Happy Reading.
+
Sejak Daemin mengatakan jika dirinya cemburu, Jimin menjadi diam dan tidak terlalu banyak bicara. Bahkan Aliya yang menyuruhnya ini-itu hanya Jimin iyakan. Entahlah Jimin bingung dengan dirinya sendiri. Rasanya seperti berkaca pada dirinya sendiri. Aneh.
"Kau memikirkan Aliya?" Jimin tersentak saat mendengar suara kakaknya. Kenapa selalu tiba-tiba.
"Noona!" Jina tersenyum dan mengusap rambut Jimin.
"Kau sudah dewasa Jim. Kau pasti tau mana yang terbaik untukmu. Dan ya Noona yakin kau tidak akan salah pilih. Entahlah Noona tidak benar-benar tau siapa wanita yang memiliki tempat tertinggi dalam hatimu tapi Noona merasa jika setinggi apapun wanita itu pasti nanti akan jauh dari Aliya. Jika saran Noona, Aliya baik untukmu. Dan ya kalian terlihat cocok!" Jimin diam mematung mendengar ucapan Jina.
Aliya yang cocok untuknya? Mereka hanya teman dan tidak lebih. Jimin lebih mencintai Hyorin. Baginya Aliya hanya seorang saudara dan tidak lebih.
"Hati bisa berubah dengan jalanya waktu dan Noona yakin kau akan menemukan pendamping yang sempurna untukmu. Ingat usia Jim. Kau sudah cocok menjadi suami dan ayah, jadi jangan terlalu lama bermain-main. Ingat jika terlalu lama bermain-main kau sendiri yang akan terjebak dalam permainan itu!" Dan sepeninggalan Jina, Jimin diam semakin bungkam. Apa maksud kakaknya.
"Aliya"
+
"Nak kau tidak tertarik pada putraku?" Aliya langsung kikuk mendengar pertanyaan ibu Jimin. Oh bagaimana bisa dirinya ditanyakan hal seperti itu.
"Bibi apa yang Bibi katakan? Aku dan Jimin hanya teman!" Cetus Aliya mencoba bersikap biasa. Tidak mungkin Aliya jujur bukan?
"Ayolah Aliya. Aku tau tatapanmu pada anakku dan aku sadar jika kau menaruh perasaan lebih pada anakku. Jawab jujur. Kau suka kan pada Jimin?" Aliya menghela nafas panjang dan menatap ibu Jimin.
"Bibi Jimin tidak tertarik padaku. Dia hanya menganggap aku teman dan tidak lebih. Kami hanya teman!" Nyonya Park tersenyum dan mengusap rambut pendek Aliya. Sekarang dirinya tahu apa yang harus dikatakan pada anak perempuan ini.
"Cinta tidak salah nak. Hanya saja kadang jatuh pada orang yang salah. Tapi ingat pesan bibi. Jangan menyerah hanya karena keadaan dan kata-kata. Nasib seseorang bisa berubah dan begitu juga dengan hati. Semua akan berubah dengan berjalannya waktu, tapi ingat. Harus ada usaha untuk merubahnya. Bibi yakin jika kau berusaha untuk menaklukkan hati Jimin pasti akan berhasil dan ya Jimin tidak sesulit yang kau bayangkan. Fahami dia dan dapatkan hatinya. Kau pasti bisa!" Aliya menunduk dalam dan memperhatikan sendu jarinya.
"Bibi!"
"Ya nak?"
"Jimin mencintai perempuan lain. Dia mencintai perempuan lain dan bukan aku!" Cetus Aliya lirih.
"Perempuan lain? Kau kenal dia?"
"Kami berteman Bibi. Aku, Jimin dan perempuan itu. Kami berteman dekat dan Jimin menaruh perasaan lebih padanya!" Nyonya Park menatap dalam Aliya.
"Kau mengorbankan perasaan mu untuk pertemanan kalian. Kau pura-pura bahagia atas hubungan mereka. Kau tersenyum atas senyum mereka. Aliya tidak semua orang harus berkorban. Ada kalanya orang yang berkorban harus bahagia. Nak kebahagiaan dijanjikan untuk semua orang dan tergantung bagaimana cara kita meraihnya. Kau bisa meraih Jimin. Kau bisa!" Aliya mendongak dan menggeleng pelan.
"Tidak Bibi. Kebahagiaan Jimin adalah kebahagiaan ku. Walaupun aku harus menderita karena senyumnya untuk perempuan lain aku akan baik-baik saja. Ya aku selalu baik-baik saja jika dia masih didekatku. Selama aku bisa melihatnya aku akan baik-baik saja! Karena aku mencintai dia tanpa minta balasan. Aku tidak pernah minta balasan untuk setiap perasaanku. Selama dia masih ada dijangkauan mataku, aku akan bahagia. Apapun keadaannya dan itu pilihanku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Should Know, I'l Loving U ✔️
FanfictionYou Should Know! Me And You. + Keduanya berjalan dari jalan yang berbeda. Antara kelam dan kebahagiaan. Kenangan buruk menghantui dan membuat semua memudar. Antara hati yang terluka dan hati yang siap bahagia.