saja.

Gia : Siap

Segaris senyum kembali terukir di bibir Gia. Tangannya kembali memasukkan ponsel ke dalam tas bersamaan dengan guru Bahasa Indonesia yang sudah sampai di depan pintu.

"Eh Gi, Jae itu punya saudara cewek nggak sih?" tanya Disa setengah berbisik.

"Setahuku nggak ada," kedua alis Gia bertaut. Tak biasanya Disa membahas keluarga Jae. "Kenapa?" membuat Gia jadi penasaran.

"Nggak apa-apa, mungkin aku yang salah lihat." Disa menggeleng, tatapannya tak beralih dari dua buku tulis yang terbuka di depannya.

"Lihat apa?" Gia merendahkan suaranya.

"Aku tadi malam lihat Jae jalan sama cewek di supermarket," ucapan Disa membuat Gia seolah disambar petir.

"Mamanya kali," Gia berusaha mengoreksi ucapan Disa.

Sebenarnya Gia sendiri tak yakin dengan ucapannya. Disa sudah dua tahun satu sekolah dengan Jae. Tidak mungkin dia sampai salah melihat orang, apalagi hampir setiap hari Jae nyamperin Gia saat sedang berdua dengan Disa. Bisa dibilang hampir tidak mungkin Disa tidak menghapal sosok Jae.

Kelas menjadi sunyi saat Bu Yulis menyapa kelas, tapi tidak begitu dengan pikiran Gia yang semakin gaduh. Gia mulai menghubungkan kejanggalan yang sering terjadi pada Jae akhir-akhir ini. Ternyata meyakinkan hati sendiri saat mulai mengetahui kebenaran sama sulitnya dengan meyakinkan orang lain.

"Masak iya, Mamanya seumuran sama kita?" Bisikan Disa kembali membuyarkan konsentrasi Gia.

"Kamu nggak salah lihat kan? Nggak percaya ih!" Balas Gia, masih berbisik.

"Nih aku kirim fotonya," jemari Disa mengusap layar ponsel yang disembunyikan di balik buku matematika.

Disa menyodorkan buku PR milik Gia ke samping kanan. Gia menemukan sahabatnya mengangkat kedua alis saat mata keduanya saling bertatapan.

"Apa kubilang, kamu nggak perlu nunggu ditembak 12x untuk menerima Jae."

Seperti bisa membaca pikiran Gia, ucapan Disa berhasil membuat perasaannya semakin berantakan. Pantas saja sekarang Jae sering menghindarinya. Tulang di tubuh Gia seolah terlepas dari tempatnya. Tatapannya tak bisa sebanding lurus dengan pikirannya yang kacau. Materi sastra lama yang sedang dijelaskan gurunya tidak ada satu pun yang tersisa di kepala.




Halo semua...

Alhamdulillah, Gia sudah berhasil menyelesaikan proyek Karma walaupun belum sampai ending. Terimakasih ya mengikuti Gia sampai ke titik ini, sebagai hadiah untuk kakak semua akan ada part tambahan kalo viewer sudah mencapai 2k ya...

Happy reading...

The Zero Point (Completed)Where stories live. Discover now